“Baba Akong” dan Bakau
USIANYA memang tak lagi muda. Namun, semangatnya dalam melestarikan lingkungan sangat luar biasa. Victor Emanuel Rayon, itulah nama lengkapnya. Sehari-hari ia biasa dipanggil dengan panggilan Baba Akong. Sejak bencana Tsunami melanda Ende Flores pada tahun 1992, ia pun bertekad untuk kembali menanami lahan bakau yang ikut habis karena bencana tersebut, karena menurutnya hutan bakau bisa sebagai pelindung dari terjangan tsunami.
Tapi, langkah yang ditempuhnya tidaklah mudah. Karena banyak tetangga dan teman menganggap hal yang dilakukannya itu mustahil, karena ia melakukannya sendirian. Parahnya lagi ada yang menganggap Baba Akong sebagai orang gila. Hal itu wajar, karena katika itu demi hutan bakau ia bahkan rela menjual kalung istrinya untuk sekedar ditukar dengan bibit bakau.
Tak hanya dari masyarakat sekitar. Semula Istrinya, Aselina Nona pun menolak untuk turut serta dengan tindakan yang dilakukan Baba Akong. Baru pada hari keempat Istrinya mau ikut serta.
Bahkan hasil jualan ikannya pun dibelikan untuk bibit bakau. Tapi perjuangannya tak sia-sia. Berkat keteguhan dan tekad kuatnya, akhirnya Baba Akong mendapat dukungan dari sekitar 2.000 orang untuk menanam pohon bakau di pesisir Pantai Ndete tersebut. Dan pada tahun 2009, setelah 16 tahun ia berjuang bersama kelompoknya, 23 hektare hutan bakau pun terhampar di bibir Pantai Ndete.
Namun, ternyata tantangan tak sampai di situ saja. Setelah pohon-pohon bakau itu terbentuk menjadi hutan bakau. Banyak orang pun mulai tergiur untuk mengambil keuntungan darinya, seperti mengambil kayu dan menembaki burung-burung yang ada di sana. Baba Akong pun tidak mau tinggal diam melihat kondisi miris tersebut. Dengan keberaniannya ia melawan satu persatu hal tersebut.
Bahkan Baba Akong juga sempat beradu mulat dan berkelahi dengan salah seorang Angkatan Laut yang hendak mencuri kayu di hutan bakau tersebut. Sekuat tenaga Baba Akong berupaya untuk menjaga hutan bakau yang telah dirintisnya sejak lama itu. Ia pun juga menerapkan prinsip ini di dalam keluarganya.
Perjuangannya pun berbuah manis. Kisahnya dalam menjaga dan melestarikan hutan bakau di Ende Flores pun sempat diangkat ke dalam film dokumenter yang menjadi pemenang pada Eagle Award tahun 2008 yang diselenggarakan salah satu stasiun TV swasta. Film dokumenter ini berjudul “Prahara Tsunami Bertabur Bakau”. Tak hanya itu saja Baba Akong pun dianugerahi Kalpataru pada tahun 2008 untuk kategori perintis lingkungan. Ia pun juga menjadi pemenang Kick Andy Heroes untuk kategori lingkungan di tahun 2009.
Memang seharusnya kita belajar lagi dari bencana alam yang terjadi di tahun sebelumnya untuk mengatasi bencana yang akan datang nanti. Keep Green! (afra-gsj/int/new)
Tapi, langkah yang ditempuhnya tidaklah mudah. Karena banyak tetangga dan teman menganggap hal yang dilakukannya itu mustahil, karena ia melakukannya sendirian. Parahnya lagi ada yang menganggap Baba Akong sebagai orang gila. Hal itu wajar, karena katika itu demi hutan bakau ia bahkan rela menjual kalung istrinya untuk sekedar ditukar dengan bibit bakau.
Tak hanya dari masyarakat sekitar. Semula Istrinya, Aselina Nona pun menolak untuk turut serta dengan tindakan yang dilakukan Baba Akong. Baru pada hari keempat Istrinya mau ikut serta.
Bahkan hasil jualan ikannya pun dibelikan untuk bibit bakau. Tapi perjuangannya tak sia-sia. Berkat keteguhan dan tekad kuatnya, akhirnya Baba Akong mendapat dukungan dari sekitar 2.000 orang untuk menanam pohon bakau di pesisir Pantai Ndete tersebut. Dan pada tahun 2009, setelah 16 tahun ia berjuang bersama kelompoknya, 23 hektare hutan bakau pun terhampar di bibir Pantai Ndete.
Namun, ternyata tantangan tak sampai di situ saja. Setelah pohon-pohon bakau itu terbentuk menjadi hutan bakau. Banyak orang pun mulai tergiur untuk mengambil keuntungan darinya, seperti mengambil kayu dan menembaki burung-burung yang ada di sana. Baba Akong pun tidak mau tinggal diam melihat kondisi miris tersebut. Dengan keberaniannya ia melawan satu persatu hal tersebut.
Bahkan Baba Akong juga sempat beradu mulat dan berkelahi dengan salah seorang Angkatan Laut yang hendak mencuri kayu di hutan bakau tersebut. Sekuat tenaga Baba Akong berupaya untuk menjaga hutan bakau yang telah dirintisnya sejak lama itu. Ia pun juga menerapkan prinsip ini di dalam keluarganya.
Perjuangannya pun berbuah manis. Kisahnya dalam menjaga dan melestarikan hutan bakau di Ende Flores pun sempat diangkat ke dalam film dokumenter yang menjadi pemenang pada Eagle Award tahun 2008 yang diselenggarakan salah satu stasiun TV swasta. Film dokumenter ini berjudul “Prahara Tsunami Bertabur Bakau”. Tak hanya itu saja Baba Akong pun dianugerahi Kalpataru pada tahun 2008 untuk kategori perintis lingkungan. Ia pun juga menjadi pemenang Kick Andy Heroes untuk kategori lingkungan di tahun 2009.
Memang seharusnya kita belajar lagi dari bencana alam yang terjadi di tahun sebelumnya untuk mengatasi bencana yang akan datang nanti. Keep Green! (afra-gsj/int/new)
Biodata
Nama : Victor Emanuel Rayon
Panggilan : Baba Akong
TTL : Belu-Timor, 27 September 1947
Nama Istri : Aselina Nona