Senin, 01 Oktober 2012

Taman Paku, Inventarisasi Tahura SSH

 PADA umumnya taman yang sering tergambar dalam benak kita adalah sebuah lahan dengan hamparan bunga-bunga nan indah. Namun pernah kah anda mendengar atau melihat taman paku? Tapi, tentunya paku yang satu ini bukanlah paku yang sering menancap di ban-ban kendaran bermotor. Paku-pakuan atau dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan nama Pteridophyta, merupakan tumbuhan tingkat rendah yang jarang diminati oleh khalayak umum.
Namun apa jadinya jika ternyata terdapat taman yang berisi jenis tumbuhan ini saja? “Pasti unik!” seru Andesba Andria Roza dengan semangat. Andes yang memang sangat menggemari tumbuhan paku-pakuan ini sangat mendukung adanya ide pembuatan taman paku-pakuan.
“Paku merupakan tumbuhan pioner dan mudah tumbuh di manapun. Namun tidak semua jenis paku-pakuan yang mampu tumbuh di habitat yang sama,” jelas Andes mahasiswi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Riau (Unri) yang saat ini juga sedang fokus pada penelitian Pteridophyta di Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (Tahura-SSH).
Mendukung pernyataan Andes, Dr Nery Sofiyanti, MSi juga menambahkan bahwa paku-pakuan memiliki beragam jenis, bentuk serta habitat yang berbeda. Ada jenis paku epifit dan paku terrestrial.
“Paku jenis epifit merupakan paku yang hidup menempel pada tumbuhan lain, namun tidak merugikan, dan membutuhkan pohon lain sebagai inangnya. Sementara paku jenis terrestrial ada dua tipe, yaitu tipe paku yang tumbuh di lahan terbuka seperti jenis Nephrolepissp dan paku yang tumbuh di tempat yang memiliki kerapatan vegetasi yang tinggi seperti Stenochlaenasp,” terang dosen botani FMIPA Unri yang baru saja menyelesaikan program doktornya di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) 2011 lalu.
Nery menambahkan, taman paku ini merupakan salah satu kegiatan inventarisasi flora dan fauna Tahura SSH hasil kerjasama dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI).
“Awalnya memang ingin membuat taman Pteridophyta, tetapi berhubung masih banyak terkendala oleh jenis paku-pakuan yang harus disesuaikan dengan habitatnya, untuk sementara taman ini dijadikan sebagai taman pendidikan, karena tumbuhan paku yang di tanam di Tahura SSH baruberjumlahkuranglebih 50 individu,” jelas Nery yang merupakan ketua kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu-Minggu (22-23/09) lalu.
Nery menjelaskan, tujuan kegiatan inventarisasi ini adalah untuk mempublikasikan dan diseminasi Tahura agar masyarakat lebih mengenal Tahura sekaligus untuk mengetahui jenis-jenis flora-fauna yang terdapat di sana dengan cara mengidentifikasinya.
Pteridophyta sangat mudah tumbuh. Karena berkembang biak dengan spora. Namun demikian, dengan kondisi lingkungan yang semakin buruk, tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan paku-pakuan bisa menjadi langka bahkan punah.“Salah satu jenis paku yang langka adalah Ceratopteris, dan ternyata masih ditemukan di Tahura, tepatnya di kawasan Pusat Pelatihan Gajah (PLG),” tutur Nery.
Jenis Ceratopteris ini merupakan salah satu jenis paku yang dapat dijadikan sebagai bio indikator perubahan lingkungan. Karena hanya ditemukan pada habitat yang masih memiliki kerapatan vegetasi yang tinggi. Sementara pada habitat yang terbuka tidak dapat ditemukan jenis paku ini.(diah-gsj/dac)


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province