Senin, 21 Maret 2011

Save The Earth: Anak Sungai Siak yang Tercemar

Anak Sungai Siak yang Tercemar
 ANAK SUNGAI: Walaupun kondisi air tercemar di Jalan Yos Sudarso tetap anak-anak bermain air.

Menelusuri beberapa anak Sungai Siak sekarang ini akan ditemukan berbagai aktivitas masyarakat perkotaan dan kegiatan industri disepanjang  alirannya. Pemandangan minyak dan limbah lemak hasil pembuangan masyarakat dan kegiatan industri mengapung diatas permukaan air.
Laporan Mashuri Kurniawan  Pekanbaru 
MashuriKurniawan@Riaupos.com

Kondisi tersebut berdasarkan hasil pantauan Tim For Us Riau Pos, Rabu (16/3) lalu. Disepanjang aliran anak Sungai Siak, beberapa masyarakat masih banyak juga yang memanfaatkan air yang sudah tercemar ini untuk kegiatan mandi, cuci, dan kakus.   Keberadaan logam berat dalam badan perairan anak sungai juga terlihat dipinggiran sungai.
    Logam ini  kebanyakan berasal dari aktivitas manusia berupa buangan sisa industri pelapisan logam, bengkel dan buangan rumah tangga.   Pemandangan minyak dan lemak mengapung di atas permukaan air bisa juga dilihat dengan jelas.
   Menurut   Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Pekanbaru, Drs Adriman MSi,  konsentrasi oksigen terlarut menurun disepanjang aliran sungai karena lapisan minyak menghambat pengambilan oksigen oleh air.  Kondisi ini juga dapat mengganggu tanaman disepanjang sungai. Lapisan minyak menutupi permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu dalam jangka panjang. Dalam jangka panjang memang minyak dapat terurai. Namun demikian dalam jangka pendek akan merusak lingkungan.
   Berdasarkan hasil penelitian BLH Kota Pekanbaru tahun lalu, beberapa perairan sungai berada dalam kondisi tercemar berat yakni Sungai Sail I, Sungai Sail II, Sungai Tanjung Rhu, Sungai Limau, Sungai Sago dan Sungai Senapelan.    Limbah cair dan padat dari sungai tersebut langsung dialirkan ke badan perairan Sungai Siak tanpa pengolahan limbah domestik baik secara fisika, kimia,  maupun biologi.
    Sungai-sungai yang berada dalam kondisi tercemar ringan didominasi oleh tingginya kandungan BOD, COD, dan sulfida (Sungai Sail III, Sungai Sibam, Sungai Umban Sari, dan Sungai Pengambang, TSS (Sungai Sail III, Sungai Sibam dan Sungai Umban Sari). Sedangkan sungai yang berada dalam kondisi tercemar sedang di dominasi oleh tinggginya kandungan BOD, COD, fosfat, dan sulfida (Sungai Sail IV, Sungai Teleju, Sungai Pembatuan, Sungai Rumbai, Sdungai Tenayan, Sungai Kelulut, Labuai, dan Sungai Air Hitam), timbal (Sungai Rumbai), tembaga (Sungai Sail IV, Teleju, Tenayan Raya dan Sungai Air Hitam). Dan E-Coli (Sungai Rumbai, Air Hitam, dan Sungai Sail IV).
   Sungai yang berada dalam kondisi tercemar berat didominasi oleh tingginya kandungan BOD, COD, fosfat, dan sulfida (Sungai Sail II). Sungai Sago, Sungai Limau, dan Sungai Senapelan), timbal, seng dan Ecoli (Sungai Sail I, Sungai Limau Sungai Tanjung Rhu, Sungai Sago dan Sungai Senapelan).
 Pemko Pekanbaru yang telah menjalankan  sebagian program Water Front City (WFC) harus memperhatikan kualitas air dari anka-anak sungai yang ada di dalam kota. Pengolahan limbah tersebut dapat dimulai dengan membangun  stasiun-stasiun pengendalian air pada semua muara anak-anak sungai sebagaimana yang ada di muara Sungai Sago dan Sungai Senapelan I.
  ‘’ Investasi yang sangat besar diperlukan untuk mengolah limbah domestik tersebut.  Namun demikian, untuk tahap pertama mungkin dilakukan pengolahan limbah secara fisika dengan memisahkan limbah dapat dari limbah cair secara mekanis. Tahap selanjutnya dapat dilakukan pengolahan limbah cair secara terpadu,’’ terang Adisman.
  Sebagai contoh Sungai Sail dengan panjang sekitar 28.250 meter merupakan anak sungai terpanjang, di Kota Pekanbaru.  Sungai Sail melintasi Jalan Satria- Rejosari (Sungai Sail I, red) dan jembatan di Jalan Parit Indah Ujung (Sungai Sail III, red). Anak Sungai Sail ini juga melintasi Jalan Pemasyarakatan (Sungai Sail II,red) dan melintas Jembatan Datuk Laksemana-Gobah (Sungai Sail IV, red) 
  Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Pekanbaru, kualitas perairan Sungai Sail I ditentukan oleh kandungan BOD,  COD, fosfat, nitrit, sufida, minyak dan kandungan  logam berat seperti  seng, krom, timbal, tembaga dan besi serta kandungan bakteri E-Coli. Bahan kimia tersebut masuk ke badan perairan sungai dalam, dengan jumlah cukup tinggi.   Bahan kimia ini berasal dari limbah domestik perkotaan dan kegiatan industri dalam kota.
