Minggu, 13 Maret 2011

Save The Earth: Tahura SSH Berpotensi sebagai Tempat Konservasi Raptor

Tahura SSH Berpotensi sebagai Tempat Konservasi Raptor
PENGAMATAN: Green Student Journalist (GSJ), Raptor Indonesia (RAIN), Suaka Elang, Kelompok Studi Lingkungan Hidup (KSLH) beserta beberapa Kelompok MAPALA yang ada di Riau sedang melakukan pengamatan terhadap aneka jenis raptor di Tahura. 

Di balik teduhnya Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Syarif Hasyim, ternyata masih tersimpan aneka jenis Raptor (hewan pemangsa-red) yang menetap di sana, salah satunya adalah elang. Hewan yang termasuk dalam kategori dilindungi itu ada beberapa jenis yang disinyalir menetap di area tersebut.

Laporan Andi Noviriyanti, Minas     andinoviriyanti@riaupos.com

Berkurangnya potensi hutan mengakibatkan berbagai Raptor  semakin berkurang. Elang salah satunya. Hewan yang terdiri dari bermacam ragam spesies tersebut semakin berkurang populasinya seiring dengan berkurangnya luas hutan di Riau. Namun beberapa pengamat Raptor masih optimis dengan keberadaan elang di Riau. Rabu (9/3) lalu, Raptor Indonesia (RAIN), Suaka Elang, Kelompok  Studi Lingkungan Hidup (KSLH), beberapa kelompok Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) dan Green Student Journalist (GSJ) melakukan pengamatan elang di kawasan Tahura.
Dengan bekal beberapa buah monocular dan binocular (teropong-red ) rombongan yang berjumlah sekitar 40 orang tersebut memasuki kawasan Tahura. Belum sempat masuk ke dalam wilayah hutan, beberapa peserta rombongan mendengar gemerisik pepohonan, dan ketika diamati ada tiga ekor Burung Rangkong yang bertengger disana.
“Kehadiran burung Rangkong menandakan bahwa masih banyak pakan bagi para Raptor untuk menetap di sini,” ujar Zaini Rahman, Koordinator RAIN.
Menurut Gunawan Direktur Suaka Elang, ada dua faktor yang menyebabkan elang menetap atau bermigrasi ke suatu tempat. Faktor tersebut antara lain faktor pakan, dan faktor pepohonannya yang memungkinkan dibuat sarang. Selain itu elang juga memiliki hunting area atau daerah perburuan dan cord area  atau  disebut juga daerah kekuasaaan. Biasanya elang yang berasal dari dua jenis yang berbeda tidak akan membangun sarang yang berdekatan, sehingga butuh hutan yang cukup luas untuk menemukan sarang elang yang mempunyai jenis berbeda.
“ Elang hanya makan lima sampai enam kali tiap satu minggu. Namun ketika mempunyai anak, elang berburu tiap hari, kadang-kadang malah dua kali berburu perhari, sehingga membutuhkan area yang luas untuk wilayah perburuannya,” papar Gunawan.
Kondisi Tahura yang termasuk dalam posisi hutan sekunder, dan area hutannya tidak begitu besar lagi, karena dirambah oleh warga dan dijadikan lahan untuk perkebunan sawit. Dahulu Tahura memiliki area yang sangat luas sekitar  6.172  hektar kini kawasan tersebut  telah  berkurang  sekitar 3000  hektar, namun hal itu masih menjanjikan area  yang cukup untuk menjadi tempat berburu  dan membangun sarang elang-elang. Bahkan menurut pengakuan Apep,  koordinator  lapangan  pusat  informasi Tahura SSK, Elang Hitam masih  sering  terlihat di kawasan dalam hutan, biasanya jika tidak terlihat pun sesekali suara nya masih sering terdengar.
“Elang masih sering terlihat di dalam hutan, bahkan sesekali sering menyambar ayam yang berada di perkampungan warga,” jelasnya.
Beranjak siang, perjalanan di teruskan dengan mengikuti field  trip ke dalam hutan. Perjalanan sengaja di teruskan setelah matahari mulai meninggi. Menurut  keterangan  Gunawan, elang biasanya muncul ketika cuaca sudah mulai menghangat sekitar pukul 9.00 sampai 11.00 WIB  waktu  setempat.
Perjalanan  melewati berbagai jenis pohon  seperti  Gaharu, Kulim, Mahoni dan berbagai  jenis pohon lainnya. Setelah  melewati undak-undakan menanjak, maka  perjalanan rombongan  berhenti di daerah camp area. Pengamatan atau identifikasi  elang hanya bisa di lakukan di  daerah yang luas dan lapang.
Ternyata mengamati  hewan liar  seperti elang,  membutuhkan kesabaran dan ketelitian panca indera. Berjam-jam rombongan mengamati ke berbagai arah, mencari-cari ke berbagai penjuru mata angin dengan mata telanjang maupun dengan memakai monocular dan binocular.  Sampai  bercucuran keringat dan  berpindah-pindah  ke  berbagai sudut  tanah lapang, belum juga di temukan  sosok hewan yang akan di identifikasi.
Saat  beberapa peserta rombongan mulai bosan dan berteduh di bawah pokok  pohon-pohon besar dan sebagian berteduh dibalai besar yang ada di area camp, tiba-tiba terdengar sayup-sayup  suara  kulik  elang dikejauhan. Para peserta terhenyak, Gunawan tersenyum  senang dan  segera memindai  arah  suara dengan monocular. Monocular  mampu menangkap objek dengan jarak pandang yang cukup jauh dan menambah besaran 20 sampai 40 kali besar ukuran objek yang sebenarnya.
Setelah diamati, ternyata elang yang bertengger di pucuk pohon dan tertangkap penglihatan dengan monocular tersebut dadanya berwarna putih agak kecoklatan dengan bagian kepala berwarna hitam dan dilengkapi dengan jambul kecil. Setelah diidentifikasi elang tersebut merupakan jenis Elang Sikep Madu Asia (Pernis ptylorhinchus). Elang ini merupakan elang jenis migran dan makanan utamanya adalah larva lebah. 
Makin siang ternyata makin banyak elang-elang yang keluar dari rerimbunan pohon, mereka berputar-putar di udara, ada yang diam saja, namun ada yang bersuara riuh. Elang yang tidak mengeluarkan suara merupakan jenis elang brontok  (Spizaetus cirrhatus), sedangkan yang bersuara riuh merupakan jenis elang ular bido (Spilornis cheela bido).
Total yang di temukan selama identifikasi, ada lima ekor elang. Dua elang  ular bido, satu elang b rontok dan dua  elangmadu sikep  asia. Elang  ular  bido  dan brontok  merupakan  jenis  elang  menetap.  Sementara  elang  m adu  sikep  asia merupakan  jenis  elang  migran.
Melihat  elang-elang yang masih bertahan hidup di Tahura, dan melihat potensi hutannya yang masih memiliki pepohonan berusia tua,  Gunawan optimis jika Tahura ini nantinya akan menjadi tempat pelepasliaran elang dari pusat rehabilitasi.(asrul-gsj/new)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province