Ada Kanker Dibalik Plastik
Hati-hati mengunakan plastik untuk membungkus makanan. Terlebih lagi bila berhadapan dengan suhu tinggi dan minyak. Kandungan dioksin dan zat beracun serta adiktif yang menyusun plastik bisa bercampur dengan makanan. Jika terakumulasi zat tersebut bisa memicu berkembangnya sel kanker dan berbagai penyakit lainnya.
Laporan Mashuri Kurniawan Pekanbaru
Laporan Mashuri Kurniawan Pekanbaru
mashurikurniawan@riaupos.co.id
Gorengan baru dimasak Suparman, Rabu (11/4) sore itu, di Jalan Mahoni. Pedagang gorengan keliling ini menyajikan gorengan tahu, tempe, bakwan, tahu, dan kue pisang yang siap disantap. Bungkusan plastik berwarna hitam siap membungkus gorengan yang ingin dibeli konsumen.
Seorang anak datang menghampiri Suparman untuk membeli gorengan buatannya. Harga gorengan hanya di jual Rp500 per buah. Gorengan yang baru di masak langsung dibungkus dengan plastik berwarna hitam. Uap dari gorengan terlihat jelas saat dimasukan dalam bungkusan.
Suparman menggunakan kantong plastik hitam sebagai pembungkus gorengan. Alasannya sederhana karena pembungkus itu murah dan praktis. Satu bungkus yang berisi puluhan kantong kresek hanya Rp5.000.
Tak hanya Suparman yang menggunakan plastik hitam untuk pembungkus. Ada juga Dasriman, pedagang tahu goreng di Jalan Teratai. Alasannya sama dengan Suparman, plastik itu ekonomis dan praktis.
’’Pernah saya gunakan bungkus daun keladi dan pisang untuk tahu. Tapi, banyak yang menyarankan gunakan plastik saja. Saya tidak tahu bahaya atau tidak plastik untuk pembungkus dagangan saya dek,’’ ujarnya singkat.
Penggunaan plastik memang sudah menjadi tren pembungkus makanan. Padahal menurut Ketua Pusat Kajian Lingkungan Hidup, Universitas Islam Riau, Ir Rosyadi MSi rata-rata plastik tidak aman untuk digunakan sebagai pembungkus makanan. Plastik dibagi dalam beberapa jenis dan dengan penggunaan yang berbeda pula.
Pertama, polyethylene terephthalate. Biasanya dipergunakan di botol minuman dan jenisnya transparan, jernih atau bening. Botol dengan bahan ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Karena bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat atau panas, bisa mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.
Kedua, high density polyethylene. material engan kode HDPE bentuknya
berwarna putih susu dan digunakan untuk botol susu, jus, air, kotak sereal, produk pencuci, galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain. Jenis plastik itu merupakan salah satu bahan plastik aman untuk digunakan. Dikarenakan, kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan dan minuman yang dikemasnya.
Ketiga, polyvinyl chloride or PVC, bahan ini paling susah untuk didaur ulang. Biasa digunakan untuk pipa, kontruksi bangunan, plastik pembungkus (clingwrap), dan botol-botol. Bahan ini lebih tahan terhadap bahan senyawa kimia, minyak. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
Keempat, low density polyethylene (LDPE). Plastik dengan kode LDPE biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.
Kelima, plypropylene. Plastik dengan kode ini merupakan pilihan terbaik untuk bahan plastik. Terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum, tempat obat dan botol minum untuk bayi.
Keenam, polystyrene biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, tempat CD, karton tempat telor, dan sebagainya. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanantersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak mengganggu hormonestrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf. Bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar.Sebaiknya polystyrene dihindari.
''Kelemahannya plastik tidak tahan panas dan dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan konsuman.
Selain itu, plastik juga bermasalah untuk lingkungan karena merupakan bahan yang tidak dapat dihancurkan dengan cepat dan alami,'' jelasnya.
