Minggu, 19 Juni 2011

For Us: Gonzales Senang di Foto

Gonzales Senang di Foto
 
 
Bagaikan model, anak gajah  berusia empat bulan  ini berfose seraya mengangkat belalainya. Dia adalah Gonzales, anak gajah Sumatera yang ditinggal mati induknya pada bulan Maret 2011 lalu.

Laporan  Mashuri Kurniawan Minas 
mashurikurniawan@riaupos.co.id
  
Gerakan langkah kakinya yang lucu berlari kecil mendekati sebuah pohon rindang. Dibawah pohon bercabang dan berdaun hijau itu, Gonzales itu terlihat asyik bermain, di kawasan Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, di Kabuaten Siak. Tidak tampak lagi kesedihan di mata gajah.
Bersama dengan seorang pawang bernama Endi, Gonzales sedikit manja. Sesekali belalainya di eluskan ke tangan sang pawang. Telinganya yang lebar digoyangkan untuk menarik perhatian manusia yang ada disekelilingnya.
Sebaliknya Gonzales merasa senang, dengan melambaikan belalainya ke hadapan lensa kamera tersebut. Jepretan kamera yang mengabadikan dirinya membuat Gonzales melambaikan belalainya kearah kamera. Bahasa tubuh gajah ini menurut Endi menyatakan bahwa penghuni baru PLG Minas tersebut merasa senang.
Pemandangan tersebut terlihat ketika Riau Pos berkunjung ke PLG Minas akhir pekan lalu. Anak  gajah yang mempunyai sifat manja ini, menyukai buah nangka. Bila sudah bertemu dengan nangka, Gonzales memainkan buah ini seperti bola dan menginjaknya hingga hancur. Satwa yang hampir punah tersebut tidak bisa ditinggal sendirian.
Menurut Endi, sifatnya yang manja karena anak gajah ini usianya masih sangat muda. ‘’Ditinggal sendirian saja Gonzales tidak bisa. Pasti suaranya melengking tinggi seperti terompet memanggil saya. Sifatnya ya sama seperti anak balita, manja, suka bermain, dan main air,’’ ungkapnya kepada Riau Pos.
Perhatian, kasih sayang, dan perlindungan keluarga barunya bersama pawang gajah membuat Gonzales merasa nyaman berada didalam hutan konservasi gajah tersebut. Pepohonan tinggi, dedaunan hijau, air sungai yang jernih menjadi tempat mengasyikan bagi 18 gajah, termasuk Gonzales.
Seluruh gajah memiliki sifat perasa. Mereka tidak akan mau bersama, kalau tidak dengan pawangnya. Gajah di PLG sambungnya,  untuk awal memang sangat sulit menjinakannya. Namun begitu, perlu kesabaran pawang dalam memelihara gajah. ‘’Berbeda kehidupan gajah di alam dengan PLG. Di alam gajah makanannya dari ekosistim hutan. Tapi, intinya kesabaran saja dalam memelihara gajah ini,’’ ungkapnya.
Dari penuturan Endi, setiap hari Gonzales menghabiskan 500 gram susu formula SGM. Susu ini dimaksudkan untuk menunjang perkembangannya. Cara menyesuinya hampir sama dengan balita manusia yakni menggunakan dot. Hanya saja, dot yang dipergunakan Gonzales mempergunakan selang dan susu ditaruh didalam ember kecil. Satu ekor anak  gajah lainnya menghabiskan susu dalam satu hari 500 gram. Susu ini merupakan salah satu penambah vitamin dan pertumbuhan gajah.  
Sifat lainnya, anak gajah yang juga suka berteman dengan manusia tersebut menyenangi air. ‘’Gonzales suka berteman dengan manusia. Tapi, harus didampingi saya. Yang paling disenanginya lagi air. Kalau sudah dimandikan Gonzales menyemprotkan air sungai tersebut sampai selesai mandi,’’ ujarnya. 
Di kawasan PLG Minas ini Gonzales hidup berdampingan dengan 17 gajah lainnya. Gajah-gajah yang ada ini di jinakkan dan dilatih. Selain menyelamatkan nyawa hewan yang dilindungi negara ini, mereka juga dilatih untuk menjadi gajah tunggang, atraksi, dan menarik perhatian gajah liar. 
Dari informasi yang diterima Riau Pos, di PLG Minas, gajah yang ada terdiri dari 14 ekor gajah dewasa dan empat ekor anakan. Satu gajah dijaga satu pawang. Dengan kata lain, ada sebanyak 18 pawang gajah yang menemani hewan tersebut. Berbagai aktifitas diterapkan kepada gajah yang sebelumnya hidup liar di hutan ini.
