Minggu, 19 Juni 2011

GSJ News: Tiga Aksi Pemulihan Rawa Gambut Riau ala CTPRC

Tiga Aksi Pemulihan Rawa Gambut Riau ala CTPRC

DISKUSI: Silaturahmi  dan diskusi pertama CTPRC,  Lukman Edy, Ketua Yayasan CTPRC Indonesia membuka acara dan memberikan pengarahan.

CENTER For Tropical Peat Swamp Restoration and Conservation  (CTPRC) Indonesia atau Pusat Pemulihan dan Komunitas Penyelamatan Ekosistem Rawa Gambut Tropika melaksanakan kegiatan silaturahmi dan diskusi pertamanya (11/6). Kegiatan ini menghasilkan tiga aksi kerja CTPRC  dalam rangka lima tahun ke depan demi Hutan Rawa Gambut Tropika Riau yang lebih baik.
“Silaturahmi dan diskusi pertama komunitas CTPRC Indonesia ini adalah sebagian langkah awal karya nyata yang akan diupayakan dan diperjuangkan untuk dikerjakan dalam selang waktu lima tahun ke depan. Hal itu demi hutan rawa gambut tropika Indonesia,” ungkap Haris Gunawan, pendiri CTPRC Indonesia yang berpusat di Pekanbaru.
Silaturahmi dan diskusi CTPRC tersebut menghasilkan beberapa gagasan, pemikiran dan sumbang saran dari berbagai peserta yang turut hadir, antara lain: pada tahap awal komunitas CTPRC Indonesia, akan bekerja di tiga lokasi, yang semuanya masih berada di Propinsi Riau. Masing-masing disebut dengan aksi satu, dua and tiga.
Aksi satu, adalah pemulihan lingkungan hutan bekas tebangan liar melalui peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSK-BB) Blok Hutan Suaka Margasatwa Bukit Batu, Bengkalis.
Aksi dua, pemulihan lingkungan hutan dan lahan gambut bekas terbakar di Desa Tajung Leban, Bengkalis.
Aksi tiga, pemulihan lingkungan rawa gambut tropika melalui pemberdayaan kehidupan ekonomi masyarakat di Desa Suren, Indragiri Hilir.
Potensi sumberdaya alam yang luar biasa besarnya di Indonesia, tambah Haris kemudian, termasuk potensi lingkungan rawa gambut tropika yang sangat besar dengan keunikan alamnya, merupakan perpaduan tak terpisahkan antara komponen tanah gambut, air dan vegetasinya. Sehingga pengelolaannya perlu ditingkatkan.
Haris  juga menyatakan bahwa pengalaman masa lalu telah banyak membuktikan bahwa kepentingan ekonomi jangka pendek, seperti yang terjadi pada hilang dan rusaknya hamparan satu juta hektar lahan gambut di Kalimantan Tengah. Serta dampak negatif ikutannya, seperti kebakaran, hilangnya ribuan dan bahkan jutaan potensi keanekaragaman hayati yang belum tergali, dan rusaknya sistem tata air. Hal itu merupakan potret buram pengelolaan lingkungan rawa gambut tropika.
Ironisnya ini juga berlanjut terjadi di Riau. Misalnya saja kebakaran di lahan gambut bila musim kemarau dan penyusutan bahkan menghilangnya luasan tanah-tanah gambut dengan ketebalan di atas tiga meter. Ini merupakan potret nyata akan seriusnya masalah yang kita hadapi.
Oleh karena berbagai persoalan tersebut, ujar Haris, mendorong munculnya kesadaran kolektif dan saatnya untuk berpikir bagaimana seharusnya sumberdaya lingkungan rawa gambut di kelola ke depannya?
 Pentingnya merubah pendekatan pemanfaatan yang berorientasi eksploitasi menjadi pengelolaan berbasis keberlanjutan. Tentunya dengan menerapkan berbagai kombinasi strategi pengelolaan.
“Salah satunya dengan mengikutsertakan masyarakat melalui pendampingan secara terus menerus dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pengawasannya pengelolaan rawa gambut,” terangnya lagi.
Kesalahan pendekatan dalam pengelolaan maupun pemanfaatan sumberdaya rawa gambut tropika tidak hanya merusak secara fisik potensi tanah, hutan maupun air hitam yang ada, tetapi juga telah berpengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan masyarakat. Terutama mereka yang tinggal berinteraksi langsung di lingkungan ini. Bahkan sekarang, hal tersebut telah berdampak secara global, seperti kebakaran dan meningkatnya ancaman terjadinya perubahan iklim.
“Dan, CTPRC terus berkomitmen untuk menjaga hutan rawa gambut tropika Riau khususnya dan Indonesia umumnya,” terangnya lagi.
Haris kemudian menjelaskan lebih jauh tentang komunitas CTPRC-Indonesia, yang merupakan komunitas masyarakat sipil Indonesia dengan embrio di Riau. CTPRC berusaha menghimpun potensi-potensi masyarakat luas dalam melakukan usaha-usaha nyata dalam perbaikan kondisi lingkungan, terutama lingkungan rawa gambut tropika yang rusak.
Selain itu secara kelembagaan, komunitas CTPRC Indonesia akan bertahap ikut serta dalam menyumbangkan pemikiran ataupun konsep bagi pengelolaan sumberdaya lingkungan rawa gambut yang berkelanjutan. Di mana, ungkap Bapak yang juga dosen di Universitas Riau ini,  harmonisasi masyarakat yang sejahtera di tengah-tengah hutan rawa gambut tropika semakin baik dan terjaganya kondisi alami dari lingkungan tersebut di seluruh Indonesia. (asrul-gsj)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province