“Mencari Gunung Pertama di Riau”
Foto Bersama: Tim ekspedisi Discovery First Mountain In Riau berfoto bersama di depan kantor Yayasan Mitra Insani sesaat sebelum berangkat memulai ekspedisi.
MEMASUKI awal tahun tentu banyak yang ingin dilakukan oleh semua orang, begitu pun dengan River Defender. Komunitas lingkungan yang aktif dalam penyelamatan sungai ini pada akhir tahun lalu hingga memasuki awal tahun ini melakukan gebrakan yang luar biasa. Bersama dengan Brimapala Sungkai, dan Gurindam 12 melakukan perjalanan menguak misteri alam Riau.
Ekspedisi 12-12 (dilakukan pada tahun 2012-red) oleh River Defender, bekerjasama dengan kantor Berita Gurindam 12, Yayasan Mitra Insani dan Telapak Badan Teritori Riau merancang tiga ekspedisi besar yakni, penemuan gunung pertama di Riau, kemudian penelusuran Goa Vertikal (Caving) dan menemukan potensi arung jeram di sungai yang masih merupakan sub daerah aliran sungai Kampar.
Ekspedisi pertama yang diberi nama Discovery First Mountain In Riau ini akan membuktikan mitos yang ada di Riau selama ini, bahwa Riau tidak memiliki potensi wisata alam gunung itu tidak benar, sehingga ekspedisi ini berusaha memecahkan mitos tersebut dengan menemukan gunung pertama di Riau, Gunung Djadi. Dataran tinggi yang disinyalir sebagai gunung tersebut terletak di hulu sungai Kampar Kabupaten Kampar, berada dalam kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling. Perjalanan dimulai sejak Jumat (29/12/2011) lalu dan di jadwalkan akan selesai pada Selasa (3/1) mendatang.
Menurut penuturan Zainuri Hasyim,ketua Yayasan Mitra insani, inspirasi perjalanan tersebut pada awalnya bermula dari diskusi santai antara beberapa anggota River Defender dan Gurindam 12 mengenai banyaknya informasi dari beberapa orang yang telah menjelajahi Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling bahwa di kawasan tersebut terdapat pucak tertinggi yang menyerupai gunung.
Kemudian setelah ditelusuri lebih lanjut berdasarkan peta rupa bumi Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) di kawasan tersebut teridentifikasi dengan lambang segitiga hitam yang menandakan sebuah gunung dengan ketinggian 1.091 meter diatas permukaan laut, warna hitam mengisyaratkan bahwa gunung tersebut sudah tidak aktif lagi.
Perjalanan menuju lokasi dimulai pada 27 Desember dari Pekanbaru, dengan jumlah anggota tim sebanyak 9 orang terdiri dari 7 laki-laki dan 2 orang perempuan dan sampai di lokasi pada tanggal 28. Rombongan disambut baik oleh masyarakat setempat.
“Bahkan masyarakat tempatan menyambut antusias kedatangan tim ekspedisi, karena daerah tersebut termasuk masih terisolir dan jarang di datangi oleh orang luar,” tutur Hisam Setiawan, Koordinator Ekspedisi 12-12.
Tim ekspedisi dibagi menjadi 3 bagian, pertama akan membuat peta perjalanan yang lengkap dengan informasi yang jelas sekaligus rute perjalanannya, kedua akan melakukan identifikasi kondisi sosial masyarakat, serta merangkum vegetasi alam dan keanekaragaman hayati, kemudian yang ke tiga adalah tim dokumentasi foto dan video yang akan di ekspos dan di share terhadap masyarakat luas, sehingga keberadaan gunung tersebut memang benar-benar terbukti.
Selanjutnya perjalanan di lanjutkan pada 29 Desember naik dan pada 31 Desember (malam tadi-red) dijadwalkan sudah berada di puncak ketinggian tersebut. Hisam juga menyebutkan akan diadakan acara doa bersama disana.
“Mendoakan seluruh masyarakat Riau semoga tetap dalam lindungan Tuhan ditengah-tengah kondisi permasalahan lingkungan yang tak selesai-selesai ini,” ungkapnya.
Menurut Hisam, untuk sementara waktu dalam tahap ekspedisi ini, tim ekspedisi 12-12 sengaja tidak melibatkan pemerintah ataupun Dinas Pariwisata setempat, karena tahap ini baru tahap permulaan saja, jika sudah di peroleh informasi yang lebih matang lagi mengenai lokasi tersebut, maka pihaknya tentu akan memberitahukan dan melibatkan pihak pemerintah untuk melanjutkan masa depan kawasan tersebut sebagai tempat wisata alam yang bisa dimanfaatkan masyarakat.
“Sebenarnya di Riau ini banyak potensi alamnya namun masih sedikit yang difungsikan, kami berharap ekspedisi ini bisa membuka pintu kearah pengembangan potensi itu, sehingga masyarakat sekitar yang tinggal di daerah tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya dari pengembangan kawasan tersebut,” ujar Hasim.
Hasim juga menjelaskan bahwa antara sungai dan gunung yang sedang di selidiki tersebut mempunyai korelasi yang cukup erat. Air sungai sendiri berasal dari mata air di pegunungan, kemudian tim yang berangkat ke sana juga mengikuti alur sungai untuk menemukan lokasi tersebut.
Sayang nya komunikasi dengan tim ekspedisi 12-12 yang berada di gunung Djadi terputus dengan tim yang standby di Pekanbaru sehingga informasi lebih lanjut mengenai daerah yang disinyalir sebagai gunung tersebut masih belum di ketahui.
“Kami mulai terputus komunikasi sejak Sabtu pagi ini (kemarin-red) mungkin akibat jaringan yang tidak sampai di lokasi tersebut. Kita tunggu saja mereka turun dan berada di perkampungan warga untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, “ ujar Hisam yang standby di Pekanbaru. (asrul-gsj)
0 komentar:
Posting Komentar