MEMBENTANGKAN BENDERA: Gunung Kerinci, Jambi menjadi saksi keberanian Mapala Suska. Mahasiswa yang tergabung dalam kegiatan pecinta alam ini berhasil mencapai puncak gunung tertinggi di Sumatera tersebut.
Kiriman: M Afdhol
Koordinator Ekspedisi
UIN Suska Riau
EKSPEDISI ini pada awalnya terinspirasi dari keingintahuan dan program kerja divisi Alam Bebas di Mapala Suska terhadap Gunung Kerinci, Jambi. Sehingga jauh hari kami telah mempersiapkan segalanya, mulai dari fisik, mental, dan peralatan untuk ekspedisi ini.
Alhamdulillah dengan izin Yang Maha Kuasa, kami satu tim, dari Mapala Suska UIN Sultan Syarif Kasim Riau yang terdiri dari M Afdhal (Baung), dari jurusan Teknik Industri, R Nofrinaldi (Capunk) berasal dari Jurusan Pertanian dan M Yusuf (Ubur-ubur) dari jurusan Akhwaalul Sakhsiyah, bisa memulai ekspedisi. Kami Berangkat untuk ekspedisi ke puncak gunung tertinggi ke dua di Indonesia setelah Gunung Jaya Wijaya ini selama satu minggu. Tim berangkat beserta rombongan KPA Lentera dan MAKOMPILA STIKOM Riau.
Perjalanan ini dimulai pada Selasa, 1 Februari 2011, pukul 17.30 WIB. Dengan menumpang bus, dengan tarif Rp 70 ribu per -orang kami menuju Gunung Kerinci. Setelah perjalanan satu malam, kami pun tiba di Muara Labuh (Solok Selatan). Perjalanan selanjutnya adalah langsung menuju Sungai Penuh, Kerinci Jambi dengan menukar angkutan. Di sana kami beristirahat di sekretariat bersama Pecinta Alam Kerinci yang beralamat di jalan A Rahman Hakim No 18 Sungai Penuh, Kerinci. Malam hari di kaki gunung kerinci udara sangat dingin, tubuh serasa menggigil.
Keesokan harinya, Kamis, (3/2) Pukul 10.22 WIB, kami berangkat menuju Tugu Macan yang berada di kaki Gunung Kerinci, bersama dengan seorang leader dari Sekber Kerinci yang dipanggil dengan sebutan Andri. Dan pukul 12.40, kami tiba di Pintu Rimba yaitu gerbang awal pendakian. Berupa batas antara ladang dan hutan heterogen sebagai pintu masuk. Pintu Rimba berada pada ketinggian 1800 meter dari bawah permukaan laut (mdpl).
Akhirnya, pukul 13.00 WIB rombongan kami yang telah bertambah jumlah menjadi sebelas orang ini menuju Pos II pada ketinggian 1.909 mdpl. Dan Pukul 14. 28 kami sampai ke pos II untuk istirahat sebentar. Disini kami bertemu dengan tiga turis dari Belanda dan seorang leadernya, penduduk setempat.
Pengalaman mendaki Gunung Kerinci kerap mendapatkan kondisi cuaca yang unpredictable. Jumat, 4 Februari 2011, dini hari, rombongan di guyur hujan yang sangat lebat. Sehingga berlahan-lahan air hujan merembes memasuki tenda. Kami pun tidur dalam keadaan dingin dan basah.
Pada hari yang sama pukul 09.35 semua tim pun bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan menuju Shalter II. Shalter ini penuh tanjakan, berada di lokasi ketinggian 3.073 mdpl. Tempat kami beristirahat, makan siang dan menghangatkan diri. Karena sepanjang perjalanan kami diguyur hujan lebat.
Sabtu, keesokannya memulai pendakian dalam kondisi gelap gulita, kami menuju puncak Kerinci. Lintasan untuk menuju puncak berupa pasir, batuan cadas. Jarak tempuh menuju puncak 2 km dengan waktu tempuh sekitar tiga jam. Di lintasan ini pendaki perlu ekstra hati-hati, ditambah lagi dengan kabut dan asap blerang yang membuat nafas kami sesak dan mata perih-perih. Dan, sebelum menuju puncak 3805 mdpl kami menemui tiga tugu memorian, yaitu Tugu Yudha, Tugu Adi, dan Tugu Hari.
Sekitar pukul 07.40 WIB, dengan bangga dan senang kami menginjakkan kaki pertama kami di Puncak 3805 mdpl itu. Selanjutnya kami menuju Puncak Mageger yang terdapat di sebelah kanan Puncak Kerinci. Di sini kami dapat melihat di kejauhan membentang pemandangan indah kota Jambi, Padang, dan Bengkulu. Bahkan Samudera Hindia yang luas dapat terlihat dengan jelas. Kami juga bisa melihat kawah Gunung Kerinci seluas 400 x 120 meter dan berisi air yang berwarna hijau. Semoga dengan ekspedisi ini saudara-saudara yang lain terinspirasi mendaki Gunung Kerinci nan eksotis.
0 komentar:
Posting Komentar