Aktivitas tersebut dilakukan sejak  pukul 08.00 WIB. Dimana gajah mengikuti upacara bersama dengan pawang. Namun demikian, upacara yang dimaksud tentunya tidak sama dengan dilakukan manusia. Gajah ini hanya dilatih untuk berbaris. Kemudian, pukul 08.15 WIB gajah diantar kedalam kawasan hutan konservasi gajah.
Didalam kawasan hutan tersebut, gajah diikat dengan tali tambang pada kakinya. Dengan maksud, agar gajah tidak lari kedalam hutan. Diikatnya gajah tersebut dimaksudkan juga agar gajah yang sudah dilatih ini tidak mengikuti gajah liar yang memang masih berkeliaran didalam hutan tersebut.   
Tujuan lainnya, selain memperkenalkan habitatnya kembali, pelepasan gajah di dalam hutan dengan harapan gajah tidak stres. Aktivitas  gajah dalam kawasan hutan yang berjarak tiga kilometer dari PLG Minas tersebut, memakan daun hijau yang ada disekelilingnya.
Selanjutnya pada pukul 16.00 WIB seluruh gajah dimandikan di sungai yang memiliki air jernih didalam kawasan PLG. Setelah mandi seluruh gajah diberi makan pisang dan pelepahnya, serta nangka. Gajah di PLG Minas tidak menyukai pelepah pisang yang tumbuh di hutan. Mereka menyukai pisang yang dikonsumsi manusia.
Pada malam hari seluruh gajah diletakan dilapangan.’’Gajah biasanya tidur dilapangan mas. Kalau kami tidurnya di mes. Namun, salah satu dari kami ada yang piket menjaga gajah dan lokasi, di PLG Minas,’’ ungkap pawang lainnya yang mengaku bernama Engki. 
Kepala PLG Minas, Muslino menyebutkan, gajah liar masih banyak berkeliaran didalam hutan konservasi gajah PLG Minas. Gajah liar ini terkadang masuk kedalam kawasan PLG Minas untuk bermain bersama gajah yang sudah dilatih. Terkadang sambungnya, gajah liar datangnya pada malam hari.
‘’Gajah dilepas di dalam kawasan hutan untuk memperkenalkan habitatnya. Makanan gajah kita berikan pisang, pelepahnya, dan nangka,’’ kata Muslino.        
Pemandangan lainnya didalam kawasan PLG Minas, terdapat lapangan berukuran 70 meter persegi. Di lapangan itu ada titian, ayunan, tempat duduk gajah. Kemudian, dilokasi tersebut juga dibangun mess pawang. Bangunan mes tersebut dibangun semi permanen.  Terdapat dua bangunan mes, dengan kamar sebanyak tujuh ruangan.
Ukuran satu kamar 3x2 meter persegi.  Bentangan alam hijau dan hamparan sawit juga bisa dilihat dilokasi PLG Minas menjadi pemandangan yang bisa dilihat. Gajah yang ada disini, sambung Muslino, merupakan gajah liar yang berhasil diselamatkan kehidupannya.
Kehidupan gajah seperti yang diketahui, ujarnya, habitatnya  semakin terdesak akibat perambahan liar dan perluasan perkebunan besar swasta. Kondisi tersebut mengakibatkan tingkat konflik antara manusia dan gajah terus meningkat. ‘’Gajah bukanlah musuh manusia, tapi teman. Nah, di PLG Minas inilah kita lakukan pelatihan gajah tersebut,’’ terangnya.
Sementara itu, Humas WWF Riau Syamsidar menjelaskan,  perambahan kawasan konservasi menjadi  perkebunan kelapa sawit menjadi ancaman utama bagi kelestarian gajah Sumatera yang ada di Riau. Diperkirakan, jumlah gajahnya hanya sekitar 300 an ekor saja
Data WWF menyebutkan, dari tahun 2005 sampai dengan 2009, WWF lebih banyak menemukan perburuan gading gajah sumatera kerap kali dilatarbelakangi konflik antara gajah dan manusia.Perseteruan dua makhluk itu menyebabkan hilangnya nyawa 41 gajah mati dan 13 manusia.
Gajah adalah temah teman manusia. Bukan untuk diburu. Dharapkan secara bersama menjaga habitat dan kehidupan satwa yang hampir punah ini. Pemerintah, pihak swasta, penegak hokum dan masyarakat hendaknya bias bersama menjaga keberlangsungan hidup gajah Sumatera ini. (CF1)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province