SIMBOLIS: Sekretasi Agro Pemuda Mandiri (APM), Wan Syahputra Lubis, berjabat tangan dengan warga dalam rangka kegiatan sosialisasi pertanian dan penyerahan bibit tanaman kepada masyarakat.
Kiriman:
Wan Syahputra Lubis
Sekretaris Agro Pemuda Mandiri (APM)
Pada 27 Desember 2010 lalu, di Pasir Pengaraian, lima orang pemuda setempat sepakat mendirikan sebuah komunitas lingkungan yang didedikasikan untuk para petani. Mereka merupakan para mahasiswa pencinta alam, dari jurusan pertanian dan seorang dosen. Dengan sebuah kecintaan terhadap petani lokal mereka menamakan komunitas tersebut dengan Agro Pemuda Mandiri (APM).
Melalui komunitas ini para pendirinya berusaha mendekati para petani dan berbagi ilmu, daya dan upaya untuk sedikit memberi jalan yang lebih baik bagi para petani dalam mengelola lahan mereka. Dengan niat tulus tersebut mereka melakukan berbagai aktivitas dan selangkah lebih dekat dengan para petani sekaligus sebagai pembina kelompok tani.
Saat ini APM telah memiliki kelompok tani yang terdiri dari para petani di daerah tempat awalnya berdiri. Kelompok tani tersebut terdiri dari sepuluh orang kepala keluarga. MenbinaKelompok kerja tersebut diberi nama Pinang Sebatang. Dan Insyaallah untuk kedepannya APM akan terus membina kelompok-kelompok tani lainnya.
Kegiatan yang dilakukan oleh APM dalam kelompok kerja tersebut seperti membantu para petani dengan terlebih dahulu melihat permasalahan yang mereka alami. Kemudian APM akan menawarkan beberapa bantuan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Di Pinang Sebatang, APM telah membagi para anggota dalam kelompok tani tersebut sesuai dengan keluasan lahan yang mereka miliki. Untuk saat ini Pinang Sebatang memiliki lima hektare lahan pertanian. Kemudian dari sepuluh orang kepala keluarga yang tergabung dalam pinang sebatang bersama-sama mengelola lahan tersebut dengan cara kerja: lahan seluas lima hektare tersebtu dibagi sama rata dengan sepulu orang anggota. Kemudian yang telah mendapatkan lahan masing-masing bertanggung jawab mengelolanya, dan menanaminya sesuai dengan saran-saran pertanian yang diberikan oleh anggota APM.
APM sebagai fasilitator bertanggung jawab untuk mengurus kelompok tani tersebut hingga mereka panem. Bahkan hingga pemasaran hasil tanamanan mereka. Tanaman yang telah ditanam antara lain umbi-umbian. Hal tersebut dikarenakan biaya penanaman, perawatannya relatif lebih murah dan terjangkau oleh para petani, serta cukup memiliki peminat atau pasar tersendiri. Namun jenis tanaman yang akan ditanam juga disesuaikan dengan kontur dan struktur tanah, apakah cocok untuk tanaman ubi, atau dicari cara lain. Selanjutnya APM juga telah berencana untuk mengelola Kakao.
Tentu saja bisa dibayangkan jika lima hektare lahan tersebut ditanami semuanya oleh tanaman palawija maka tingkat pemasarannya juga akan sedikit rumit. Oleh karena itu APM juga membantu warga dalam menjual hasil panen mereka secara kolektif dan tidak marugikan para patani ataupun produsennya. APM juga bekerjasama dengan para pengusaha untuk mau membeli hasil pertanian yang berkualitas tinggi dari para petani, misalnya untuk membeli tanaman palawija para petani, maka APM bekerjasama dengan para pengusaha dari daerah Binjai.
APM juga melakukan penyuluhan kepada para petani mengenai permasalahan, kendala serta penyelesaian dalam masalah pertanian mereka. Baik itu tentang tanah, hama maupun jenis tanaman yang cocok. Tidak hanya dengan kelompok kerja, namun juga dengan para petani lainnya yang lebih umum.
Hal ini dilakukan demi dedikasi APM kepada para petani. Sebab para petani sebagai tulang punggung pangan Indonesia harus diberikan pengetahuan yang telah berbasis reseach untuk menjadi petani yang tepat guna dan menghasil. Jadi meskipun berawal dari lima orang pendirinya, saat ini APM telah memiliki 15 orang anggota yang bersedia membantu para petani tanpa pamrih.