   Sedangkan Sungai Sail II kualitas perairannya ditentukan oleh kandungan BOD, COD, fosfat, nitrit, sufida, deterjen, minyak dan kandungan logam berat seperti seng, krom, timbal, tembaga dan besi. Sementara itu kualitas Sungai Sail III ditentukan oleh kandungan TSSm kekeruhan, BOD, COD, fosfat, sufida, dan kandungan logam seperti seng dan timbal.
Menurut salah seorang warga di Jalan Satria, Sukarni (55) Sungai Sail dahulunya dipergunakan untuk tempat mandi dan mencuci. Ikan juga banyak di Sungai Sail. Sejak adanya pembangunan rumah, gedung dan aktivitas perbengkelas disepanjang aliran sungai, Sukarni mengenang, kondisi itu tidak bis dilakukan lagi.
   Sukarni  mengenang, pada 1990-an ia kerap menangkap  udang-udang sungai, seperti udang galah yang dan ikan baung. Ikan dan udang ditangkap di persembunyian mereka di balik kayu mati dan tumbuhan rawa, seperti akar eceng gondok. Ia menyalahkan air sungai yang sudah tercemar dan terjadinya pendangkalan. 
   Dangkalnya dasar sungai Sail ini disebabkan tebing-tebing sungai sudah banyak yang runtuh.  Permasalahan lainnya penimbunan yang dilakukan beberapa perusahaan menyebabkan kondisi air keruh dan tidak bisa dimanfaatkan lagi.  Pohon penyangga bibir sungai yang dahulunya menjulang tidak ada lagi, bagi dia, itu merupakan salah satu penyebab terjadinya pendangkalan.
    Karena itu, dia berharap rencana Pemerintah Kota (Pemko)  Pekanbaru membangun turap disepanjang  Sungai Sail secepatnya direalisasi.  Kemudian, dilakukan kembali penanaman pohon disepanjang aliran Sungai Sail. Dengan demikian, tidak terjadi lagi yang namanya pendangkalan dan banjir setiap kali hujan deras.
    Setelah dari Sungai Sail, sekitar pukul 11.25 WIB, perjalanan  juga dilakukan di anak Sungai Kelulut dengan panjang sekitar 8000 meter.  Sungai ini merupakan sungai yang dekat dengan aktivitas perusahaan
Sungai ini melintasi Jalan Soekarno Hatta ujung, dan  tidak jauh dari Kompleks Militer Baterai Q.
   Masih  dari data BLH Kota Pekanbaru,  kualitas Sungai Kelulut ditentukan oleh kandungan BOD, COD, fosfat, nitrit, sulfida, minyak dan kandungan logam berat seperti tembag dan besi serta kandungan bakteri E-Coli. Kandungan bahan kimia ini dinilai cukup tinggi . Bahan tersebut masuk ke badan perairan sungai yang berasal dari limbah domestik perkotaan dan kegiatan industri perusahaan.
   Penelusuran anak Sungai Siak  juga dilakukan menelusuri Sungai Sago dengan panjang sekitar 3010 meter. Sungai ini  merupakan sungai yang padat dengan aktivitas pasar, bengkel, aktivitas perhotelan, pemukiman masyarakat dan aktivitas pertokoan di kiri dan kanan sungai. Aliran air Sungai Sago mengalir menuju Sungai Siak yang bermuara di belakang Pasar Pariwisata (Pasar Bawah, red).
   Pemandangan sampah berserakan disepanjang Sungai Sago  tampaknya bukan pemandangan biasa lagi. Bahkan beberapa masyarakat menjadikan anak Sungai Siak ini sebagai tempat pembuangan yang murah dan meriah.
   Khusus Sungai Sago dari  data BLH Pekanbaru lagi,  debit air  Sungai Sago kurang lebih 0,8 m kubik/detik pada musim kemarau dan dapat mencapai 20 meter kubik/detik musim penghujan.  Kualitas  perairan kandungan BOD,  COD, fosfat, nitrit, sufida, minyak dan kandungan logam berat seperti seng, krom, timbal, tembaga dan besi serta kandungan bakteri E-Coli.
   Kandungan bahan-bahan kimia tersebut sangat tinggi. Bahan tersebut masuk ke badan perairan sungai yang berasal dari limbah cair aktivitas pasar, bengkel, permukiman masyarakat dan aktivitas pertokoan.
   Pemandangan sama juga bisa dilihat di Sungai Rumbai dengan panjang  5000 meter. Sungai  ini  merupakan sungai yang padat dengan aktivitas permukiman masyarakat, pertokoan.  Air Sungai Rumbai mengalir melewati sepanjang sisi kiri  Jalan Sembilang-Rumbai  dengan debit kurang lebih 0,5  meter  kubik/detik  pada musim kemarau dan dapat mencapai 15 meter kubik/detik musim penghujan.
   Kualitas  Sungai Rumbai ditentukan oleh kandungan BOD, COD, fosfat, nitrit, sulfida, minyak dan kandungan logam berat seperti tembag dan besi serta kandungan bakteri E-Coli. Kandungan bahan kimia ini dinilai cukup tinggi . Bahan tersebut masuk ke badan perairan sungai yang berasal dari limbah domestik perkotaan dan kegiatan industri perusahaan.
   Namun bagi,  Wahyu (54) Sungai Rumbai masih menjadi tempat mereka mengadu nasib.  Wahyu sejak berusia 26 tahun sudah melakukan aktivitas sebagai pengumpul barang bekas seperti plastik, botol, dan seng disepanjang Sungai  Rumbai. Hasilnya dijual di tempat penampungan, di Perumnas Rumbai.
   ‘’Kalau airnya Sungai Rumbai memang keruh nak. Karena sampah dibuang kedalam air sungai,’’ ujarnya. (ndi)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province