Sialang Cendeia
Terjaga Adat
Puluhan pohon menjulang tinggi menjadi pemandangan yang sangat menakjubkan dalam kawasan seluas empat hektar, di Kampung Sukamaju, Kecamatan Kotobaru, Kabupaten Kuansing. Pohon ini tingginya rata-rata 25 meter hingga 30 meter dari permuakaan tanah. Masyarakat sekitar sengaja merawat pohon yang yang diberinama Sialang, untuk menjaga kelestariannya.
Laporan Mashuri Kurniawan, Kuansing
Laporan Mashuri Kurniawan, Kuansing
mashurikurniawan@ripos.co.id
Sialang merupaan sebutan bagi pohon tinggi besar yang dihuni oleh ratusan lebah. Puncaknya menjulang jauh di atas atap hutan. Perawatan dilakukan secara intensif di lokasi tumbuhnya pohon itu. Setiap pohon satu persatu dibersihkan dari lalang dan rumput, sehingga perkembangannya bagus.
Tidak satupun lalang dan rumput terlihat di tanah, tempat tumbuhnya pohon raksasa itu. Walaupun lokasinya berada di antara perkebunan sawit dan hutan semak belukar, namun pohon sialang tetap dipertahankan masyarakat sekitar.
Pemandangan itu terlihat ketika Riau Pos akhir pekan lalu berkunjung di Kampung Sukamaju. Masyarakat sekitar menyebut lokasi tempat berdirinya pohon itu Cendeia. Usia pohon ada yang mencapai 50 tahun. Untuk menuju lokasi tumbuhnya pohon, jarak yang harus ditempuh 4 kilometer dari Kampung Gunung Sahilan.
Bukan hanya pepohonan saja tertanam di lokasi itu, tumbuhan obatan juga bisa ditemukan. Diantaranya, kunyit rimba, pasak bumi, gambir, kayu putih, dan tumbuhan obat lainnya. Berbagai jenis satwa lainnya juga bisa dilihat yakni burung-burung yang terus berkicau menyanyikan suara alam.
Untuk melihat dengan jelas pohon tersebut juga harus melalui jalan yang dipenuhi semak belukar.
Tepatnya ditepian Sungai Tesso Nilo jejeran pohon itu sudah dapat dilihat. Untuk persoalan sialang memang memiliki fenomena yang unik dan masih berlangsung sampai sekarang. Setiap orang bisa memiliki pohon sialang.
Itu dengan catatan mereka merawat dan membersihkan pohon tersebut dengan baik. Dimanapun pohon itu tumbuh, asalkan orang itu menjaganya dengan baik dan tumbuh besar dialah yang berhak atas pohon itu. Kondisi ini dijunjung tinggi masyarakat sekitar. Hukum adat tidak tersirat tersebut menjadi junjungan masyarakat sekitar untuk menjaga kelestarian pohon tersebut.
Dari informasi masyarakat sekitar, mereka selalu melestarikan pohon sialang. Bukan karena percaya bahwa pohon itu dihuni oleh roh halus mahasakti, tetapi karena sarang lebah yang bergantungan pada dahannya bisa menghasilkan uang. Masyarakat merasa banyak keuntungan yang diberikan pohon tersebut. Selain tempat bersarangnya lebah penghasil madu, pohon ini menjadi salah satu bentuk kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar dari bencana alam banjir.
Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam, Kurnia Rauf menjelaskan, disebut pohon sialang karena dihinggapi kerajaan lebah penghasil madu. Beberapa contoh pohon sialang adalah pohon Benuwang (Octomeles sumatrana), Cempedak air (Artocarpus maingayi, pohon tualang Koompassia parvifalia, Menggeris, jenis kedundung, Batu, Balau, Kruing, Ara dan lain-lain yang bila disarangi lebah hutan (apis dorsata), masyarakat di Sumatera menyebut pohon Sialang.
Biasanya, lebah hutan yang hinggap di pohon sialang memilih cabang yang terbuka, bebas dedaunan, di daerah atasan pohon, tinggi dan besar. Kesimbangan ekosistim lingkungan menjadi salah satu kegiatan yang memang harus dijaga. ‘’Jangan melakukan penebangan hutan menjadi salah satu yang memang harus dilakukan masyarakat secara bersama,’’ ungkapnya.
