Dibalik Taman Kota Pekanbaru
TAMAN KOTA: Dibalik kebersihan taman kota terdapat sosok wanita-wanita tangguh yang kadang terabaikan oleh para pengunjung.
Laporan Mashuri Kurniawan, Pekanbaru
mashurikurniawan@riaupos.co.id
Panas siang memanaskan ubun-ubun, Rabu (25/5) ketika tim save the earth tengah mencari tempat untuk mengademkan diri. Keasrian taman kota di bilangan Jalan Diponegoro, Pekanbaru menggoda tim untuk mampir. Begitu memasuki areal parkir, terpaan angin sepoi-sepoi langsung menyejukkan suasana.
“Iya, suasana di sini sejuk, enak untuk bersantai bersama keluarga,” ujar Rina Martadewi (25) yang tengah duduk di salah satu bangku taman menunggui anaknya yang sedang bermain.
Taman kota di Jalan Diponegoro tersebut memang terlihat sibuk, meskipun saat itu bukan hari libur atau akhir pekan. Banyak warga kota yang terlihat bersantai, sekedar menikmati segarnya angin taman atau berjalan di track refleksi yang ada di sana.
“Nyambil ke sini,” ucap Nur Azizah (27) salah seorang guru SMP As Shofa yang mengaku sedang punya acara perpisahan, di Gedung Adat bertepatan di depan taman kota. ‘’Di sini asyik, menyenangkan, anginnya sepoi-sepoi apalagi ada tempat refleksinya,’’ tambahnya. Tempat ini bisa sekalian bisa menyembuhkan penyakit dan menyegarkan diri dari kepenatan aktifitas sehari-hari. Apalagi taman ini, walau berada di tengah kota, namun juga bersih
Selain nyaman dan asri, taman kota memang terlihat bersih. Tempat sampah berada di beberapa titik strategis dengan dua pembagian sampah, organik dan anorganik. terlihat di utara taman beberapa penyapu taman tengah bekerja, padahal saat siang itu, merupakan jam istirahat bagi para pekerja kantoran.
“Saya dan satu orang teman lainnya mendapat shift siang,” cerita Salma, begitu dia dipanggil. Jadwal kerja siang adalah dari jam 13.00 sampai 05.00 sore. Salma yang tamatan SMK Ekatama Riau bercerita telah memulai pekerjaannya sebagai penyapu taman sejak masih duduk dibangku sekolah.
“Dulunya hanya untuk pengisi waktu usai sekolah, kebetulan jadwal kerjanya siang,” ungkapnya. Jadi, tuturnya lagi, daripada tidak punya kegiatan apapun, saya memilih untuk ikut-ikutan menjadi penyapu taman. Awalnya di taman bundaran Jalan Arifin. Kemudian dipindahkan ke Taman Kota di sini (Jalan Diponegoro, red). Tahu-tahu saya sudah bekerja di sini selama lima tahun.
Meskipun awalnya sempat tidak enak hati karena pekerjaannya tersebut. Namun lambat laun Salma mengaku sudah jadi biasa saja. “Ini pekerjaan, baik, halal plus mendapat gaji tetap dengan upah standar regoinal (UMR),” katanya tersenyum.
Beragam pengalaman telah dirasakan Salma selama menjadi pekarja sapu taman. “Karena saya bekerja di taman, jadi kadang dalam satu hari saya harus menyapu tiga hingga lima kali,” ungkapnya. Itu karena taman yang kerap di kunjungi warga kota harus selalu terjaga kebersihannya. Tidak semua pengunjung taman mau membuang sampah pada tempat sampah yang telah disediakan.
Salma yang juga ditemani oleh temannya Sugiarti (32) mengungkapkan bahwa banyak suka dan duka yang telah mereka alami selama menjadi tukang bersih taman. “Tak jarang kita juga menyaksikan pengunjung yang datang dengan pasangannya berkelahi, hahaha!” Tawa Salma.
Mengenai pekerjaan apa saja yang dilakukanya, Salma mengaku juga membersihkan fasilitas taman lainnya seperti mushola, tempat berwudhu dan kamar mandi umum.
“Meskipun kami cuma tukang sapu, yah, kami juga ingin pengunjung yang datang nyamanberada di sini,” harap dara yang masih single ini.
Sementara untuk pembagian kerja lainnya Salma menjabarkan bahwa mereka terbagi dalam dua tim, yaitu tim pagi dan siang. Tim pagi akan menbersihkan taman dari jam tujuh pagi hingga satu siang. Sementara untuk tata letak taman dan merawat bunga-bunga ada tim lainnya lagi yang juga bekerja di pagi hari.