Dosen Pendidikan Kimia, Universitas Islam Negeri Riau, Mitearianiva, menambahkan, sebenarnya tidak jadi soal bila dalam pemilihan dan penggunaan plastik, bila berhubungan dengan makanan sudah tepat.
Tetapi, timbul masalah dalam penggunaan plastik dan caranya. Dia mencontohkan penggunaan plastik kresek hitam yang sering dipergunakan untuk kantong makanan. Padahal, plastik kresek hitam tidak boleh untuk makanan. Kemudian, wadah plastik kiloan yang seharusnya tidak boleh dipakai untuk air mendidih, justru sering dituang air panas. Selanjutnya, penggunaan plastik kiloan yang hanya boleh dipakai untuk mengemas makanan justru dipakai untuk mengolah makanan seperti ketupat plastik.
''Sebenarnya plastik berbau dan berwarna harus dihindari penggunaan untuk membungkus makanan secara langsung,'' ujar Mitearianiva.
Beberapa kemasan plastik berasal dari material polytilen polypropilen polyvinychlorida yang jika dibakar dapat menimbulkan dioksin, suatu zat yang sangat beracun dan merupakan penyebab kanker. Bukan itu saja, bisa mengurangi sistim kekebalan tubuh seseorang.
''Menjaga plastik agar tidak berubah selama digunakan sebagai pengemas merupakan cara baik untuk menghindari bahaya tersebut,'' imbuhnya.
Kepala Dinas Kesehatan Riau, Katijo MKes mengatakan, untuk menjamin keamanan produk plastik yang digunakan untuk makanan sebaiknya menjaganya agar tetap stabil. Jangan sampai rusak plastiknya. Sebaiknya, plastik yang didesain untuk kemasan makanan hanya boleh dipakai untuk kemasan, bukan untuk pengolahan makanan.
Dari penuturannya, menggunakan plastik pembungkus untuk membuat ketupat plastik, bisa berbahaya. Karena, plastik kemasan tidak didesain untuk pengolahan makanan. Yang dikhawatirkan adalah terjadi perpindahan komponen kimia dari plastik tersebut ke dalam makanan.
Dia menjelaskan, penggunaan botol kemasan air mineral yang terbuat dari polypropiline atau polyetilene dapat rusak karena panas akibat terik matahari. Kalau dibiarkan seharian, kemasan air terkena sinar matahari, akibatnya dalam beberapa hari itu air sudah tidak segar bisa berbahaya bagi kesehatan.
''Yang pasti, penggunaan jenis plastik ini tergantung dari jenis plastik yang kita pakai. Secara akumulatif memang berakibat pada kesehatan. Bukan saat mempergunakan plastik, esok harinya timbul penyakit. Bisa dengan jangka waktu lima tahun kedepan,'' ujarnya.
Katijo menjelaskan, dalam memilih dan memakai wadah dan kemasan plastik. Sesuaikan dengan desainnya. Ada beberapa produk khusus yang mendesain produk plastik yang dapat digunakan untuk menyimpan makanan panas. Biasanya, harga produk tersebut memang relatif mahal. Namun, produk tersebut menjanjikan keamanan.
Kemudian, jangan menggunakan plastik kemasan untuk mengolah makanan, karena dikhawatirkan ada perubahan komponen kimia yang masuk ke dalam makanan yang kita konsumsi. ''Sebaiknya menggunakan produk yang tidak didesain untuk makanan kemudian kita pakai untuk mewadahi makanan,'' sambungnya.
Sebagai penyeimbang untuk mencegah banyaknya pencemaran yang masuk ke dalam tubuh , Katijo mengharapkan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi. Buah-buahan, sayuran, bawang, dan kacang-kacangan, adalah beberapa di antaranya. Serat makanan bahan tadi, seperti pektin, lignin, dan beberapa hemiselulosa dari polisakarida lain yang larut dalam air, vitamin C, serta bioflavanoid. Semua itu diyakini dapat mengurangi risiko munculnya penyakit. ***
0 komentar:
Posting Komentar