Sabtu, 12 November 2011

For Us: Si Manis dari Kuok

Si Manis dari Kuok
 
Penampilannya tidak cantik. Warnanya tidak kuning. Walaupun begitu, bentuknya yang bulat seperti bola dan berwarna kehijauan berbintik hitam memiliki rasa yang manis. Beberapa nama diberikan pada buah yang satu ini. Ada yang menamakannya Jeruk Kuok. Beberapa masyarakat menamakannya Jeruk Siam. 

Laporan Mashuri Kurniawan Kampar                                              
mashurikurniawan@riaupos.co.id

Pada tahun 1970-an Kabupaten Kampar pernah menjadi daerah sentra produksi jeruk  ditingkat nasional. Jeruk ini banyak ditanam petani di daerah Kuok. Sekarang dikenal dengan Kecamatan Bangkinang Barat. Di setiap rumah warga saat itu menanam jeruk ini. Bahkan, jeruk  ini menjadi penghasilan utama masyarakat Kuok.
Pembeli jeruk ini berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia. Bagi masyarakat Kabupaten Kampar, khususnya di daerah Kuok hal ini merupakan suatu keberuntungan.  Pendapatan masyarakat bertambah. Tingkat perekonomian masyarakat juga cukup bagus. Jeruk menjadi salah satu komoditi buah yang paling suka ditanam.
Pada tahun itu, pembibitan juga dilakukan petani. Dikarenakan rasanya yang manis banyak petani dari Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Barat, Lampung dan Sumatera Selatan mendatangi Kuok untuk membelinya dan menanam di daerah mereka. Tahun keemasan itu menjadi sangat penting dan terus dikenang masyarakat Kuok.
Kepala Seksi Pengembangan Hol­ti­kultura,Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikutura Kabupaten Kampar, Ir Atma menceritakan, jeruk siam atau jeruk kuok ini merupakan salah satu kebanggan masyarakat Kampar. Dari jeruk ini juga banyak masyarakat Kampar bergantung hidup mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Hanya saja, sekarang jeruk yang terkenal itu mulai sulit ditemukan. Kebanyakan dari petani jeruk beralih pada perkebunan karet dan sawit. Bahkan lahan yang sebelumnya untuk perkebunan jeruk banyak yang dibangun perumahan dan ruko oleh masyarakat. Alhasil, sambungnya, banyak jeruk manis yang dahulunya bibit berasal dari Kuok sekarang beredar dipasaran.
‘’Pedagang buah dari Sumatera Utara banyak yang membawa jeruk manis dari hasil pembibitan Kuok. Nah, kondisi inilah yang sekarang sedang dilakukan pengembangan kembali jeruk manis ini di Kabupaten Kampar. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kampar sudah melakukan penelitiannya,’’ ungkapnya kepada Riau Pos.     
Dari penuturannya, pada tahun 1980-an seluruh petani jeruk mengalami musibah. Jeruk yang ditanam mereka diserang penyakit CVPD dan Phythopthora. Kondisi ini mengakibatkan seluruh jeruk yang ditanam petani mati. Bahkan, selama waktu sepuluh tahun, lahan tidak dapat dipergunakan untuk perkebunan jeruk lagi.
Dari permasalahan itulah, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura bersama dengan Balitbangda Kampar melakukan penelitian jeruk manis ini kembali. Ketahanan seperti apa yang bisa membuat jeruk ini tetap tumbuh dan berkembang. Bagaimana caranya agar jeruk tersebut bisa menjadi primadona kembali kedepannya.
‘’Balitang sedang melakukan penelitian tentang jeruk manis ini. Sedangkan kita selalu bersosialisasi kepada masyarakat untuk menanam tanaman jeruk manis kembali. Dan tidak menjual belikan lahan milik mereka. Menanam pada lahan kosong untuk kepentingan masyarakat itu yang kita tengah lakukan sekarang,’’ ujarnya.
Sementara itu Peneliti Balitbangda Kabupaten Kampar, Ir Besti MP menjelaskan,  berbagai upaya telah dilakukan mulai dari eradikasi dan sanitasi kebun sampai penanaman varietas bebas CVPD. Pembuatan block pondasi juga dilakukan untuk menghadapi penyakit mematikan pada tanaman jeruk.
Seiring dengan berjalannya waktu, menurut dia, Kabupaten Kampar sudah dinyatakan menjadi daerah endemis Phythopthora sp. Penyakit busuk pada akar dan pangkal batang masih menjadi momok hingga sekarang. Gejala tanaman terserang penyakit mematikan ditandai dengan pertunasan kurang segar, daun pada ujung berukurang lebih kecil, dan berwarna kuning serta rontok.      
Ciri lainnya, cabang menjadi kering dan biasanya tidak tumbuh tunas baru. Bila tanaman terserang berat akan menjadi layu. Pengeringan batang juga akan terjadi lebih cepat dan tanaman akan mati meranggas. 
Balitbangda Temukan Formula Jeruk Tahan Phythopthora
