Bukan Lampu: Cahaya temaran di pohon ini bukan lampu yang dijadikan hiasan di pohon cemara, tapi adalah kunang-kunang yang tampak temaran di kegelapan malam kawasan GSKBB.
Kerlap-kerlip cahaya kunang-kunang yang menghiasi rimbunnya pepohonan di sepanjang sungai yang mengalir di zona inti cagar biosfer tersebut memberikan nilai tersendiri bagi kelestarian alam di sekelilingnya.
Bagaimana tidak, kehadiran makhluk kecil bercahaya tersebut ternyata juga dapat memberikan gambaran lingkungan yang masih berkategori baik. Contohnya adalah sebagai bioindikator pencemaran udara. Di mana dengan semakin meningkatnya pencemaran udara, maka populasi hewan kecil ini juga semakin berkurang.
Lebih dari 2.000 spesies kunang-kunang tersebar di daerah tropis. Jumlah terbesar dan beranekaragam spesies ditemukan di Asia Tropic, Amerika Utara dan Tengah. Sementara di Indonesia seperti di sepanjang aliran Sungai Kecil, Daerah Lagoi, Riau, Cagar Biosfer GSKBB ditemukan dua jenis kunang-kunang. Salah satunya termasuk genus Pteroptyx.
Binatang yang termasuk dalam Lampyridae ini, dapat hidup jika lingkungannya berudara segar, tanah subur, dan air jernih. Hal ini dapat dibuktikan dari habitat kunang-kunang yang berada di tempat berkelembapan udara tinggi. Udara lembab yang mengandung banyak uap air dimanfaatkan kunang-kunang untuk bernapas dan menghasilkan cahaya.
Oleh karena itu mari kita jaga kelestarian alam, tidak hanya menjaga hutan alami, namun alangkah lebih baiknya jika kita juga memperbanyak menanam pepohonan di areal perkotaan untuk menetralisir udara kotor. (diah-gsj)
0 komentar:
Posting Komentar