Minggu, 01 Mei 2011

Save The Earth: Menjaga Lingkungan dari dalam Kelas

Menjaga Lingkungan dari dalam Kelas
foto: ISTIMEWA
DAUR ULANG: Siswa SMAN 1 Pangkalankerinci bersama-sama merobek kertas untuk di daur ulang menjadi media tanah tanaman bungan.

SELURUH  negara di dunia sekarang tengah menggalakan pendidikan cinta lingkungan. Berbagai program peningkatan lingkungkan digalakan bagi generasi muda. Hal ini jugalah yang menjadi pemikiran SMAN 1 Pangkalankerinci menjadikan pembahasan lingkungan salah satu mata pelajaran yang dinamakan mata pelajaran lingkungan hidup.

Laporan Misharwan Kurniawan Pekanbaru misharwan_kurniawan@riaupos.co.id

Meskipun hari tengah beranjak  siang dan matahari tepat berada di atas kepala, namun 32 orang siswa kelas sepuluh empat (X 4) SMA Negeri 1 Pekanbaru terlihat masih asyik mengerjakan kegiatan mereka. “Suasana memang selalu menjadi heboh setiap mata pelajaran lingkungan hidup,” seru Lia Margareth, siswa tahun pertama SMA tersebut. Hal tersebut bukan heboh karena tidak senang, “namun karena pelajaran ini membuat kami selalu menemukan hal-hal baru tentang lingkungan,” tambahnya.
Proses pembelajaran lingkungan hidup dibagi menjadi dua. Pertama bagian teori, dan kedua bagian praktek. Teori akan dilaksanakan di dalam kelas. Sementara praktek siswa akan dipindahkan tempat khusus. Kamis jam ke sembilan dan sepuluh (mata pelajaran terakhir hari itu, red) menjadi kelas wajib pelajaran lingkungan hidup bagi Lia begitu panggilan akrabnya beserta siswa-siswi kelas X 4 lainnya.
 
foto: ISTIMEWA
SOSIALISASI: Siswa SMAN 1 Pekanbaru mensosialisasikan cara pembuatan biopori kepada siswa lainnya.
 
Mata pelajaran lingkungan hidup merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh siswa kelas sebelas. Selanjutnya kelas ini akan berlanjut pada semester pertama jika mereka naik ke kelas 12.
“Dalam mata pelajaran lingkungan hidup ini, siswa mendapatkan pelajaran tentang lingkungan mulai dari cara-cara membuat kompos hingga belajar tentang isu global warming  dan berbagai penyebabnya,” ujar wakil kepala sekolah bagian K3 (kebersihan, kerindangan dan keindahan), Bapak Sulistia Budi S Pd.
Teknik atau metode pembelajaran lingkungan hidup yang diberikan di sekolah ini adalah dengan memakain metode teori dan praktek. “Jika mata pelajarannya tentang cara-cara mengolah sampah organik dan anorganik maka kami (siswa) diajarkan untuk mempraktekkannya,” tambah Lia.
Kemudian belajar tentang efek pemanasan global, memahami tentang global  warming  itu dilaksanakan secara teori. Sehingga untuk pembahasan bagian ini siswa lebih banyak menghabiskan waktunya di kelas.
Pelajaran lingkungan hidup tidak diberikan di setiap tingkat. Khusus untuk kelas sebelas mereka akan mendapatkan dua jam pelajaran dalam seminggu, secara khusus belajara mengenai persoalan lingkungan dan prakteknya. Hal ini di lanjutkan hingga semester pertama pada tingkat 12. selanjutnya pada semester kedua pelajaran lingkungan hidup yang menjadi bagian dari muatan lokal (mulok) tersebut diganti dengan memahami dan mengenal khazanah adat Riau.
    “Ketika belajar tentang lingkungan hidup di kelas, kita sudah berasa menjadi salah seorang penyelamat lingkungan,” ungkap Riri Lastiar Situmorang yang kini tengah duduk di kelas sebelas SMA N 1 Pekanbaru.
Sebab kami mempelajari banyak hal tentang penyebab pemanasan global, misalnya, tambah Riri begitu biasa dia dipanggil. Kami juga belajar tentang cara-cara mengatasi dampak pemanasan global, ungkapnya kemudian.
    Pendidikan lingkungan di SMA ini menurut Budi, panggilan asyik Budi Wicaksono, yang sekaligus juga berperan sebagai staff pengajar di sekolah tersebut, merupakan mata pelajaran wajib yang telah di akui oleh pihak sekolah. “Mungkin SMA kami merupakan SMA pertama yang membuat mata pelajaran ini,” tambahnya.
Hal tersebut menurut Budi, selain karena sekolah memiliki peran penting terhadap pendidikan lingkungan yang akan menjadi pondasi bagi para siswa ketika bersikap dan berprilaku di lingkungan. Juga karena mata pelajaran ini mendapatkan point tertinggi bagi sekolah yang akan mengikuti adiwiyata.
Lain lagi yang dilakukan oleh Salmiyati SPd, guru biologi SMA N 1 Pangkalankerinci, “kami telah memiliki kelompok-kelompo siswa di luar OSIS yang khusus mengelola tentang limbah sekolah,” ceritanya. SMAN 1 Pangkalan kerinci memiliki komunitas para siswa yang menamakan diri mereka kelompok daur ulang. Salah satu tugas kelompok ini adalah mendaur ulang kertas menjadi tanah untuk ditanami dengan tanaman bunga.
Pendidikan lingkungan memang telah menjadi persoalan krusial, yang tidak lagi hanya dibahas oleh orang-orang dibidang lingkungan seperti, pertanian, biologi, dan sebagainya. “Meskipun kami merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, namun kami juga memiliki pembahasan tentang lingkungan,” ungkap Muhammad Fajril Amini, mahasiswa semester enam jurusan Hubungan Internasional (HI), Universitas Riau (UR).
Di HI, tambahnya, ada mata kuliah tentang permasalahan lingkungan global, disini kami belajar tentang penyebab pemanasan global, cara pencegahan dan cara beradaptasi, polusi dan berbagai persoalan lingkungan lainnya, yang juga telah menjadi masalah dunia.  Dan yang lebih penting, lanjutnya, melalui mata kuliah ini, kami juga mengetahui apa yang telah di lakukan oleh negara-negara di dunia untuk menghadapi isu global warming.
Hal tersebut diakui oleh Muhammad Saeri, dosen Ilmu Hubungan Internasional UR bahwa persoalan lingkungan global sudah seharusnya menjadi tanggung jawab semua kepala-kepala negara dunia. Namun implementasi ke masyarakat dunia yang bersentuhan langsung dengan segala perubahan lingkungan harus mengaplikasikan kegiatan-kegiatan yang menghargai lingkungan. (tya-gsj)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province