Dilokasi itu bisa juga dilakukan aktivitas memancing di Sungai Teso Nilo dan berpetualangan menyusuri sungai. Di sungai ini terdapat berbagai jenis ikan seperti selais, kapiyek, baung, toman, dan jenis ikan lainnya. Selain itu bisa juga menjadi tempat melihat dan mempelajari aktivitas wisata alam.
Awalsodik penjaga puluhan pohon sialang di Kampung Sukamaju, menjelaskan, kelestarian pohon sialang memang harus terjaga dengan baik. Karena, pohon ini banyak keuntungan yang dihasilkan. Bukan hanya tempat lebah penghasil madu, tapi pohon itu bisa juga memberian manfaat bagi keseimbangan alam dan ekosistim sekitarnya.
Dilokasi ini, sambung Awalsodik juga tempat bergantung hidup hewan seperti babi hutan, ular, gajah. Terkadang masyarakat sekitar juga terdengar suara harimau. Itu karena, hutan tempat berdirinya sialang masih terjaga kelestariannya. Sehinggga banyak hewan yang hidup di dalam hutan itu.
Diakuinya, memang banyak lahan yang habis ditanam sawit. Namun lanjutnya, khusus sialang dijaga dengan baik oleh masyarakat.’’Pohon sialang bagi masyarakat seikitar merupakan keberuntungan. Karena, selain dihinggapi madu penghasil lebah, pohon itu bisa menjaga ekosistim agar tetap seimbang. Bencana alam banjir salah satunya yang bisa dihindari,’’ ungkapnya.
Awalsodik menyebutkan, pohon ini sangat senang menjaganya. Tidak perlu perawatan seperti sawit dan karet yang hasru diberi pupuk. Pohon sialang cukup dibersihkan saja rumput dan lalang yang tumbuh ditanah tepat dibawah pohon itu. ‘’Kalau ada lalang dan rumput yang tumbuh dibawah pohon saya bersihkan. Sehingga pertumbuhannya bagus,’’ ungkapnya.
Pemandangan lainnya, berjalan diantara pepohonan besar di dalam kawasan itu terasa kesejukan alami. Pancaran sinar matahari hanya bisa masuk melalui celah dedaunan pohon yang memang menjulang tinggi ke langit. Pohon meranti, keruing dan jenis pohon lainnya juga tertanam kokoh diatas lahan seluas empat hektar tersebut.
Pemanfaatan kawasan tersebut hanya boleh untuk mengambil buahan hutan, tanaman obat dan madu dengan tidak merusak pohon dan kelestariannya. Pohon sialang yang terkandung didalam kawasan itu kepemilikannya tetap. Hanya mereka yang menjaganya yang boleh mengambil madu sialang.
Yanismar penjaga pohon sialang lainnya, menambahkan, kondisi alam di sekitar pohon sialang dijaga dengan baik oleh seluruh masyarakat secara bersama. Tidak satupun masyarakat diperbolehkan menebang pohon sialang yang tumbuh besar di lokasi tersebut. Apalagi untul membuka lahan perkebunan.
Artinya, bila ada bagian hutan yang dibabat untuk dijadikan ladang bertanam, pohon sialang selalu dibiarkan tetap berdiri. Tidak boleh diikutsertakan untuk ditebang habis. Lagi pula kayunya yang sudah tua begitu keras, sehingga bisa merusak mata kapak dan gergaji.
‘’Kita sangat menghargai berdirinya pohon sialang ini. Karena bisa memberikan keuntungan bagi masyarakat. Madu lebah yang dihasilkan dari pohon sialang sangat berguna bagi menambah belanja dapur masyarakat,’’ kaya Yanismar.
