Minggu, 26 Juni 2011

For Us: Habis Dimakan Toman

 Habis Dimakan Toman
 
 rinaldi/riau pos
POPULASI : Ikan Toman sekarang populasinya meningkat di Riau. Predator yang indah inipun dijadikan pemasukan pendapatan bagi nelayan. Bahkan mereka yang suka memancing berburu ikan yang beratnya bisa mencapai delapan kilogram satu ekornya.
 
Populasi ikan toman di berbagai daerah di Kabupaten Kampar bahkan Provinsi Riau meningkat tajam. Sementara untuk ikan jenis baung, kapiek, paweh dan lainnya mengalami penurunan signifikan. Hal ini menurut para nelayan tempatan, ikan jenis lain telah habis dimakan toman.

Laporan Mashuri Kurniawan dan Rinaldi, 
Kampar 
riaupos.co.id

Bentuk kepalanya lonjong seperti ular, bermulut besar, giginya tajam. Dengan strip berwarna hitam kebiruan pada bagian sisik tubuhnya membuat hewan ini terkesan seperti ikan hiasan.  Namun begitu  gigi-gigi tajam dan panjang yang dimiliki toman siap  memotong dan lelukai apa saja yang ditangkapnya. Bentuk tubuhnya yang bulat juga membuat dia lincah bergerak me mana saja. Sisiknya yang keras dari ekor hingga ke kepala menambah kekuatan ikan ini dari serangan lawan, seperti ular dan biawak.
    Ikan ini berkembang dengan cepatnya. Sekali bertelur bisa ribuan bahkan puluhan ribu. Bayangkan jika satu daerah ada 100 ekor indukan saja, pertumbuhannya tentu dahsyat. Besarnya, ikan ini bisa mencapai puluhan kilogram.  
Selain berkembang cepat, ikan ini sangat rakus. Artinya apapun yang bergerak dan hidup di dalam air langsung dimangsa. Itulah sebabnya, dimana banyak toman, maka jenis ikan lain juga akan berkurang drastis.
Biasanya ikan ini hidup di anak-anak sungai dan danau. Ya, di sepanjang aliran anak sungai di Sungai Kampar, Tapung, Rokan, Indragiri, Siak dan lainnya, ikan ini selalu mendominasi. Untuk menangkapnya tak susah (bagi yang mengerti). Umumnya nelayan memakai rawai untuk menangkap toman.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Riau, Irwan Efendi kepada Riau Pos akhir pekan lalu  mengatakan, Toman menjadi hama bagi komunitas ikan air tawar lainnya. Namun di Riau banyak nelayan dan pemancing mencari ikan .
  Dari penuturan Irwan, ikan tersebut  memiliki organ labirin yang mampu mengambil udara secara langsung. Pada musim kemarau, mereka mampu hidup berbulan-bulan atau bahkan bertahun dengan cara berendam di dalam lumpur. Dilihat sekilas, sebagian orang menyebutnya ikan gabus.
   Namun, ikan ini berbeda dengan ikan gabus walaupun karakteristiknya sama. Pembudidayaan  ikan yang satu ini, sama halnya dengan ikan gabus, juga sangat berkembang di pulau Kalimantan. Diakuinya, walaupun ikan ini predator ikan toman merupakan ikan komoditas penting sekarang. Karena, sulitnya mencari ikan jenis lainnya di sungai.
   ‘’Tubuhnya yang bulat panjang, dengan ekor membulat, terdapat garis berwarna orange mulai dari moncong hingga ke sirip ekor bagian atas. Bawahnya dibatasi oleh garis berwarna hitam yang kemudian terputus menjadi bintik-bintik tidak beraturan,’’ sebutnya.
   Disebutkannya, ikan ini hidup sungai atau rawa-rawa yang ada di pulau Kalimantan dan Sumatera. ‘’Jadi, tidak ada masalahkan adanya ikan toman. Walau di luar negeri katanya ikan ini banyak dimusnahkan,’’ ujarnya.
