Minggu, 15 Mei 2011

Green Teacher: Manajemen Lingkungan di Sekolah


Istilah Green School mengacu pada suatu usaha yang dilakukan untuk menerapkan manajemen lingkungan sekolah yang praktis, sederhana dan bermanfaat, serta bisa dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah yang ramah lingkungan. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya perlu mengikuti kaedah Environmental Management System (EMS).

Realisasi dari hal tersebut, salah satunya dengan menciptakan green school yang bebas dari sampah. Sungguh tidak mudah melaksanakan hal yang demikian. Karena  kebersihan lingkungan sekolah tak terlepas dari jerih payah berbagai komponen yang terkait didalamnya, tidak hanya dilakukan secara individu. Sekolah yang menghijau sepertinya telah menjadi salah satu agenda penting setiap sekolah untuk diwujudkan. Hal ini bisa dilihat misalnya ditempat saya mengajar (MTs Negeri Sungai Apit), pekarangan sekolah ditumbuhi dengan beberapa pohon sawit, pohon-pohon palem, dan pulai (Alstonia Scholaris.R.Br) yang berjejer rapi bak benteng menawan, memproteksi sekolah dari serangan panasnya terik mentari.
Di bagian depan masing-masing ruangan kelas dihiasi indahnya bunga-bunga mekar. Dan, bagian belakang sekolah terdapat apotik hidup dengan berbagai jenis tumbuhan. Apotik hidup ini merupakan hasil kerja keras guru dan siswa yang melambangkan denyut kehidupan insani yang cinta lingkungan dan alam penuh pesona anugerah Sang Pencipta. Tentunya keasrian tersebut terpancar seiring dengan bersihnya pekarangan sekolah dari sampah-sampah.
Berbagai tindakan yang kami lakukan adalah membiasakan para guru, seluruh siswa, dan setiap individu yang berada dalam lingkungan sekolah untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. Menerapkan sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle) misalnya memanfaatkan plastik bekas untuk digunakan kembali, mendaur ulang kertas menjadi produk keterampilan siswa, mengurangi pembaziran penggunaan kertas dengan menerapkan motto think before print: easier saving paper than planting trees.
Meskipun belum ada pemisahan secara khusus tempat sampah organik dan non-organik. Namun pihak sekolah dan guru secara tidak langsung telah memberikan teladan. Yaitu dengan selalu menempatkan material yang tidak bisa didaur ulang ke dalam tong sampah yang disediakan di luar kelas. Sementara benda-benda yang bisa didaur ulang dimasukkan ke dalam tong sampah yang berada di dalam kelas. Bahkan kadang-kadang dikelompokkan dan dikumpulkan untuk menjadi suatu objek pembelajaran.
Sedangkan untuk menghasilkan lingkungan yang hijau, sekolah melaksanakan program penanaman pohon-pohon pelindung, menggalakkan cinta lingkungan sekolah dengan menanam berbagai bunga, dan secara bersama-sama menjaga dan merawat penghijauan tersebut. Selain itu peran guru juga ditonjolkan dalam hal ini dengan mengajarkan konsep-konsep dasar pendidikan lingkungan dan tanggung jawab terhadap lingkungan kepada setiap siswa. Bukti konkritnya adalah dengan difungsikannya pembelajaran Muatan Lokal yang difokuskan pada bidang pertanian. Di mana apotik hidup dikembangkan menjadi tanaman penuh manfaat dengan panorama yang menyejukkan mata serta bergaya konvensional nan nyaman.
Berhubungan dengan hal tersebut diatas, kerja keras untuk menumbuhkan kesadaran kepada seluruh elemen sekolah baik itu siswa, guru, staf tata usaha, penjaga sekolah, satpam sekolah, hingga kepala sekolah sekalipun adalah tanggung jawab moral kita, yang perlu terus tertanam pada diri kita masing-masing untuk mencintai lingkungan sekolah menjadi bersih dari sampah.
Tentunya dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab yang besar pada lingkungan sekolah, kita akan mampu menciptakan green school dan keinginan untuk menciptakan sekolah sebagai tempat belajar yang menyenangkan akan terealisasikan. Berlakulah bijak pada diri kita sendiri dan butuh kearifan pribadi masing-masing untuk menjawab semua itu.***

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province