‘’Tinggi pohon sialang ini bisa mencapai 50 meter atau lebih dengan garis tengah batangnya 2 m atau lebih. Kebanyakan berdaun kecil sehingga jika angin bertiup, tak gampang tumbang oleh topan badai,’’kata dia lagi
Keberadaan hutan alam tersebut bagi masyarakat sekitar sangat strategis. Sebagian besar dari mereka menggantungkan hidup pada hasil hutan, mulai dari berburu, menangkap ikan, hingga mencari madu sialang. Menjaga hutan sangat bagus dan memang harus dilestarikan. ***
Sialang merupaan sebutan bagi pohon tinggi besar yang dihuni oleh ratusan lebah. Puncaknya menjulang jauh di atas atap hutan. Perawatan dilakukan secara intensif di lokasi tumbuhnya pohon itu. Setiap pohon satu persatu dibersihkan dari lalang dan rumput, sehingga perkembangannya bagus.
Tidak satupun lalang dan rumput terlihat di tanah, tempat tumbuhnya pohon raksasa itu. Walaupun lokasinya berada di antara perkebunan sawit dan hutan semak belukar, namun pohon sialang tetap dipertahankan masyarakat sekitar.
Pemandangan itu terlihat ketika Riau Pos akhir pekan lalu berkunjung di Kampung Sukamaju. Masyarakat sekitar menyebut lokasi tempat berdirinya pohon itu Cendeia. Usia pohon ada yang mencapai 50 tahun. Untuk menuju lokasi tumbuhnya pohon, jarak yang harus ditempuh 4 kilometer dari Kampung Gunung Sahilan.
Bukan hanya pepohonan saja tertanam di lokasi itu, tumbuhan obatan juga bisa ditemukan. Diantaranya, kunyit rimba, pasak bumi, gambir, kayu putih, dan tumbuhan obat lainnya. Berbagai jenis satwa lainnya juga bisa dilihat yakni burung-burung yang terus berkicau menyanyikan suara alam.
Untuk melihat dengan jelas pohon tersebut juga harus melalui jalan yang dipenuhi semak belukar.
Tepatnya ditepian Sungai Tesso Nilo jejeran pohon itu sudah dapat dilihat. Untuk persoalan sialang memang memiliki fenomena yang unik dan masih berlangsung sampai sekarang. Setiap orang bisa memiliki pohon sialang.
Itu dengan catatan mereka merawat dan membersihkan pohon tersebut dengan baik. Dimanapun pohon itu tumbuh, asalkan orang itu menjaganya dengan baik dan tumbuh besar dialah yang berhak atas pohon itu. Kondisi ini dijunjung tinggi masyarakat sekitar. Hukum adat tidak tersirat tersebut menjadi junjungan masyarakat sekitar untuk menjaga kelestarian pohon tersebut.
Dari informasi masyarakat sekitar, mereka selalu melestarikan pohon sialang. Bukan karena percaya bahwa pohon itu dihuni oleh roh halus mahasakti, tetapi karena sarang lebah yang bergantungan pada dahannya bisa menghasilkan uang. Masyarakat merasa banyak keuntungan yang diberikan pohon tersebut. Selain tempat bersarangnya lebah penghasil madu, pohon ini menjadi salah satu bentuk kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar dari bencana alam banjir.
Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam, Kurnia Rauf menjelaskan, disebut pohon sialang karena dihinggapi kerajaan lebah penghasil madu. Beberapa contoh pohon sialang adalah pohon Benuwang (Octomeles sumatrana), Cempedak air (Artocarpus maingayi, pohon tualang Koompassia parvifalia, Menggeris, jenis kedundung, Batu, Balau, Kruing, Ara dan lain-lain yang bila disarangi lebah hutan (apis dorsata), masyarakat di Sumatera menyebut pohon Sialang.
Biasanya, lebah hutan yang hinggap di pohon sialang memilih cabang yang terbuka, bebas dedaunan, di daerah atasan pohon, tinggi dan besar. Kesimbangan ekosistim lingkungan menjadi salah satu kegiatan yang memang harus dijaga. ‘’Jangan melakukan penebangan hutan menjadi salah satu yang memang harus dilakukan masyarakat secara bersama,’’ ungkapnya.