Menengok ke arah barat taman, pengunjung akan menemukan kolam yang tidak seberapa luas. Kolam yang mirip waduk ini terhubung ke Sungai Siak, yang dijadikan untuk pembaungan limbah bagi aktifitas warga di sekitar taman.
Di tempat ini, Emzida (42), bekerja membersihkan waduk dari sampah-sampah setiap hari. Emzida bertugas membersihkan kolam dengan satu orang rekannya dari pukul delapan hingga empat sore. “Perhari saya bisa mengangkat kurang lebih sepuluh gerobak sampah,” terang ibu empat anak ini.
Emzida mengaku digaji sebesar 41 ribu perhari dari Dinas Pembangunan Umum (PU). “Saya bersyukur, yang tadinya tidak bekerja namun Dinas PU memberi saya pekerjaan sehingga bisa memberi makan untuk anak-anak,” tuturnya haru.
Selain lumut-lumut, sampah yang kerap diangkatnya dari kolam adalah sampah plastik. “Seringnya botol atau gelas bekas air mineral,” jelasnya. Kami, tuturnya lagi, mengangkat sampah dari waduk dengan menggunakan sampan dan tangguk. “Jika agak ketengah memakai sampan, namun di pinggir-pinggir kolam cukup menggunakan tangguk,” katanya lagi.
Semakin sore suasana taman semakin ramai dikunjungi oleh warga. Panas matahari yang juga mulai melunak menjadikan suasana taman semakin adem. Sesekali kicau burung-burung kecil juga terdengar dari pohon-pohon di dalam taman. Di beberapa spot, pengunjung tak segan-segan untuk berbaring di rumput taman.
“Wah, sepertinya arena bermain di sini masih kurang,” terang Marta Lina (38), guru SMP As Shofa, pengunjung taman yang sedang berjalan-jalan di track refleksi. Kalau arena bermainnya di tambah, pasti tambah seru, ujarnya lagi. Sebab, orang tua dan anak-anaknya bisa sama-sama bermain. Jika anak-anaknya bermain di arena permainan, orang tuanya bisa berjalan di track refleksi ini, ungkapnya panjang lebar.
Taman bermain merupakan salah satu tempat terbuka hijau yang jarang kita temukan terutama di Pekanbaru. Jika-pun ada pasti masih dalam tahap pengembangan. Namun semoga, taman kota di Jalan Diponegoro ini cukup memberi celah untuk bernapas segar bagi warga kota. Jangan lupa untuk berkunjung ke sini.(tya-gsj)
“Iya, suasana di sini sejuk, enak untuk bersantai bersama keluarga,” ujar Rina Martadewi (25) yang tengah duduk di salah satu bangku taman menunggui anaknya yang sedang bermain.
Taman kota di Jalan Diponegoro tersebut memang terlihat sibuk, meskipun saat itu bukan hari libur atau akhir pekan. Banyak warga kota yang terlihat bersantai, sekedar menikmati segarnya angin taman atau berjalan di track refleksi yang ada di sana.
“Nyambil ke sini,” ucap Nur Azizah (27) salah seorang guru SMP As Shofa yang mengaku sedang punya acara perpisahan, di Gedung Adat bertepatan di depan taman kota. ‘’Di sini asyik, menyenangkan, anginnya sepoi-sepoi apalagi ada tempat refleksinya,’’ tambahnya. Tempat ini bisa sekalian bisa menyembuhkan penyakit dan menyegarkan diri dari kepenatan aktifitas sehari-hari. Apalagi taman ini, walau berada di tengah kota, namun juga bersih
Selain nyaman dan asri, taman kota memang terlihat bersih. Tempat sampah berada di beberapa titik strategis dengan dua pembagian sampah, organik dan anorganik. terlihat di utara taman beberapa penyapu taman tengah bekerja, padahal saat siang itu, merupakan jam istirahat bagi para pekerja kantoran.
“Saya dan satu orang teman lainnya mendapat shift siang,” cerita Salma, begitu dia dipanggil. Jadwal kerja siang adalah dari jam 13.00 sampai 05.00 sore. Salma yang tamatan SMK Ekatama Riau bercerita telah memulai pekerjaannya sebagai penyapu taman sejak masih duduk dibangku sekolah.
