Indonesia Tuan Rumah Celebrate Sea-Marine Festival 2011
TALK SHOW: Laut merupakan sumber daya alam sebagai antisipasi perubahan iklim hal ini juga dibicarakandi talk show Festival Laut Internasional.
Inilah yang membuat Asia Diver Expo (Adex)-sebuah industri perlengkapan penyelaman terbesar di Asia- untuk pertama kalinya pada tahun 2002 menggelar Festival Kelautan. Hingga kemudian Celebrate Sea-Marine Festival ini terus dilaksanakan hingga tahun kesepuluh yang dilaksanakan di Indonesia pada 23-25 Septem ini.
Laut merupakan salah satu sumber kehidupan makhluk hidup di bumi. Laut menyediakan 99 ruang hidup untuk makhluk hidup, ini merupakan ruang hidup terbesar yang dihuny oleh organisme hidup. Dan, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa 70,98 dari bumi kita adalah laut.
Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Sapta Nirwandar ,menyatakan bahwa Festival Kelautan saat ini menjadi ajang yang paling bergengsi dibidang kelautan. Kegiatannya utamanya adalah pencitraan dunia bawah air negara penyelenggara. Kegiatan ini akan memanjakan pengunjungnya dari 38 negara di dunia dengan potret-potret indah bawah laut, lukisan, film, forum konservasi laut serta seminar yang akan mengudang tokoh dunia.
Pihak penyelenggarakan kegiatan ini, OceanNEnvironment Australia bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Indonesia, mengungkapkan bahwa alasan lain penyelenggaraan festival laut internasional ini juga beranjak dari pemikiran bahwa kita merayakan hari nasional, merayakan ulang tahun, merayakan tahun baru, namun tidak satupun dari kita, kerajaan, bangsa atau negara yang pernah mengambil waktu untuk merayakan laut, elemen penting yang membuat kita semua hidup.
Bukan hanya Indonesia yang berperan untuk mensukseskan kegiatan ini, namun 38 negara ikut turut memberikan masukan untuk citra seni bawah laut internasional dalam festival tahun ini. Negara-negara tersebut antara lain Australia, Malaysia, Taiwan, Jepang, Inggris, Belgia, Belanda, India, Thailand, Swedia, Jerman, Denmark, India, Perancis, Turki, Denmark , Hong Kong, Spanyol, Rusia, Singapura, Swedia, Polandia, Ukraina, Italia, Austria, Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan tentu saja Indonesia. Pengunjung benar-benar akan mendapatkan pesta mata dan memanjakan diri mereka dalam seni-seni terbaik dari laut.
“Merayakan festival Laut dipandang sebagai platform dominan untuk mempromosikan konservasi, wisata bahari, memberikan pendidikan dan hiburan untuk menciptakan kesadaran yang lebih besar terhadap lingkungan laut kita,” ungkap Sapta Nirwandar dalam press releas-nya. Apalagi festival bawah laut di Manado ini adalah yang terbesar di luar Eropa, khususnya Marseille Perancis, di mana Festival Mondial de l`Image Sous Marine ke 39 tahun digelar.
Pembicara internasional yang menjadi speaker dalam kegiatan selama tiga hari ini adalah Emory Kristof dari National Geographic Explorer yang sekaligus merupakan penemu bangkai kapal Titanic. Howard dan Michelle Hall seorang cinematographers laut dan Terumbu Karang. Chou Loke Ming, Profesor Departemen Ilmu Biologi, Universitas Nasional Singapura. Mark Erdmann, Penasehat Senior, Indonesia Marine Program. Michael AW, Terumbu Terkaya Indonesia, Dii bawah Bunaken, Samudera Geografis. Mathieu Meur, penulis Fotografi Digital Underwater Esensial. Steve Jones, penjelajah dan, wartawan foto bawah air. Joe Moreira, Pemimpin Redaksi, Samudera Geografis, Evonne Ong, editor, Samudera Geografis. Ronny Rengkung, fotografer bawah air – Indonesia. Khusus Tamu - Valerie Taylor, ahli dan pelestari hiu, Australia. Dalam kegiatan ini para tamu dan undangan juga mengusulkan agar Indonesia mendirikan rumah festival secara permanent selama tiga tahun. Sebab kegiatan kali ini merupakan kegiatan terbesar se-Asia Pasifik selama sepuluh tahun terakhir.
