Teknik biopori adalah suatu cara sederhana yang bisa digunakan untuk mencegah banjir dan sangat gampang digunakan dalam rumah tangga yang cenderung tidak mempunyai sumur resapan serta berhalaman sempit. Praktik biopori sangat sederhana dan mudah diterapkan dilingkungan sehari-hari. Hal inilah yang coba dikembangkan oleh sekolah Darma Yudha sejak 8 Maret 2009 lalu.
Ditemui disekolahnya siswa-siswi Darma Yudha terlihat sangat terampil mendemontrasikan cara-cara pembuatan biopori kepada GSJ. Tidak cukup 10 menit dua lubang mungil telah mereka buat lengkap dengan segala perlengkapannya dan tadaaa jadilah biopori sang penyelamat di kala hujan lebat sebagai tempat resapan air yang sangat fleksibel sebab tidak perlu tempat yang luas membuatnya. Bahkan sedikit tanah kosong dipojok sekolah, bisa dimanfaatkan untuk biopori dengan ukuran sekolah seluas Darma Yudha.
“Biopori ini merupakan salah satu program Darma Yudha untuk para siswa-siswi setingkat SMP bekerja sama dengan Gerakan Kemanusian Indonesia. Sekolah Darma Yudha ingin menumbuhkan sifat peduli lingkungan kepada siswa-siswi, dimana mereka bisa melakukan sesuatu tidak hanya di sekolah namun juga dipraktikkan dirumah masing-masing. Biopori adalah salah satu program yang tepat karena pembuatannya sederhana dan tidak memerlukan biaya mahal namun berfungsi sangat efektif menjaga lingkungan terutama menghindari banjir di saat hujan,” ujar Christian Pramudana kepala sekolah Darma Yudha.
Program biopori ini mendapat apresiasi yang penuh semangat dari siswa-siswi Darma Yudha. Philip dari kelas 9 menceritakan dengan bangga bahwa sekolahnya sudah mempunyai kurang lebih 20 buah lubang biopori.
“Membuatnya sangat gampang dan tidak membutuhkan waktu banyak, kami memanfaatkan waktu luang atau saat libur sekolah untuk membuat lubang biopori tersebut. Kelas tujuh dan kelas delapan bersama-sama membuatnya. Kami sangat senang membuat lubang resapan air ini. Sebab biopori bisa mencegah banjir sehingga sekolah kami bebas dari satu masalah lingkungan itu, apalagi nanti timbunan sampah organik dipipa biopori bisa diambil dan dijadikan pupuk kompos” cerita Philip dan teman-temannya antusias.
Mendampingi murid-muridnya membuat biopori dua guru Darma Yudha Bapak Fachrul dan Nunus menjelaskan tentang tahapan pembuatan biopori. Tahapan pertama pembuatan biopori adalah menentukan tempat pembuatan lubang, lokasinya bisa dimana saja di lingkungan sekolah atau rumah tempat tinggal, dan tidak perlu tanah yang luas. Kemudian membuat lubang mungil dengan menggunakan peralatan bor tanah yang bisa didapatkan di toko kelontong. Bor tanah ini terbuat dari besi dengan desain khusus dan memiliki ukuran proporsional untuk kedalaman lubang.
Selanjutnya di tanah yang sudah dilubangi tanam pipa dengan panjang 20 Cm, besar diameter pipa sesuai dengan lubang yang telah dibuat dan jangan lupa menyisakan bagian atas pipa sekitar 5 Cm dari permukaan tanah. Langkah finishing tutup bagian atas pipa yang tadi disisakan dengan kasa berpori kecil. Kasa ini bermanfaat untuk menyaring sampah-sampah besar masuk ke dalam biopori sehingga penyerapan air tidak maksimal jika masuk kedalam lubang.
“Setelah tahap finishing, siswa-siswi akan mendapat tugas bergiliran untuk memeriksa kondisi lubang biopori seminggu sekali, mereka akan mengecek apakah kasanya terlepas atau materi-materi tidak penting seperti sampah yang masuk ke lubang sehingga menghalangi penyerapan air dan kemudian merapikannya kembali sehingga penyerapan air maksimal” jelas Fachrul lebih lanjut. Darma Yudha berkeinginan memperluas kegiatan ini sehingga tidak hanya dilaksanakan dilingkungan sekolah namun juga di luar sekolah dan tempat-tempat umum sehingga permasalahan banjir di Kota Pekanbaru bisa diatasi.
“Saat ini kami masih membutuhkan kerja sama dari instansi atau perusahaan yang mempunyai minat terhadap pendidikan dan lingkungan sehingga bisa bekerjasama dengan pihak sekolah dalam mengembangkan biopori ini tidak hanya di lingkungan sekolah Darma Yudha namun juga lingkungan masyarakat yang lebih luas,” ucap Christian.
Ke depan, tambahnya, pihak sekolah juga akan mencanangkan program lingkungan baru seperti pengelolahan sampah organik dan karya ilmiah lingkungan. Namun mereka masih menunggu jika ada pihak luar yang ingin membantu program ini atau transfer ilmu serta bantuan peralatan seperti kerja sama mereka dengan Gerakan Kemanusia Indonesia. (Ivit Sutya – Mahasiswa HI Universitas Riau)
0 komentar:
Posting Komentar