Dirgahayu GSK-BB
Masyarakat Riau boleh berbangga hati, sebab pada 26 Mei 2011 nanti tepat dua tahun Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSK-BB) resmi di kukuhkan sebagai cagar biosfer oleh UNESCO. Pengukuhan ini berarti bahwa area seluas lebih dari 180.000 hektare tersebut merupakan lahan konservasi dengan potensi pelestarian ekosistem.
Tentu ini merupakan oasis bagi masyarakat Riau yang sudah kadung dengan lingkungan yang jauh dari asri. Ladang sawit, karet dan pemukiman, telah menggantikan hutan-hutan perawan. Demikian pula dengan kegiatan illegal logging pada dekade silam yang telah menghancurkan keindahan alam dan menyisakan bencana alam.
“Jalan-jalan sekarang memang sudah mulus, namun alam sering mengganggu perjalanan entah panas yang menjadi-jadi, kabut asap yang makin sering atau malah banjir tiba-tiba yang memicu longsor dan jalan putus. Kata orang karena hutan telah hilang atau ditebang, tapi entahlah!” Gundah Edi Musda (57) supir travel anter propinsi kepada Green Student Journalists (GSJ).
Cagar Biosfer GSK-BB merupakan secercah harapan bagi kita untuk masa depan yang lebih baik. Setidaknya itulah dasar komitmen dari pemerintah untuk menyatukan suaka margasatwa Giam Siak Kecil dan suaka margasatwa Bukit Batu dengan lahan hibah dari pihak swasta seluas 72.255 hektare. Ketiganya disatukan menjadi lahan konservasi seluas 178.772 hektare.
Keseluruhan cagar biosfer yang diakui UNESCO ini di bagi atas tiga area yakni: area inti,area penopang dan area transisi. Cagar biosfer ini menjadi pengendali air terutama untuk kawasan Siak-Bengkalis. Hutan rawa gambut amat penting untuk mengendalikan dan menjaga siklus air di area sekitarnya.
Secara Hidrologis, rawa gambut ini befungsi seperti busa raksasa yang dapat menyerap air bagi penyediaan air tanah. Di permukaan, kawasan rawa gambut mengendalikan banjir dan aliran air permukaan.
Santi Sari (17) warga kota Pekanbaru, bersyukur dengan adanya inisiatif untuk menjaga keberlangsungan alam lewat cagar biosfer ini. Meskipun mengaku belum terlalu familiar dengan GSK-BB, namun ia paham bahwa mempertahankan hutan rawa gambut tentu bermanfaat untuk mempertahankan ketersediaan air bagi masyarakat.
“Beruntung ada cagar biosfer itu. Bayangkan kalau air tidak kita jaga dengan merawat penampungnya. Kita bernasib sama dengan masyarakat kota lain yang harus memanfaatkan air hujan untuk kehidupan sehari-hari. Sebab air tanahnya tak layak pakai, itu petaka yang harus kita lawan!” tuturnya.
Satu tahun pengukuhan Cagar Biosfer GSK-BB ini, tentu harus dipahami sebagai ungkapan kesadaran masyarakat Riau demi masa depan yang berkebelanjutan. Pahamilah, bahwa tanpa hutan, manusia tak akan dapat hidup dengan aman, nyaman, dan sehat. Kini, kitalah yang menjadi penentu, akankah semangat menjaga area konservasi itu terus berlanjut, dan diteruskan dengan tindakan nyata. Dirgahayu GSK-BB.(kevin-gsj/new)
0 komentar:
Posting Komentar