Pengendalian terhadap penyakit busuk akar sudah ditemukan Balitbangda Kampar. Formulanya bisa dilakukan dengan penggunaan batang bawah jeruk yang tahan atau toleran terhadap penyakit tersebut, yaitu varietas carrizo citrange dan citromelo. Kedua jenis bawah ini sudah diteliti oleh Balitbangda Kampar bersama dengan Balai Penelitian Buah Tropika Solok sejak tahun 2007.
Dari hasil penelitian kedua jenis batang bawah cukup tahan atau toleran terhadap serang penyakit Phythopthoea sp. Hal ini terlihat dari performanse penumbuhan vegetatif tanaman tumbuh dengan subur dan cukup baik dilahan percontohan kebun jeruk Balitbangda Kampar.                      
Penelitian jeruk yang berlokasi di Desa Empat Balai-Kuok terdiri dari beberapa perlakuan yaitu, penggunaan tiga jenis batang bawah jeruk (Japanesche citroen atau JC, Carrizo citrange, dan citromelo) dan dua jenis batang atas yaitu siam dan crifta.
Jeruk Siam merupakan jeruk asli Kampar yang pernah populer. Sedangkan jeruk crifta adalah jeruk tanpa biji yang banyak digunakan untuk pembuatan jus buah serta relatif tahan terhadap Liberobacter asiaticum (LBA) penyebab penyakit CVPD.     
Peneliti Balitbangda Kampar, Ir Besti MP mengungkapkan, ketiga jenis batang bawah jeruk ini dikaji dalam bentuk aslinya. Tetapi telah disambungkan dengan mata tunas batas atas siam dan crifta. Persentase keberhasilan benih pada proses penyediaan benih secara sambung tempel iperoleh pada batang bawah JC. Diikuti oleh citromelo dan carrizo.
Batang bawah JC memiliki keunggulan kompatibilitas yan sangat baik terhadap batas atas jeruk sehingga bagian sambungan terlihat serasi antara batang bawah dan atas. Berbeda halnya dengan ke dua jenis batang bawah carrizo dan citromelo yang memperlihatnya sambungan berbentuk kaki gajah.
Yang mana diameter batang bawah lebih besar dibanding batang atasnya. Walaupun demikian kedua jenis batang bawah ini dianjurkan penggunaannya untuk daerah endemis busuk akar. Sedangkan batang bawah JC tidak dianjurkan pada tingkat endemis karena tingkat kematiannya lebih tinggi dibandingkan kedua jenis batang bawah lainnya. 
‘’Secara umum penggunaan batang bawah yang berbeda memberikan respon pertumbuhan tanaman jeruk yang berbeda pada siam dan crifta. Respon pertambangan tinggi tanaman JC yang disambung dengan batang atas siam dan crifta cukup baik. Begitu halnya dengan kedua jenis batang bawah lainnya, memberikan pertumbuhan baik pada batang atas Siam,’’ paparnya.
Agar hasil penelitian penggunaan batang bawah jeruk tahan Phythopthora dapat dikembangkan dan disebarkan secara luas ditingkat pengguna, menurutnya perlu dilakukan pengembangan pembibitan sehingga para petani maupun pengguna lainnya bisa memperoleh bbit dengan mudah.
Empat Balai Berbenah Menuju Sentra Jeruk
Hamparan tanaman jeruk penelitian Balitbangda Kampar di Desa Empat Balai, Kecamatan Bangkinang Barat menyejukkan mata bagi siapa saja yang memandangnya. Tampak buah jeruk yang besar-besar terlihat segar dan menginginkan untuk segera memetiknya.Luas lahan yang jeruk ini mencapai dua hektar. Dengan jumlah tanaman jeruk 600 batang  batang dan umur jeruk sampai saat ini kira-kira 1 hingga 3 tahun.
Di kampung ini, menyimpan harapan akan manisnya jeruk. Tentu bukan sebuah perjuangan pendek mengubah lahan seluas dua hektare menjadi kebun jeruk manis. Apalagi semudah mengejapkan mata dan membalikkan telapak tangan. Apalagi untuk mengembalikan kejayaan jeruk manis Kampar.
Bibit jeruk yang dibudidayakan  merupakan hasil penelitian Balitbangda Kampar. Perkebunan jeruk ini mengisyaratkan, daerah tersebut bakal menjadi sentra jeruk manis kembali kedepannya. Jeruk crifta dan jeruk manis kuok berjejer rapi. Buahnya berwarna hijau dan berbintik hitam memiliki rasa manis.
Akhir pekan lalu, Riau Pos berkunjung ke perkebunan jeruk tersebut dan menikmatinya. Rasanya sangat manis. Memang, tidak sesuai dengan bentuknya yang kurang menarik.
Penjaga Kebun Jeruk, Rubi menyebutkan, rasa jeruknya sangat manis. Tanaman jeruk ini merupakan hasil penelitian Balitbangda. Namun demikian, sekarang sedang dikembangkan oleh Desa Empat Balai.’’Jangan dilihat bentuknya pak. Tapi, rasanya sangat manis,’’ ungkapnya.
Pada saat itu Riau Pos mencicipi jeruk manis kebanggaan masyarakat Kampar tersebut. Ternyata, memang benar rasanya memang manis dan membuat ingin terus menikmatinya sampai kenyang.
Peneliti Balitbangda Kampar, Ir Besti MP mengatakan, Empat Balai sedang berbenah menuju sentra jeruk manis seperti tahun 1970-an lalu. Bersama dengan intansi terkait dan seluruh masyarakat Kampar, pengembangan perkebunan jeruk manis kembali dilakukan sekarang ini.***

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province