Anda pasti sudah pernah mendengar tentang mobil listrik yang dipopulerkan oleh Dahlan Iskan, atau mobil Esemka yang di rakit sendiri oleh para siswa SMK di Solo? Tapi sepeda motor dengan menggunakan bahan bakar kaleng bekas? Yang ini baru ada di SMKN 5 Pekanbaru!
Laporan Asrul Rahmawati, Pekanbaru
Laporan Asrul Rahmawati, Pekanbaru
MOTOR RAKITAN: Siswa SMKN 5 Pekanbaru bersama sepeda motor hasil rakitan mereka yang menggunakan bahan bakar gas dari kaleng bekas. (Foto :teguh GSJ) |
“Ini merupakan hasil kreativitas siswa kelas 2 dan 3 dijurusan teknik sepeda motor, dibimbing oleh guru bidang studinya, untuk urusan merakit, kami saat ini bekerjasama dengan Kanzen sehingga kami bisa mendapatkankan sparepart nya dari sana” ujar Widya, salah satu guru yang mengajar di jurusan teknik Sepeda Motor.(ini memang nama jurusannya kok)
Menurut Widya, konversi ini lebih murah karena menggunakan barang bekas, begitu juga yang menggunakan gas elpiji, bahannya mudah di dapat dan bisa menghemat pemakaian bahan bakar fosil (bensin). Selain itu, knalpotnya juga tidak mengeluarkan polusi seperti ketika menggunakan bensin.
Setiap 3 kilogram gas bisa digunakan untuk perjalanan sejauh 300 kilometer sampai 320 kilometer, sementara itu untuk kaleng bekas baru bisa dipakai untuk perjalanan selama 20 menit. “Kedepannya, penggunaan bahan bakar kaleng bekas ini harus lebih dikembangkan sehingga bisa dipakai untuk waktu yang lebih lama,” ujar Alvin Alrasyid, salah satu tim perakit sepeda motor.
Menurut penjelasan Alvin, proses pembuatannya juga tidak rumit. Pertama-tama dengan mencampur soda api dengan air, kemudian kalengnya dimasukkan kedalam adonan tersebut. setelah kalengnya meleleh maka gas hydrogennya akan keluar.
“Nah gas hidrogen yang keluar itulah yang akan digunakan sebagai bahan bakar sepeda motornya,” papar Alvin.
Pemasangan tabung gas elpiji tidak terlalu ribet, mirip dengan ketika kita menggunakan kompor untuk memasak. Gas dialirkan melalui selang ke karburator motor. Sepeda motornya pun tidak terlalu banyak modifikasi agar bisa berjalan. Hanya dilakukan perubahan pada bagian karburator untuk menjadikan gas sebagai bahan bakar. Sementara itu gas elpiji 3 kilogram tadi dipasang di jok bagian belakang yang dipasang slang untuk menghubungkannya dengan karburator.
Sepeda motor menggunakan bahan bakar gas elpiji ini sudah berulang kali di ujicobakan, bahkan salah satu guru di SMKN 5 sudah menggunakan sepeda motor ini berulang kali pulang pergi dari rumah ke sekolah.
“Salah satu guru Pembina di jurusan ini sudah sering menggunakannya kok, jadi kemungkinan gas meledak atau mati ditengah jalan kecil,” terang Widya.
Bahkan ternyata di padenglang, Banten, konversi gas elpiji sebagai bahan bakar sepeda motor sudah di lakukan oleh para tukang ojek. Memang jika dikalkulasikan secara finansial konversi bahan bakar fosil ke gas ini lebih murah. Tiga kilogram gas elpiji saja saat ini harganya hanya sekitar 15 ribu rupiah, dan itu bisa bertahan untuk perjalanan sejauh 300 sampai 350 kilometer. Bandingkan dengan harga bensin saat ini.
“Konversi bensin ke gas ini juga sepertinya akan menjadi alternatif yang nantinya akan menanggulangi kelangkaan bensin. Karena seperti yang kita tahu,minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, makin lama akan semakin berkurang,” tukas Widya.
Tampaknya masyarakat Riau perlu memikirkan dan mencoba teknologi tersebut. Sayangnya penggunaan bahan bakar gas ini tidak tercantum di Surat tanda Nomor Kendaraan (STNK) jadi bagaimana nantinya jika terjadi razia? Apakah teknologi ramah lingkungan ini juga dianggap pelanggaran? (asrul-gsj)
Tweet
0 komentar:
Posting Komentar