Setelah menempuh perjalanan satu jam, kami turun dari bus yang berhenti tidak jauh dari Multifunction Building (bangunan serba guna), di sana sudah menunggu 20 Green Student (dari Siak, Pelalawan, dan Kampar). Sekarang lengkap 50 orang Green Student, terdiri dari Green Student Journalist (GSJ) dan Green Student Ambassador (GSA) peserta terpilih untuk kegiatan H2C. Setelah makan pagi bersama, dilanjutkan dengan presentasi dari Dept. HES CPI oleh Budi Koesoemo. Budi membuka pembicaraan dengan mengalihkan perhatian kami semua ke layar infokus. Terlihat foto seekor burung yang menarik, namanya Bentet Coklat. Foto itu diambil dari hutan alami Rumbai yang dikelolah oleh PT.CPI. Burung Bentet Coklat adalah burung imigran ribuan kilometer dari bumi sebelah utara. Ketika di utara musim dingin, maka burung tersebut akan bermigrasi ke selatan, nah hutan alami Rumbai adalah salah satu tempat persinggahan burung unik tersebut saat hendak ke selatan. Begitu penjelasan singkat Budi tentang manfaat hutan alami Rumbai yang dikelola oleh Dept. HES CPI.
Budi masih terlihat semangat mempresentasikan materinya, membuat kami, Green Student, semakin antusias mengikuti kegiatan ini. Kali ini Budi menyampaikan tentang komitmen PT CPI dalam menjaga lingkungan. Setiap benefit (keuntungan) dari minyak bumi yang diperoleh PT CPI tidak serta merta menjadi tolok ukur keberhasilan, tetapi juga bagaimana PT CPI bisa mengatasi impact (dampak), terutama lingkungan, dengan cara yang baik dari kegiatan produksi minyak tersebut. Maka dari itu diperlukan keseimbangan dalam memenej keduanya, benefit dan impact.
Dalam pengolahan minyak mentah, maka akan ada gas-gas yang terbentuk dari prosesnya, sebagian besar merupakan gas berbahaya. Metode untuk mengelola gas ini ada dua. Pertama, metode Venting, yakni gas-gas tersebut akan dilepas begitu saja ke atmosfer bumi. Kedua, metode Flaring, yakni gas-gas tersebut dibakar sampai habis. Metode Venting yang melepaskan gas-gas ke atmosfer, merupakan gas yang 21 kali lebih berbahaya dari gas-gas karbon penyebab efek rumah kaca di atmosfer bumi. Dengan pertimbangan komitmen untuk menjaga lingkungan, PT CPI menetapkan 31 Desember 2010 sudah tidak lagi menjalankan metode Venting, digantikan dengan metode Flaring.
Tidak terlepas dari komitmen PT CPI dalam menjaga lingkungan, PT CPI menargetkan nihil air buangan 100% pada 31 Desember. Mereka optimis bisa mencapai target tersebut, karena sekarang program itu sudah terlaksana 91%. PT CPI sadar akan pentingnya penghematan air.
Disamping itu, PT CPI juga sudah menerapkan program 3R, Reduce, Reuse, dan Recycle. Selanjutnya, pak Budi menjelaskan program penghijauan yang dilakukan oleh CPI. Program tersebut dilakukan dengan konsep memulihkan ekosistem awal dan teliti dalam pemilihan jenis tanaman. Begitu penjelasan lengkapnya, terdengar tepuk tangan gemuruh peserta setelah Budi mengakhiri presentasinya.
Acara dilanjutkan dengan kata sambutan dari Direktur Eksekutif SEFo, Andi Noviriyanti. Novi, begitu panggilanya, menyampaikan terima kasih kepada PT CPI yang bersedia bersama-sama SEFo menyelenggarakan kegiatan H2C untuk Green Student. Ia juga berharap Green Student bisa belajar banyak dari kegiatan ini, kemudian menuliskan dan menceritakan kepada teman-teman yang lain. Sebagai generasi penerus, Green Student tidak hanya belajar, tetapi ikut serta dalam mensosialisasikan pentingnya peduli lingkungan kepada teman, keluarga dan masyarakat. Akhir sambutan, Novi menginformasikan kepada seluruh peserta untuk membuat laporan jurnalistik sebagai hasil dari kegiatan ini. Akan dipilih 2 tulisan terbaik untuk diterbitkan di Riau Pos dan mendapatakan hadiah.
