Minggu, 06 Februari 2011

3C (Satria Antoni):Budidayakan Terumbu Karang


Istilah pemanasan global (global warming) sangat familiar di ranah publik dan menjadi isu sentral dunia hari ini. Istilah ini mencuat diseantero dunia ketika kerusakan lingkungan hidup yang semakin serius menjadi-jadi. Kemudian barulah disadari oleh segelintir pakar dari berbagai disiplin ilmu namun demikian berkat lobi-lobi mereka akhirnya PBB melaksanakan konferensi tentang lingkungan hidup di Stockholm Swedia pada tanggal 5 Juni 1972 yang kemudian hari itu disepakati sebagai “Hari Lingkungan Hidup Sedunia”.
Seiring berjalannya waktu, kondisi lingkungan ternyata semakin memprihatinkan. Setiap tahun PBB mengadakan konferensi perubahan iklim guna mengatasi pemanasan global karena telah mengancam keberlangsungan hidup di planet bumi. Konferensi ini dihadiri oleh seluruh negara maju/industri dan berkembang. Konferensi ini menghasilkan tekad semua negara di dunia untuk menyelamatkan planet bumi melalui deklarasi “Sustainable Development” dengan menurunkan emisi gas rumah kaca.

Pemanasan global pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur bumi secara global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC. Sehingga panas matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan kenaikan temperatur global termasuk Indonesia yang terjadi pada kisaran 2-4 0C pada akhir abad 21. Hal ini akan sangat mengancam bagi negara-negara kepulaun yang terletak di kawasan pesisir seperti Indonesia karena diprediksi daerah yang berada di daerah pesisir tersebut akan tenggelam.
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik. Seperti pelelehan es di kutub, kenaikan permukaan air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim yang sangat extreme, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dan sebagainya. Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi: gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir pantai; gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara; gangguan terhadap permukiman penduduk, pengurangan produktivitas lahan pertanian; peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dan sebagainya.
Salah satu cara pengendalian pemanasan global tersebut adalah dengan cara melakukan budidaya terumbu karang. Karena terumbu karang dapat mengurangi proses pemanasan global yaitu dengan menyerap karbon yang ada di lapisan atsmosfir. Bagaimana prosesnya? Berdasarkan referensi yang saya dapatkan di Ilmu Kelautan bahwa terumbu karang terdiri dari unsur binatang karang bernama Polip yang me-lakukan simbiosis mutualisme dengan tumbuhan alga, yakni ga-nggang hijau. Pada siang hari alga yang ada di terumbu karang dan zooxanthella yang hidup sebagai simbion karang batu menyerap CO2 dalam proses fotosintesis. Dalam proses fotosintesis memerlukan karbon dioksida (CO2) serta sinar matahari, yang selanjutnya menghasilkan oksigen (O2), air serta gula. Sehingga panas yang berada di atsmosfir akan terserap dan berkurang secara bertahap.
Oleh karena itu, pentingnya keberadaan terumbu karang ini harus dibudidayakan dan dipelihara sebaik-baiknya untuk mengantisipasi terjadinya perubahan iklim. Sehingga barulah tercipta sebuah motto “dari indonesia menyelamatkan dunia atau from indonesia to save the world”.***

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province