Kendaraan Berbahan Bakar Elpiji Ala Asep
Sekilas jika kita melihat motor Supra X 125 milik Asep Supriyana, seorang mahasiswa UIN Suska Riau semester delapan terlihat seperti motor pengantar bahan bakar elpiji. Bagaimana tidak, sebuah eliji ukuran tiga kilogram terpasang dibagian belakang motornya. Namun, jika kita mendekat dan sedikit lebih teliti, terlihat ada selang dari elpiji masuk kedalam bagasi motornya. “Itu selang bahan bakar motor saya, motor saya berbahan bakar elpiji”, tukas asep ketika ditanya mengenai keberadaan selang di bagasi motornya.“Berdasarkan data Pertamina ternyata cadangan minyak bumi Indonesia semakin menipis. Berbagai media pun memberitakan bahwa pemerintah kewalahan dalam memberikan subsidi BBM karena tingkat konsumsi masyarakat tiap tahun semakin melonjak drastis. Dari sana saya mulai berpikir dan termotivasi bagaimana saya menggunakan gas elpiji sebagai pengganti BBM” ujar Asep
Awalnya Asep mencari berbagai informasi bagaimana mendapatkan bahan bakar pengganti minyak yang mudah didapat, ekonomis dan tentunya ramah lingkungan. Kemudian setelah di temukan bahan-bahan alternatif tersebut diantaranya adalah air, biogas, minyak kelapa sawit, minyak pohon aru, minyak singkong dan ada beberapa lainnya.
“Namun setelah saya pelajari bahan-bahan yang mudah didapatkan itu, memiliki beberapa kelemahan di antaranya adalah pengolahan yang cukup rumit sehingga membutuhkan biaya yang tinggi sehingga menjadi tidak ekonomis dan praktis,” papar asep menjelaskan latar belakang mengganti sumber energi motor miliknya dari BBM menjadi elpiji.
Asep juga menuturkan bahwa idenya mengkonversi BBM menjadi gas ini berasal dari penelitian yang mengungkapkan bahwa nilai oktan gas LPG sangat tinggi, yakni berkisar 130, tentunya ini lebih baik dibandingkan dengan Pertamax Plus yang nilai oktannya 95. Selain itu gas buang dari pembakaran LPG juga tidak terlalu berbahaya yaitu CO2 dan H2O, karena pembakaran yang sempurna dalam ruang bakar mesin. “Untuk tabung tiga kilogram dapat menempuh jarak hingga 250 kilometer. Sangat ekonomis, bukan?” sambung Asep.
Dalam pengerjaannya, Asep membutuhkan waktu satu hari dan sebuah genset yang berfungsi untuk uji coba gas elpiji. Asep juga menuturkan bahwa ada kekurangan pada percobaannya, yakni pada perbandingan antara suplay gas dan udara sehingga menyebabkan kecepatan motornya kurang maksimal. Selain itu ketelitian juga dibutuhkan sewaktu membuat instalasi gas, jangan sampai ada kebocoran gas. “Nggak lucu kan kalau sampai gas meledak sewaktu saya berkendara,” papar Asep sambil tertawa.
Untuk penenelitian selanjutnya, Asep sudah berencana membuat mobil tanpa bahan bakar yang disebutnya dengan Electron Siclus Mobile (ESM-435F). Semoga inovasi dari Asep Supriyana bisa menumbuhkan semangat generasi muda lainnya untuk berkarya dan mempersembahkan yang terbaik untuk negeri dan bangsa ini.(adhit-gsj/new)
0 komentar:
Posting Komentar