“Dulunya hanya untuk pengisi waktu usai sekolah, kebetulan jadwal kerjanya siang,” ungkapnya. Jadi, tuturnya lagi, daripada tidak punya kegiatan apapun, saya memilih untuk ikut-ikutan menjadi penyapu taman. Awalnya di taman bundaran Jalan Arifin. Kemudian dipindahkan ke Taman Kota di sini (Jalan Diponegoro, red). Tahu-tahu saya sudah bekerja di sini selama lima tahun.
Meskipun awalnya sempat tidak enak hati karena pekerjaannya tersebut. Namun lambat laun Salma mengaku sudah jadi biasa saja. “Ini pekerjaan, baik, halal plus mendapat gaji tetap dengan upah standar regoinal (UMR),” katanya tersenyum.
Beragam pengalaman telah dirasakan Salma selama menjadi pekarja sapu taman. “Karena saya bekerja di taman, jadi kadang dalam satu hari saya harus menyapu tiga hingga lima kali,” ungkapnya. Itu karena taman yang kerap di kunjungi warga kota harus selalu terjaga kebersihannya. Tidak semua pengunjung taman mau membuang sampah pada tempat sampah yang telah disediakan.
Salma yang juga ditemani oleh temannya Sugiarti (32) mengungkapkan bahwa banyak suka dan duka yang telah mereka alami selama menjadi tukang bersih taman. “Tak jarang kita juga menyaksikan pengunjung yang datang dengan pasangannya berkelahi, hahaha!” Tawa Salma.
Mengenai pekerjaan apa saja yang dilakukanya, Salma mengaku juga membersihkan fasilitas taman lainnya seperti mushola, tempat berwudhu dan kamar mandi umum.
“Meskipun kami cuma tukang sapu, yah, kami juga ingin pengunjung yang datang nyamanberada di sini,” harap dara yang masih single ini.
Sementara untuk pembagian kerja lainnya Salma menjabarkan bahwa mereka terbagi dalam dua tim, yaitu tim pagi dan siang. Tim pagi akan menbersihkan taman dari jam tujuh pagi hingga satu siang. Sementara untuk tata letak taman dan merawat bunga-bunga ada tim lainnya lagi yang juga bekerja di pagi hari.
Menengok ke arah barat taman, pengunjung akan menemukan kolam yang tidak seberapa luas. Kolam yang mirip waduk ini terhubung ke Sungai Siak, yang dijadikan untuk pembaungan limbah bagi aktifitas warga di sekitar taman.
Di tempat ini, Emzida (42), bekerja membersihkan waduk dari sampah-sampah setiap hari. Emzida bertugas membersihkan kolam dengan satu orang rekannya dari pukul delapan hingga empat sore. “Perhari saya bisa mengangkat kurang lebih sepuluh gerobak sampah,” terang ibu empat anak ini.
Emzida mengaku digaji sebesar 41 ribu perhari dari Dinas Pembangunan Umum (PU). “Saya bersyukur, yang tadinya tidak bekerja namun Dinas PU memberi saya pekerjaan sehingga bisa memberi makan untuk anak-anak,” tuturnya haru.
Selain lumut-lumut, sampah yang kerap diangkatnya dari kolam adalah sampah plastik. “Seringnya botol atau gelas bekas air mineral,” jelasnya. Kami, tuturnya lagi, mengangkat sampah dari waduk dengan menggunakan sampan dan tangguk. “Jika agak ketengah memakai sampan, namun di pinggir-pinggir kolam cukup menggunakan tangguk,” katanya lagi.
Semakin sore suasana taman semakin ramai dikunjungi oleh warga. Panas matahari yang juga mulai melunak menjadikan suasana taman semakin adem. Sesekali kicau burung-burung kecil juga terdengar dari pohon-pohon di dalam taman. Di beberapa spot, pengunjung tak segan-segan untuk berbaring di rumput taman.
“Wah, sepertinya arena bermain di sini masih kurang,” terang Marta Lina (38), guru SMP As Shofa, pengunjung taman yang sedang berjalan-jalan di track refleksi. Kalau arena bermainnya di tambah, pasti tambah seru, ujarnya lagi. Sebab, orang tua dan anak-anaknya bisa sama-sama bermain. Jika anak-anaknya bermain di arena permainan, orang tuanya bisa berjalan di track refleksi ini, ungkapnya panjang lebar.
Taman bermain merupakan salah satu tempat terbuka hijau yang jarang kita temukan terutama di Pekanbaru. Jika-pun ada pasti masih dalam tahap pengembangan. Namun semoga, taman kota di Jalan Diponegoro ini cukup memberi celah untuk bernapas segar bagi warga kota. Jangan lupa untuk berkunjung ke sini.(tya-gsj)
0 komentar:
Posting Komentar