    Pak Ikib yang tinggal di sepanjang aliran sungai Kampar itu menceritakan, dulu sangat banyak ikan baung. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini jenis ikan baung dan tapa mulai berkurang. ‘’Mungking ikan-ikan di sini takut sama toman. Tapi yang jelas, toman rajanya sungai,’’ paparnya sambil sesekali menghirup kopi yang dibuat anaknya.
    ‘’Kami memakai rawai untuk menangkap ikan toman. Biasanya, sore rawai diberi umpan, lalu pagi dilihat. Toman bisa besar sampai 35 kilogram bahkan lebih,’’ kata Pak Ikib, nelayan di Sungai Bengkalan, Desa Sungai Pagar kepada Riau Pos.
    Ikan-ikan lain sebutnya lagi, mungkin ada, tapi berlindung di dalam batang kayu yang sempit. Bisa saja karena mereka takut denga toman. ‘’Jadinya penghasilan nelayan untuk jenis baung dan tapa berkurang. Sesekali saya juga ada dapat baung dan tapa serta lainnya, tapi itu sangat jarang sekali. Ya, tiap pagi yang dapat cuma toman,’’ jelas bapak yang usianya sudah 70-an tahun dan juga kerap bercerita politik ini.
     Di daerah Kampar ini, sebut Ikib, ada dua jenis toman. Untuk toman biasa, warnanya putih pucat bergaris hitam. Jenis ini bisa besar 5-10 kilogram. Lainnya, adalah toman tahun. Toman ini berwarna kehijauan, biru dan kemerahan. Jenis inilah toman yang besar. Ini bisa 30-50 kiligram.   ‘’Toman inilah yang besar. Saya pernah melihat toman jenis ini lewat di sungai. Jumlahnya ribuan. Besarnya kira-kira sebetis orang dewasa. Ini baru anaknya. Ada yang memancing tapi tak mau makan,’’ cerita ikip dengan logat Ocunya.
    Ada orang yang menganggap toman adalah ikan yang harus dimusnahkan, karena merusak ekosistem. ‘’Saya rasa tak perlu. Toman juga mempunyai nilai jual. Hasil tangkapan ikan lain tak seberapa, tapi untuk toman lumayan, kan bernilai ekonomis juga. Di pasar di Pekanbaru, toman dihargai Rp35-40 ribu per kilogram. Artinya, nilai jualnya kan lumayan, ‘’sebutnya.
   Di sungai ini, paling disukai pemancing, khusus toman. ‘’Orang biasanya bisa bawa pulang belasan toman sekali memancing. ukurannya macam-macam, 1 sampai 5 kilogram. Pernah juga orang Riau Pos memancing dapat 8 kilogram satu ekor,’’ ucapnya.
   Rizal, nelayan di Bencah Kelubi, Kecamatan Tapung menceritakan toman sudah mengganas di daerahnya. Jenis ikan lain sudah sulit untuk didapat. Namun untunglah sudah jarang masyarakat menggantungkan hidup dengan tangkapan ikan. Warga banyak yang memotong karet, berkebun sawit dan lainnya. Jadi mencari ikan hanya pada waktu luang saja,’’ jelasnya.  
   Walaupun demikian, dia tetap bersyukur, karena toman juga punya nilai ekomomis yang tinggi.
   Sedangkan para pemancing mania Pekanbaru terus berburu toman ke berbagai daerah di Riau. ‘’Dimanapun, kita kejar toman ini. Mancing toman gampang dan tatikannya luar biasa,’’ cerita Mudin dan Regar.
   Karena jenis ikan baung sudah mulai sulit didapat, toman menjadi incaran para pemancing. ‘’Kira-kira dua tahunan ini toman mulai meraja lela. Jadi buat kita pemancing itu semakin baik. Walaupun ikannya agak hambar, tapi mancingnya asyik. Kita biasa mancing di Rantau Kasih, Mentulik, Sungai Pagar dan Sungai Mandau,’’ ucapnya.
