Menyelamatkan Kelestarian Hayati
MESKIPUN tidak banyak yang memperingatinya, namun hari keanekaragama hayati (22 Mei) tetap saja akan terus mengingatkan manusia untuk menjaga ekosistem flora dan fauna yang ada di Riau. Seperti yang diungkapkan oleh Rosita Gurun, Sekretaris Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau, konflik gajah dan manusia yang terjadi di beberapa daerah di Riau ini adalah dampak dari tergusurnya habitat mereka.
“Konflik itu terjadi karena lahan mereka diambil oleh manusia, nah disinilah pentingnya kesadaran kita sebagai manusia untuk berupaya melestarikan mereka,” ungkapnya.
BLH sendiri, menurut penuturan Rosita tidak membuat perayaan atau acara khusus untuk memperingati hari keanekaragaman hayati. Namun BLH tetap melakukan berbagai kegiatan yang berkelanjutan bagi pelestarian aneka ragam kekayaan alam di Riau.
Beberapa waktu lalu misalnya, BLH melakukan sosialisasi dan pembinaan terhadap masyarakat, salah satunya adalah di kawasan Hutan Larangan Adat rumbia. Bekerjasama dengan pihak LSM untuk melestarikan endemik asli di hutan tersebut.
Dibawah Bidang Konservasi dan Perubahan Iklim, BLH juga mengadakan pembinaan bagi masyarakat sekitar sungai Apit, Siak untuk mengembangkan pohon gayam yang kaya manfaat. “Tugas kita adalah menyelamatkan makhluk hidup. Karena saat ini jumlah mereka merosot seiring dengan jumlah tempat tinggal mereka yang semakin berkurang,” ujar Erlina Enli, Kabid Konservasi dan Perubahan Iklim, BLH Riau.
Diah Sulistio Ningrum, mahasiswa Fakultas MIPA Biologi, Universitas Riau juga sangat menyayangkan konversi hutan yang banyak terjadi Riau. “Alangkah ruginya kita, jika salah satu spesies yang punah itu ternyata memiliki khasiat untuk menyembuhkan suatu penyakit, mau kemana lagi kita mencarinya,” ucap mahasiswi yang sehari-hari sibuk meneliti cacing untuk melengkapi laporan skripsinya ini. Jadi mari kita jaga keanekaragaman hayati Riau, khususnya dan Indonesia umumnya. Demi hidup yang lebih baik.(asrul-gsj/new)
0 komentar:
Posting Komentar