Sekretaris Agro Pemuda Mandiri (APM)
Pada 27 Desember 2010 lalu, di Pasir Pengaraian, lima orang pemuda setempat sepakat mendirikan sebuah komunitas lingkungan yang didedikasikan untuk para petani. Mereka merupakan para mahasiswa pencinta alam, dari jurusan pertanian dan seorang dosen. Dengan sebuah kecintaan terhadap petani lokal mereka menamakan komunitas tersebut dengan Agro Pemuda Mandiri (APM).
Melalui komunitas ini para pendirinya berusaha mendekati para petani dan berbagi ilmu, daya dan upaya untuk sedikit memberi jalan yang lebih baik bagi para petani dalam mengelola lahan mereka. Dengan niat tulus tersebut mereka melakukan berbagai aktivitas dan selangkah lebih dekat dengan para petani sekaligus sebagai pembina kelompok tani.
Saat ini APM telah memiliki kelompok tani yang terdiri dari para petani di daerah tempat awalnya berdiri. Kelompok tani tersebut terdiri dari sepuluh orang kepala keluarga. MenbinaKelompok kerja tersebut diberi nama Pinang Sebatang. Dan Insyaallah untuk kedepannya APM akan terus membina kelompok-kelompok tani lainnya.
Kegiatan yang dilakukan oleh APM dalam kelompok kerja tersebut seperti membantu para petani dengan terlebih dahulu melihat permasalahan yang mereka alami. Kemudian APM akan menawarkan beberapa bantuan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Di Pinang Sebatang, APM telah membagi para anggota dalam kelompok tani tersebut sesuai dengan keluasan lahan yang mereka miliki. Untuk saat ini Pinang Sebatang memiliki lima hektare lahan pertanian. Kemudian dari sepuluh orang kepala keluarga yang tergabung dalam pinang sebatang bersama-sama mengelola lahan tersebut dengan cara kerja: lahan seluas lima hektare tersebtu dibagi sama rata dengan sepulu orang anggota. Kemudian yang telah mendapatkan lahan masing-masing bertanggung jawab mengelolanya, dan menanaminya sesuai dengan saran-saran pertanian yang diberikan oleh anggota APM.
APM sebagai fasilitator bertanggung jawab untuk mengurus kelompok tani tersebut hingga mereka panem. Bahkan hingga pemasaran hasil tanamanan mereka. Tanaman yang telah ditanam antara lain umbi-umbian. Hal tersebut dikarenakan biaya penanaman, perawatannya relatif lebih murah dan terjangkau oleh para petani, serta cukup memiliki peminat atau pasar tersendiri. Namun jenis tanaman yang akan ditanam juga disesuaikan dengan kontur dan struktur tanah, apakah cocok untuk tanaman ubi, atau dicari cara lain. Selanjutnya APM juga telah berencana untuk mengelola Kakao.
Tentu saja bisa dibayangkan jika lima hektare lahan tersebut ditanami semuanya oleh tanaman palawija maka tingkat pemasarannya juga akan sedikit rumit. Oleh karena itu APM juga membantu warga dalam menjual hasil panen mereka secara kolektif dan tidak marugikan para patani ataupun produsennya. APM juga bekerjasama dengan para pengusaha untuk mau membeli hasil pertanian yang berkualitas tinggi dari para petani, misalnya untuk membeli tanaman palawija para petani, maka APM bekerjasama dengan para pengusaha dari daerah Binjai.
APM juga melakukan penyuluhan kepada para petani mengenai permasalahan, kendala serta penyelesaian dalam masalah pertanian mereka. Baik itu tentang tanah, hama maupun jenis tanaman yang cocok. Tidak hanya dengan kelompok kerja, namun juga dengan para petani lainnya yang lebih umum.
Hal ini dilakukan demi dedikasi APM kepada para petani. Sebab para petani sebagai tulang punggung pangan Indonesia harus diberikan pengetahuan yang telah berbasis reseach untuk menjadi petani yang tepat guna dan menghasil. Jadi meskipun berawal dari lima orang pendirinya, saat ini APM telah memiliki 15 orang anggota yang bersedia membantu para petani tanpa pamrih.
0 komentar:
Posting Komentar