DESTILASI SURYA: Muhammad Susanto menjaga pameran teknologi Destilasi Surya hasil karya para mahasiswa Fakultas Teknik UIR beberapa saat lalu.(Ft. Teguh GSJ) |
ISU semakin berkurangnya air bersih semakin kerap kita dengar seiring dengan berbagai macam perubahan iklim. Hal itu menyebabkan kita harus mencari alternatif lain untuk menghemat pemakaian air bersih.
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Riau (UIR) misalnya, membuat sebuah alat yang bisa digunakan untuk menetralisir air asin. Alat tersebut dinamakan dengan distilator surya. Destilasi merupakan istilah dari penyulingan, yakni proses mendidihkan zat cair dan mengembunkan uap kemudian menampung embun kedalam wadah yang lain.
“Nah air asin yang didihkan tadi mengembun, uapnya yang kita tampung kewadah lain itu sudah menjadi air tawar,” ujar Muhammad Susanto, mahasiswa Fakultas Teknik
Dengan alat-alat yang sederhana para mahasiswa ini mampu membuat teknologi baru yang kelak jika dikembangkan akan mampu menanggulangi masalah kesulitan air bersih.
Bahan yang digunakan untuk membuat penetralisir air terdiri dari plat kuningan, kaca penutup, kanal basin atau bak penampungan, isolasi, pipa air keluar, plat penyerap, pipa air masuk, reservoir air laut dan alat pengukur temperatur. Penetralisir air ini menggunakan tenaga surya.
Susanto menjelaskan proses kerja destilasi adalah dengan mengandalkan tenaga surya. Radiasi surya menembus kaca penutup dan mengenai permukaan plat penyerap maka plat penyerap akan panas. Panas tersebut akan memanaskan air asin yang ada di dalam basin.
Kemudian air akan menguap dan berkumpul di bawah permukaan kaca penutup. Kemudian uap air itu akan mencair dan mengikuti kemiringan kaca penutup tersebut dan masuk kedalam kanal terus mengalir ke tempat penampungan air bersih. Sedangkan garam akan tertinggal dia atas plat penyerap karena adanya perbedaan massa jenis.
Menurutnya air yang dihasilkan oleh destilasi ini aman untuk dikonsumsi karena tidak ada bahan-bahan kimia yang tercampur disana. Namun teknologi ini harus lebih dikembangkan lagi agar temperature yang didapatkan lebih tinggi sehingga benar-benar meyakinkan untuk dikonsumsi.
Dengan dana sekitar Rp500.000,- destilasi ini sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Namun saat ini daya hasilnya masih minim. Destilasi buatan para mahasiswa teknik ini pernah diuji cobakan dengan dipanaskan dibawah matahari mulai pukul 9.00 Wib hingga pukul 15.00 Wib dengan temperatur matahari 29,30 celcius. Air yang dimasukkan sebanyak 12 liter setelah dipanaskan hanya bersisa 7,2 liter dan hasil air tawarnya hanya 830 mililiter.
“Intinya, air bersih yang dihasilkan oleh destilasi ini masih sangat minim, kedepannya destilasi surya ini harus lebih dikembangkan lagi agar benar-benar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,” tutur Susanto. (asrul-gsj/dac)
Tweet
0 komentar:
Posting Komentar