Bioetanol dari Kulit Salak
MAHASISWA Kuliah Kerja Nyata Universitas Gajah Mada pun tergerak untuk memanfaatkan limbah salak yang banyak dibuang oleh petani salak di Dukuh Dusun Kelor. Limbah salak ini dikadikan sebagai bahan baku pengganti minyak tanah bioetanol.
Tak hanya kulit salak saja yang digunakan, pelepah dan bijinya pun juga ikut dimanfaatkan. Menurut dosen pembimbing lapangan KKN UGM, Karna Wijaya, rata-rata limbah salak busuk yang tidak layak jual ada sebanyak lima persen. Sayang kalau tidak dimanfaatkan.
Bioetanol ini dibuat dengan alat deselitator berkapasitas 25 liter dengan dua tabung. Namun, sebelumnya limbah salah difermentasikan dulu. Dengan dimanfaatkannya limbah salah ini. Kebutuhan energi Dusun Kelor pun bisa dipenuhi secara mandiri sebanyak 60 persen. (afra-gsj/int/new)
Tak hanya kulit salak saja yang digunakan, pelepah dan bijinya pun juga ikut dimanfaatkan. Menurut dosen pembimbing lapangan KKN UGM, Karna Wijaya, rata-rata limbah salak busuk yang tidak layak jual ada sebanyak lima persen. Sayang kalau tidak dimanfaatkan.
Bioetanol ini dibuat dengan alat deselitator berkapasitas 25 liter dengan dua tabung. Namun, sebelumnya limbah salah difermentasikan dulu. Dengan dimanfaatkannya limbah salah ini. Kebutuhan energi Dusun Kelor pun bisa dipenuhi secara mandiri sebanyak 60 persen. (afra-gsj/int/new)