    Ikrar, nelayan di Sungai Pagar mengatakan, menjadi nelayan hanya mengisi waktu luang. Tiap pagi, dia harus menyadap karet untuk menafkahi keluarganya. ‘’Jadi cari ikan saat ini pekerjaan kedua. Ikan sudah sulit di dapat. Hanya toman yang makan rawai, tapa dan baung jarang,’’ sebutnya.
   Untunglah warga di sini banyak menggunakan perangkap ikan (belet). Tiap hari, katanya, bisa dapat 500-an anak toman. ‘’Jika tak ditangkap begitu toman pasti akan meraja lela. Hasilnya ikan lain akan punah,’’ bebernya.
   Tak heran jika di sepanjang anak Sungai Kampar Kiri ikan itu berkembang biak. Ikan dengan bahasa latin channa micropeltes tersebut biasanya berenang ke arah hulu sungai. Cara hidup ikan ini bergerombol, dalam satu kelompok, ada dua induk menjadi pemandu bagi rombongan. Berkembangbiak ikan toman dengan bertelur. Sekali bertelur, jumlahnya mencapai ratusan ekor.   
  Toman termasuk jenis ikan permukaan yang selalu berenang di atas permukaan air. Walaupun tergolong kepada ikan buas, yakni predator yang memangsa aneka jenis ikan lainnya, serta hewan yang ada disekitarnya. Namun begitu ikan ini sangat diminati manusia.
   Pekan lalu Riau Pos juga mengunjunjungi anak Sungai Kampar Kiri, di Kecamatan Sungai Pagar, Kabupaten Kampar. Untuk menuju tepian sungai harus melalui perkebunan karet dan sawit milik masyarakat. Hawa sejuk nan asri langsung menyergap penciuman. Udara bersih pun mengalir masuk melalui hidung lalu mengalir ke paru-paru. Begitu menyejukan sehingga melupakan sejenak polusi udara yang sehari-hari kita temukan di perkotaan. Di tepi sungai ini dari informasi masyarakat banyak ikan toman hidup. Warna airnya kehitaman dan tenang mengalir.
   Mereka yang suka memancing juga banyak berdatangan di sungai itu. Bagi mereka, memang sulit sekarang ini mendapatkan ikan baung, kepiyek dan jenis ikan lainnya. Tapi, ikan toman menjadi incaran mereka. Karena, ketika menyangkut di kail tarikannya sangat kuat dan itu disenangi para pemancing.
   Seperti yang diutarakan, Indra  (35), ikan toman toman merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang digemari. ‘’Dagingnya putih lembut. Rasanya sama seperti gabus. Enaknya ikan ini dibakar atau goreng cabe merah,’’ ungkap Indra kepada Riau Pos.
   Indra mengaku sengaja datang memancing ikan ke Rantau Kasih dari Rumbai untuk mencari ikan toman. Menurutnya, ikan toman selain enak dimakan juga indah bentuknya. ‘’Toman muda berwarna indah dan disukai untuk ikan akuarium. Kalau dapat ikan toman kecil dapatnya hidup langsung dipelihara,’’ ujarnya.
   Pemancing lainnya yang ditemui Riau Pos dilokasi pemancingan, Sudarman yang juga PNS guru disalah satu SMA swasta di Pekanbaru menambahkan, ikan ini senang hidup dipermukaan air. Ikan ini sambungnyan, berukuran besar dapat mencapai panjang sekitar satu  meter juga berbahaya bagi manusia. ‘’Ikan ini bisa hidup beberapa menit di darat, tanpa membutuhkan air. Dagingnya enak, apalagi di gulai,’’ ungkapnya.  ***
 
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan          : Animalia
Filum                : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo               : Perciformes
Familia             : Channidae
Genus              : Channa
Spesies            : C. micropeltes
Nama binomial : Channa micropeltes
          (Cuvier, 1831)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province