Senin, 25 April 2011

GSJ News: Coklat Gambut Warna Khas CTPRC

FOTO BERSAMA: Tiga orang anggota GSJ sedang berfoto bersama dengan Haris Gunawan, pendiri dan pengelola CTPRC.

What Should be done?, Think Global, Act Local Programs kalimat itu terucap dari pendiri Center For Tropical Peat Swamp Restoration and Conservation (CTPRC), Haris Gunawan pada pertemuannya dengan Green Student Journalists(GSJ) Selasa (19/4) lalu. Diskusi ringan tentang gambut tropika tersebut dijadwalkan khusus untuk menggali informasi serta berbagai pengetahuan antara Dosen Fakultas Biologi  Universitas Riau dengan GSJ.
Menurut  data yang dimiliki CTPRC saat ini hutan rawa gambut tropika terbesar di dunia berada di Indonesia, yakni dari 30 juta hektar jumlah keseluruhan di dunia, Indonesia mempunyai 27 juta hektar lahan gambut tropika. Di Indonesia sendiri saat ini kawasan terbesar nya terletak di Sumatera yakni sebesar 8 juta hektar. Salah satu ekosistem hutan rawa gambut tropis terluas di Sumatera adalah di Riau yang telah ditetapkan sebagai Cagar Biosfer oleh Unesco pada 2009 lalu, yaitu blok bentang alam Giam Siak kecil dan Bukit batu (GSK-BB).
CTPRC ini dibentuk sejak tahun 2005 lalu, hingga saat ini telah memiliki sekitar 60 orang anggota yang terdiri dari berbagai latar belakang profesi dari berbagai wilayah di Indonesia maupun di dunia.
“Khusus meneliti dan fokus pada gambut menjadi warna yang menunjukkan identitas CTPRC,” ucapnya.
“Sebagai warga negara Indonesia, khususnya Riau yang memiliki hutan rawa gambut tropika terbesar di Sumatera jangan sampai warga atau masyarakat tempatan hanya jadi penonton,” ujarnya.
Atas pemikiran tersebut maka CTPRC merangkul masyarakat tempatan dalam berbagai kiegiatannya. Misalnya pada Februari 2010 lalu.
“Masyarakat setempat menyambut baik kehadiran kami, bahkan mereka turut serta membantu proses nursery dan penanaman pohon, bahkan saat ini merekalah yang memonitoring perkembangannya,” papar ayah dua anak tersebut.
Haris juga mengungkapkan bahwa banyak pihak asing yang sering bekerjasama melakukan penelitian dikawasan cagar Biosfer GSK-BB. Bahkan untuk menunjang aktivitas tersebut CTPRC membangun Sundak Research Shelter (Pondok Penelitian Sundak-red).
“Pihak asing seperti Jerman, Jepang dan warga negara asing lainnya saja begitu berminat untuk mempelajari Cagar Biosfer GSK-BB, mengapa kita tidak, seharusnaya kita lebih berminat dari mereka karena  Cagar Biosfer itu milik kita,” katanya.
Kedepannya, CTPRC ini akan lebih melebarkan sayapnya dengan memperluas tema-tema penyelamatan lingkungan tidak hanya gambut tropika tapi bisa jadi ke tema lingkungan perkotaan, sungai, ekosistem bakau, koral, terumbu karang dan tema-tema lainnya. Hal itu telah di diskusikan pada pertemuan anggota CTPRC di Jakarta (12/4) lalu.(asrul-gsj)
Akhir April ini, Haris juga mengatakan akan melakukan field trip lagi ke Cagar Biosfer untuk monitoring hasil kegiatan yang telah dilakukan seperti nursery (pembibitan) dan kegiatan pemulihan ekosistem hutan lainnya. Pihak Badan Lingkungan Hidup(BLH) Riau juga disebutkan akan bekerjasama dengan CTRC dengan agenda membuat film dokumenter tentang Cagar Biosfer GSK-BB.(asrul-gsj)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province