Minggu, 10 Juli 2011

Konservasi Air (Rifka Gusmida): Alarm Tendon Air

Alarm Tendon Air


Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan ketersediaan air. Namun, sangat disayangkan potensi ketersediaan air bersih dari tahun ke tahun cenderung menurun akibat pencemaran lingkungan dan kerusakan daerah tangkapan air. Kondisi diperburuk dengan perubahan iklim yang mulai terasa dampaknya sehingga membuat Indonesia mengalami banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Padahal,  kecenderungan konsumsi air bersih justru naik seiring pertambahan penduduk.
Ketersediaan air perlu diimbangi dengan kualitas yang baik pula. Kualitas air ini berkaitan dengan kelayakan pemanfaatan air untuk berbagai kebutuhan. Sebagai salah satu daerah tangkapan air, pemanfaatan sungai sebagai sumber air bisa dilakukan dengan mengurangi tingkat cemar akibat limbah rumah tangga dan industri.
Para ahli memprediksi Indonesia akan mengalami kelangkaan air bersih pada tahun 2025. Untuk itu perlu adanya adabtasi perubahan sistem iklim global dalam rangka  pengeloloaan sumberdaya air terpadu dan berkelanjutan.  Oleh karena itu salah satu upaya untuk mengatasi hal ini adalah melalui adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dengan pengelolaan sumber daya air secara tepat.
Untuk mengatasi krisis air bersih perlu upaya penyelamatan lingkungan, termasuk penyelamatan sumber-sumber air yang harus dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan. Selain itu, peran serta masyarakat sangat besar, hal paling mudah adalah dengan tidak membuang limbah rumah tangga ke sungai. Tanpa upaya bersama, mustahil kita bisa mencegah permasalahan kelangkaan air di Indonesia.
Kita sebagai pelajar pun bisa melakukan banyak hal, seperti mengaplikasikan pelajaran sekolah dengan lingkungan. Salah satunya adalah pelajaran fisika, yaitu memanfaatkan hukum archimedes bidang teknik dalam kehidupan sehari-hari.
Jika di rumah kita menggunakan mesin pompa air, maka dapat kita lihat bahwa tangki penampungnya (tendon air), diletakkan pada ketinggian tertentu. Apabila  diletakkan diketinggian tertentu, tentu sulit bagi kita untuk mengontrol bilamana air penuh. Apalagi  jika kita sangat sibuk.
Seringkali air terbuang melimpah, sebab lupa mematikan atau tidak sadar tendon sudah penuh. Padahal, jika dihitung-hitung sudah berapa banyak air dan listrik yang terbuang percuma. Ini merupakan tindakan sia-sia yang sering dianggap sepela.
Untuk mengurangi hal tersebut. Kita dapat memanfaatkan hukum archimedes dalam pembuatan alarm tendon dari barang-barang bekas. Peralatan yang kita butuhkan, yaitu gabus bekas, paralon bekas sebagai penyangga, kerangka pena bekas sebagia penekan tombol on, dan alarm bekas dari sepeda.
Kita harus membuat penyangga dari paralon bekas yang saling berhubungan. Penyangga memiliki empat kaki yang diletakkan di kepala penampung air. Kemudian di atas penyangga diletakkan alarm. Terlebih dahulu, alarm disambungkan dengan pena. Yang mana ujung yang satu sebagai penekan tombol alarm, dan  satunya lagi ditempel gabus. Gabus berfungi sebagai penerima gaya tekan yang diberikan ketika air penuh.
Prinsip kerja alarm tendon ini,  ketika air penuh, gabus yang menyentuh air akan terapung karena berat benda lebih kecil dari gaya ketas air. Sehingga, pena yang menempel pada gabus akan menekan tombol on pada alarm. Dan alarmpun berbunyi menandakan air telah penuh.
Masih banyak lagi inovasi yang bisa kita buat untuk hidup ramah lingkunagn, jika kita mau mengubah pola pikir kita. Memang sulit untuk untuk mempraktekkan gaya hidup yang ramah lingkungan. Namun jika kita tidak memulainya sekarang, kapan lagi? Pada intinya, kita harus bisa memulai dari diri sendiri dan menjadi pioner atau penggerak untuk orang lain , terutama yang ada disekitar kita.***

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province