Senin, 20 Desember 2010

JENJANG MENUJU PENDOPO: Pemandangan jenjang menuju pendopo ini kerap menjadi objek


BERENCANA membangun sebuah tempat hunian atau rumah yang nyaman? Tidak terlepas dari serangkaian kegiatan arsitektur, terutama dalam perancanan awal. Namun saat ini bangunan-bangunan yang dirancang oleh para arsitektur di kota ini, seringkali tidak mengikuti pola-pola ramah lingkungan. Bahkan ironisnya bangunan malah menjadi musuh bagi lingkungan, yang seringkali berujung pada kerusakan lingkungan secara permanen.

Hal ini tentu saja sangat disayang bahwa arsitek yang seharusnya mampu menjadi agen lingkungan, namun malah sebaliknya menjadi agen penghancur karena tidak mengikuti tahapan-tahapan teknis dalam merancang bangunan dengan konsep green architecture. Merancang sebuah bangunan yang memiliki estetika tinggi namun tidak meninggalkan kaidah lingkungan disekitarnya, harus melewati tiga tahapan yang saling berhubungan dan tidak terlepas satu sama lainnya, yakni :

Pertama, adalah desain arsitektur itu sendiri. Pada bagian ini para arsitek memiliki peran sangat besar melalui rancangan bangunan hasil karyanya. Di antaranya adalah kemampuan respon dari sang arsitek terhadap kondisi lingkungan tempat bangunan direncanakan. Menyikapi arah angin, orientasi bangunan terhadap lintasan matahari dan lain sebagainya, sehingga bangunan tidak boros energi.

Kedua, hal yang tidak bisa dilepaskan dari rancangan sebuah bangunan adalah sistem pasif yaitu pemaksimalan kondisi alami lingkungan. Berlimpahnya sinar matahari dapat digunakan sebagai penerangan alami atau pun penggunaan photovoltaic untuk mendapatkan energi yang murah dan terbarui dari sinar matahari dan pemanfaatan air mengalir secara alami disekitar bangunan ataupun penciptaan daerah bayang-bayang menggunakan susunan pepohonan untuk menurunkan suhu luar sebelum masuk ke dalam bangunan. Bisa juga dengan melakukan tebang pilih pada lahan yang akan dibangun.

Aspek ketiga yang akhirnya menjadi setali mata uang dengan aspek-aspek sebelumnya adalah sistem mekanik bangunan. Pada sistem ini terjadi kondisi pemakaian tenaga listrik sebagai perlengkapan bangunan. Misalnya pemakaian air conditioner (AC), lampu atau peralatan listrik lainnya. Sebagai contoh, jika dari awal desain bangunan yang dirancang sudah tidak mengindahkan kaidah lintasan matahari dan intensitas cahaya yang dibutuhkan, jika sinar yang masuk ke dalam bangunan sangat sedikit maka terjadi pemborosan pemakaian listrik karena dibutuhkan penerangan buatan. Begitupun sebaliknya jika sinar matahari yang masuk terlalu banyak maka penggunaan AC didalam bangunan menjadi boros sebab tingginya intensitas suhu panas matahari yang diterima bangunan. So, teman-teman jangan pernah lupa untuk menjadikan bangunan sebagai bagian dari alam dan bukannya elemen yang terpisah dari lingkungan.

(Informasi ini merupakan intisari diskusi Ivit Sutia, GSJ dengan Dedi Ariandi, Praktisi Arsitek di Pekanbaru)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province