Acara selanjutnya adalah kata sambutan dari Manager Communications PT Chevron Pasific Indonesia (CPI), Hanafi Kadir. Hanafi mengungkapkan begitu penting peran generasi muda untuk menjaga lingkungan. Dengan kegiatan seperti ini diharapkan Green Student, sebagai generasi muda, bisa belajar dan mengambil manfaat bagaimana menjaga dan melestarikan lingkungan. Sambutan diakhiri dengan tepuk tangan meriah dari semua peserta.
Waktu sudah menunjukkan pukul 8.45 wib. Itu artinya kami sebentar lagi akan berangkat menuju lokasi hiking, Rumbai Forest Nature Park – West, biasa disingkat West Park. Sebelum berangkat kami diberikan informasi tentang Rumbai Ecology Club, West Park dan persiapan-persiapan memasuki hutan. Tentang Rumbai Ecology Club, disampaikan oleh Marthinus Arbian. Rumbai Ecology Club adalah kelompok dari pegawai PT CPI yang aktif melakukan pelestarian lingkungan, menjaga flora dan fauna, serta melakukan program penghijauan. Tentang West Park dan persiapan memasuki hutan disampaikan oleh Emy. Hutan alami yang ada di Rumbai ini ada dua blok, pertama East Park (timur)seluas 28 HA dan yang kedua West Park (barat) seluas 76 HA. Hutan yang menjadi rute kami hiking adalah West Park. Kami akan berjalan 2,4 km untuk menikmati hiking di hutan Chevron yang alami ini. Jelas Emy singkat.
Akhirnya, bus yang mengantarkan kami menuju lokasi hiking berhenti. Dan segera kami membentuk lima kelompok, setiap kelompok terdiri dari 10 orang, ada 1 ketua kelompok dan 1 pemandu. Setelah ada instruksi, kami mulai memasuki West Park dengan kelompok masing-masing.
Di dalam hutan, kami bisa menemukan pohon-pohon yang besar, serta beraneka ragam tanaman hutan yang masih tumbuh dengan baik. Menurut informasi, di dalam hutan ini, kalau beruntung, kita bisa melihat burung yang populasinya sudah sedikit, seperti burung Bentet Coklat, dan sebagainya. Tetapi karena kami memasuki hutan saat hari sudah mulai siang, burung-burung unik tersebut tidak bisa dilihat lagi.
Medan yang kami lewati cukup sulit, tetapi itu menjadi daya tarik untuk tetap dilalui. Akar-akar dan tumbuhan kecil sesekali membuat kami tersandung. Ada daerah berair, kami harus melewatinya dengan berjalan pada sebuah batang yang menjadi jembatan. Diperlukan keseimbangan dan saling tolong menolong antar sesama teman tim. Banyak pelajaran yang berharga kami dapatkan ketika diperjalanan menelusuri hutan West Park ini. Pelajaran dan pengalaman yang akan berguna bagi kehidupan.
Pukul 12 siang semua peserta keluar dari hutan, ada rasa penat bercampur happy (bahagia) pada diri kami karena hari ini begitu banyak pengalaman yang didapatkan. Akhirnya, semua rangkaian acara kami berakhir dengan acara makan siang bersama di Waduk Sungai Ambang. Waduk Sungai Ambang adalah danau buatan. Biasanya berbagai jenis hewan menggunakan air ini untuk minum dan makan mereka. Keteduhan dipinggir waduk menjadi tempat makan bersama yang nyaman, sekaligus menutup acara ini dengan berfoto bersama.
Laporan Risky Ade Maisal-GSJ dari Politeknik Caltek Riau
0 komentar:
Posting Komentar