Beberapa kegiatan yang cukup menarik perhatian para pengunjung adalah Penghargaan Ubur-ubur (Jellyfish Award). Kegiatan ini berupa lomba memotret ubur-ubur dari berbagai sudut, close up, samping, seluruh tubuh, ubur-ubur diperlakukan tak ubahnya sebagai seorang model kelas atas. Panitia juga memberikan tips bagi peserta yang hendak mengikuti kegiatan memotret ubur-ubur tersebut. Ubur-ubur pertama muncul diakhir musim dingin. Kemudian bertambah dewasa menjelang musim panas hingga reproduksi mereka matang. Oleh karena itu, waktu terbaik memotret ubur-ubur adalah pada musim panas dan gugur. (tya-gsj/new)
Bukan hanya Indonesia yang berperan untuk mensukseskan kegiatan ini, namun 38 negara ikut turut memberikan masukan untuk citra seni bawah laut internasional dalam festival tahun ini. Negara-negara tersebut antara lain Australia, Malaysia, Taiwan, Jepang, Inggris, Belgia, Belanda, India, Thailand, Swedia, Jerman, Denmark, India, Perancis, Turki, Denmark , Hong Kong, Spanyol, Rusia, Singapura, Swedia, Polandia, Ukraina, Italia, Austria, Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan tentu saja Indonesia. Pengunjung benar-benar akan mendapatkan pesta mata dan memanjakan diri mereka dalam seni-seni terbaik dari laut.
“Merayakan festival Laut dipandang sebagai platform dominan untuk mempromosikan konservasi, wisata bahari, memberikan pendidikan dan hiburan untuk menciptakan kesadaran yang lebih besar terhadap lingkungan laut kita,” ungkap Sapta Nirwandar dalam press releas-nya. Apalagi festival bawah laut di Manado ini adalah yang terbesar di luar Eropa, khususnya Marseille Perancis, di mana Festival Mondial de l`Image Sous Marine ke 39 tahun digelar.
Pembicara internasional yang menjadi speaker dalam kegiatan selama tiga hari ini adalah Emory Kristof dari National Geographic Explorer yang sekaligus merupakan penemu bangkai kapal Titanic. Howard dan Michelle Hall seorang cinematographers laut dan Terumbu Karang. Chou Loke Ming, Profesor Departemen Ilmu Biologi, Universitas Nasional Singapura. Mark Erdmann, Penasehat Senior, Indonesia Marine Program. Michael AW, Terumbu Terkaya Indonesia, Dii bawah Bunaken, Samudera Geografis. Mathieu Meur, penulis Fotografi Digital Underwater Esensial. Steve Jones, penjelajah dan, wartawan foto bawah air. Joe Moreira, Pemimpin Redaksi, Samudera Geografis, Evonne Ong, editor, Samudera Geografis. Ronny Rengkung, fotografer bawah air – Indonesia. Khusus Tamu - Valerie Taylor, ahli dan pelestari hiu, Australia. Dalam kegiatan ini para tamu dan undangan juga mengusulkan agar Indonesia mendirikan rumah festival secara permanent selama tiga tahun. Sebab kegiatan kali ini merupakan kegiatan terbesar se-Asia Pasifik selama sepuluh tahun terakhir.
Beberapa kegiatan yang cukup menarik perhatian para pengunjung adalah Penghargaan Ubur-ubur (Jellyfish Award). Kegiatan ini berupa lomba memotret ubur-ubur dari berbagai sudut, close up, samping, seluruh tubuh, ubur-ubur diperlakukan tak ubahnya sebagai seorang model kelas atas. Panitia juga memberikan tips bagi peserta yang hendak mengikuti kegiatan memotret ubur-ubur tersebut. Ubur-ubur pertama muncul diakhir musim dingin. Kemudian bertambah dewasa menjelang musim panas hingga reproduksi mereka matang. Oleh karena itu, waktu terbaik memotret ubur-ubur adalah pada musim panas dan gugur. (tya-gsj/new)
0 komentar:
Posting Komentar