Selasa, 03 Januari 2012

Our Green Inspiration: (Gavin Birch) Sang “Pemungut Sampah”

Gavin Birch
Sang “Pemungut Sampah”

>>internet
SAMPAH: Husin Abdullah bersama masyarakat sekitar pantai Sengigi tengah mengumpulkan sampah yang ada di sekitar pantai.

Gavin Birch itulah namanya dulu. Tapi ketika ia mulai menetap di Lombok ia lebih dikenal dengan nama Husin Abdullah. Dilahirkan di Selandia Baru dan dibesarkan di Perth, Australia. Dia sering mengunjungi Pantai Senggigi di Lombok. Orang-orang disana sering menyebutnya sebagai “turis gila”. Hal itu karena pekerjaannya yang selalu bergumul dengan sampah setiap mengunjungi pantai Senggigi.

Namun, Husin seakan tidak perduli dengan gelar yang disematkan warga sekitar padanya. Ia hanya bertekad untuk mengajak orang banyak untuk bisa hidup bersih. Baginya Indonesia itu harus bersih dan hijau.

Mengapa ia bisa tiba-tiba menjadi seorang pemungut sampah di Senggigi? Kisahnya di mulai tahun 1986 saat pertama kalinya menginjakkan kaki di Pulau Lombok sebagai seorang turis. Saat itu ia kecewa karena banyaknya tumpukan sampah di pantai-pantai yang ada di sana. Niatnya untuk berlibur dan menikmati keindahan alam di Lombok pun tidak menjadi seperti impian awalnya. Bahkan pantai Ampenan yang menyimpan potensi wisata pun penuh dengan kotoran manusia.

Tapi, uniknya ia tidak langsung pergi beranjak menjauh ketika itu. Ia yakin, ketika itu jika masyarakat sekitar peduli dengan kebersihan maka pantai tersebut pasti akan indah dilihat.

Sejak itulah ia mulai bergerak sendiri. Memungut sampah di sekitar pantai dan mengumpulkannya. Berbagai komentar mulai diterimanya. Ada yang simpati, tapi ada juga yang memandang sebelah mata. Salah satu dari masyarakat yang simpati yaitu Lurah Kampung Melayu Ampenan Haji Hairi Asmuni memintanya untuk menetap di Lombok sebagai bentuk apresiasinya. Sejak itu ia mulai menerapkan “Program Indonesia Bersih dan Hijau” yang diadopsi dari program kebersihan di Australia. Bahkan, Husin juga sempat menawarkannya kepada pemerintah di sana. Namun hal itu tidak disambut baik karena ketiadaan dana. Akhirnya ia mulai bergerak sendiri dengan menggunakan uang dari koceknya sendiri. Husin tidak mengeluh, katanya, itu sebagian dari bentuk amal.

Perjuangannya selama 24 tahun pun ternyata tidak berakhir sia-sia. Kini di kawasan Jalan Raya Senggigi bersih dari sampah. Meski kini ia telah tiada pada tanggal 18 Agustus 2010 lalu. Tapi banyak hal yang telah ditinggalkannya dan sangat bermanfaat untuk orang sekitarnya. Sekedar renungan, mana yang lebih gila, turis asing yang rela menghabiskan sisa hidupnya untuk membersihkan lingkungan atau anak negeri sendiri yang suka membuang sampah di halaman rumahnya? (afra-gsj/int/new)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province