Dilokasi itu bisa juga dilakukan aktivitas memancing di Sungai Teso Nilo dan berpetualangan menyusuri sungai. Di sungai ini terdapat berbagai jenis ikan seperti selais, kapiyek, baung, toman, dan jenis ikan lainnya. Selain itu bisa juga menjadi tempat melihat dan mempelajari aktivitas wisata alam.
Awalsodik penjaga puluhan pohon sialang di Kampung Sukamaju, menjelaskan, kelestarian pohon sialang memang harus terjaga dengan baik. Karena, pohon ini banyak keuntungan yang dihasilkan. Bukan hanya tempat lebah penghasil madu, tapi pohon itu bisa juga memberian manfaat bagi keseimbangan alam dan ekosistim sekitarnya.
Dilokasi ini, sambung Awalsodik juga tempat bergantung hidup hewan seperti babi hutan, ular, gajah. Terkadang masyarakat sekitar juga terdengar suara harimau. Itu karena, hutan tempat berdirinya sialang masih terjaga kelestariannya. Sehinggga banyak hewan yang hidup di dalam hutan itu.
Diakuinya, memang banyak lahan yang habis ditanam sawit. Namun lanjutnya, khusus sialang dijaga dengan baik oleh masyarakat.’’Pohon sialang bagi masyarakat seikitar merupakan keberuntungan. Karena, selain dihinggapi madu penghasil lebah, pohon itu bisa menjaga ekosistim agar tetap seimbang. Bencana alam banjir salah satunya yang bisa dihindari,’’ ungkapnya.
Awalsodik menyebutkan, pohon ini sangat senang menjaganya. Tidak perlu perawatan seperti sawit dan karet yang hasru diberi pupuk. Pohon sialang cukup dibersihkan saja rumput dan lalang yang tumbuh ditanah tepat dibawah pohon itu. ‘’Kalau ada lalang dan rumput yang tumbuh dibawah pohon saya bersihkan. Sehingga pertumbuhannya bagus,’’ ungkapnya.
Pemandangan lainnya, berjalan diantara pepohonan besar di dalam kawasan itu terasa kesejukan alami. Pancaran sinar matahari hanya bisa masuk melalui celah dedaunan pohon yang memang menjulang tinggi ke langit. Pohon meranti, keruing dan jenis pohon lainnya juga tertanam kokoh diatas lahan seluas empat hektar tersebut.
Pemanfaatan kawasan tersebut hanya boleh untuk mengambil buahan hutan, tanaman obat dan madu dengan tidak merusak pohon dan kelestariannya. Pohon sialang yang terkandung didalam kawasan itu kepemilikannya tetap. Hanya mereka yang menjaganya yang boleh mengambil madu sialang.
Yanismar penjaga pohon sialang lainnya, menambahkan, kondisi alam di sekitar pohon sialang dijaga dengan baik oleh seluruh masyarakat secara bersama. Tidak satupun masyarakat diperbolehkan menebang pohon sialang yang tumbuh besar di lokasi tersebut. Apalagi untul membuka lahan perkebunan.
Artinya, bila ada bagian hutan yang dibabat untuk dijadikan ladang bertanam, pohon sialang selalu dibiarkan tetap berdiri. Tidak boleh diikutsertakan untuk ditebang habis. Lagi pula kayunya yang sudah tua begitu keras, sehingga bisa merusak mata kapak dan gergaji.
‘’Kita sangat menghargai berdirinya pohon sialang ini. Karena bisa memberikan keuntungan bagi masyarakat. Madu lebah yang dihasilkan dari pohon sialang sangat berguna bagi menambah belanja dapur masyarakat,’’ kaya Yanismar.
‘’Tinggi pohon sialang ini bisa mencapai 50 meter atau lebih dengan garis tengah batangnya 2 m atau lebih. Kebanyakan berdaun kecil sehingga jika angin bertiup, tak gampang tumbang oleh topan badai,’’kata dia lagi
Keberadaan hutan alam tersebut bagi masyarakat sekitar sangat strategis. Sebagian besar dari mereka menggantungkan hidup pada hasil hutan, mulai dari berburu, menangkap ikan, hingga mencari madu sialang. Menjaga hutan sangat bagus dan memang harus dilestarikan. ***
0 komentar:
Posting Komentar