Senin, 08 Februari 2010

Bersahabat dengan Sampah

Sampah menjadi masalah penting bagi keindahan Kota Pekanbaru, ketika banyak sampah ditemukan teronggok begitu saja di pinggir-pinggir jalan. Belum lagi sampah yang bertebaran di jalanan akibat pengendara motor atau mobil yang membuang bungkus makanan atau kulit buah-buahan di jalan. Kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa bungkus makanan dan kulit buah tersebut tidak akan berefek besar terhadap lingkungan.

“ Saya sering juga kok buang bungkus permen ketika di perjalanan, biasanya dilempar gitu aja, masalahnya saya malas kalau harus menyimpan sampah di tas, jadi ya lebih baik buang aja, lagi pula teman- teman saya juga sering kok melakukan hal itu” ujar salah seorang mahasiswi sebuah universitas swasta di Pekanbaru.

Hal yang berlawanan diungkapkan oleh Tanti Hidayah, mahasiswi Fasilkom STMIK. “Gara-gara buang sampah sembarangan got-got jadi tersumbat dan menyebabkan banjir, padahal tong sampah sudah disiapkan dimana-mana. Pemerintah juga sudah menghimbau untuk selalu menjaga kebersihan, tapi ternyata hasilnya belum maksimal masih banyak orang-orang yang seenaknya sendiri membuang sampah sembarangan” ungkapnya.

Menurut mahasiswi semester lima ini cara untuk mengatasi hal tersebut hanyalah dengan kesadaran diri sendiri, bahwa masing-masing pribadi harus menyadari pentingnya menjaga kebersihan karena keberadaan sampah yang tidak pada tempatnya selain tak sedap dipandang mata tetapi juga bisa menimbulkan berbagai penyakit.

Selain itu sebagai bukti kecintaannya kepada lingkungan mahasiswi yang tinggal di Jalan Putri Nilam, Sukajadi ini sering memakai kembali barang yang masih bisa dipakai ulang, seperti kaleng kue yang dijadikannya sebagai tempat menyimpan pena dan alat-alat tulis.
“Kalau masih bisa dipakai, kenapa tidak? Daripada kita buang-buang uang untuk membeli kotak pena lebih baik menggunakan barang yang sudah tak dipakai lagi, lebih hemat, efisien dan mengurangi sampah” ujarnya?

Sampah dapat dimanfaatkan dan dapat diolah lagi sehingga jika didaur ulang dilakukan melalui pengolahan sampah yang tepat maka akan mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis. “Dari sampah keluarga dan tanpa keluar rumah saya bisa menghasilkan uang sekitar 5 juta perbulan” tutur Nurhayati, pemilik usaha bunga ucapan “7 Island” di simpang tiga jalan Kaharudin Nasution.

Wanita yang sering disapa Bude tersebut, membuat berbagai prakarya dari sampah. Misalnya kulit kacang yang diwarnai dan dirangkai menjadi bunga hiasan. Terus ada topi dari daun nangka kering, kendi-kendi dari kulit jagung dan kipas dari daun pandan. Ada juga celengan dari aqua botol bekas yang dihias dengan daun-daun jambu kering atau daun rambutan. Terdapat juga rumah-rumahan boneka dan pigura foto dari sedotan bekas. Selain itu juga ada kardus indomie yang disulap menjadi tempat hantaran pengantin yang cantik.
“Dengan membuka usaha seperti ini saya bisa melaksanakan anjuran Pak Wali Kota untuk mengurangi sampah sekaligus mendapatkan penghasilan” ungkapnya.

Menurut pengakuannya sebuah celengan dari botol bekas dan daun-daun rambutan kering dijual dengan harga 35 ribu, sementara bingkai foto dijualnya dengan harga 10 ribu perbuah. Maka tak heran jika Bude bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp5 juta perbulan.
Hasil prakarya Bude tersebut juga sering diikut sertakan dalam pameran barang-barang bernilai seni di Bandung dan Jakarta, bahkan hasil prakarya Bude sering dijadikan souvenir oleh para mahasiswa yang mengikuti pertukaran pelajar di berbagai negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Wanita yang menjalani bisnis membuat prakarya dari barang bekas dan sampah lebih dari sepuluh tahun ini, mengatakan bahwa cara menanggulangi sampah harus berawal dari hal yang paling kecil yaitu keluarga, karena produksi makan keluarga dan sampah adalah seimbang,jadi alangkah bagusnya jika sampah tersebut dimanfaatkan dengan cara mengolahnya menjadi prakarya atau minimal memakai kembali barang yang masih bisa dimanfaatkan.

Menurut Bude kaum remaja adalah generasi penerus yang harus peduli dengan lingkungan karena lima atau sepuluh tahun lagi remaja yang sekaranglah yang akan menjadi panutan bagi generasi-generasi selanjutnya jadi kepedulian dan kesadaran terhadap lingkungan harus lebih ditingkatkan.

“Masih banyak kaum remaja yang tidak peduli dengan lingkungan jadi alangkah baiknya kalau diadakan lomba-lomba yang bertemakan lingkungan, seperti lomba daur ulang sampah atau fashion dengan barang bekas, misalnya topi atau baju dari dedaunan kering” saran wanita yang punya semboyan hidup maju terus untuk berkarya ini.

Jadi sampah mempunyai potensi besar yang tersembunyi. Barang bekas atau sampah masih bisa dimanfaatkan, selagi kreativitas terus dikembangkan. Jadi memakai barang hasil daur ulang telah mengurangi sampah yang bisa mengurangi keindahan kota, mengakibatkan berbagai macam penyakit dan menyebabkan banjir. (Asrul Rahmawati GSJ - Mahasiswa Fasilkasi UMRI)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province