Senin, 24 September 2012

Arboretum UR Hutan Sekunder Yang Tersisa

PERNAHKAH kita bertanya untuk apa tuhan menciptakan rumput? Atau bahkan semak belukar yang tak sedap dipandang mata? Tentunya penciptaan setiap jenis makhluk hidup di muka bumi ini telah ditentukan manfaatnya, baik manfaat yang dapat dipergunakan oleh manusia maupun hanya dapat digunakan oleh hewan atau tumbuhan saja. Namun tahukah anda, bahwa ternyata dibalik penciptaan tersebut ternyata memiliki manfaat yang belum kita ketahui.
Mengingat jumlah hutan di Pekanbaru sangat sedikit, Salpa Hartanto, mahasiswa yang sedang menempuh jenjang pendidikan di Universitas Riau (UR) jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA-UR) mencoba menelusuri Arboretum Universitas Riau (UR). Arboretum UR merupakan sebagian kecil hutan “sekunder” yang masih tersisa di Pekanbaru, dan memang dipergunakan sebagai tempat untuk memfasilitasi proses belajar, praktikum maupun penelitian.
Arboretum terletak berdekatan dengan Stadion Utama Riau tersebut masih memiliki sejumlah jenis tumbuhan obat. Hal ini dapat diketahui melalui kegiatan survei yang dilakukannya pada selasa (18/09) yang lalu.
Salpa, demikian sapaan akrabnya, sangat terkesan dengan dunia pengobatan melalui obat-obatan herbal. Mengingat semakin tingginya biaya pengobatan di rumah sakit, tak sedikit masyarakat yang mempercayakan pengobatan alternatif untuk menyembuhkan penyakitnya. Pengobatan alternatif merupakan pengobatan yang hanya menggunakan ramuan alami dari tumbuhan.
“Sejak zaman dahulu tumbuhan obat yang digunakan untuk pengobatan didapatkan dari hutan, namun kini dengan kondisi hutan semakin lama semakin berkurang jumlah luasannya, dapat dikhawatirkan kita akan kehilangan tumbuhan yang berpotensi sebagai obat yang belum teridentifikasi,” tuturnya.
Pengobatan alternatif bisa dikatakan ampuh dan berharga miring sehingga dianggap sesuai dengan kemampuan perekonomian masyarakat. Adanya pengobatan alternatif ini juga dipengaruhi oleh sedikitnya rumah sakit atau bahkan tidak ada sama sekali di desa-desa.
“Namun jangan anggap remeh pengobatan alternatif, meskipun hanya menggunakan tumbuhan alami, banyak pasien yang telah sembuh seperti sedia kala, bahkan panyakit yang sudah kronis sekalipun,” tambahnya.
Beberapa jenis tumbuhan yang ditemui di Arboretum UR diantaranya, Putek, Akar banal, Ketepeng, Linjuang, Kuku tupai, beberapa jenis Benalu. “Putek salah satu contohnya merupakan  tumbuhan obat yang dapat mengobati penyakit dalam terutama pada bagian pencernaan, dengan memanfaatkan bagian kulit batang,” jelas Salpa.
Salpa yang kini tengah menelusuri hutan adat daerah Kabupaten Kuantan Singingi untuk mencari tumbuhan obat tradisional Kuantan Singingi. Contoh tumbuhan lain yang belum banyak diketahui masyarakat, seperti Sumarang (Peperomia Pellucida), Herba Terrestrial yang biasa tumbuh di halaman rumah, termasuk obat terapi berbagai penyakit dalam.
Galinggang (Cassea Alata) sebagai obat panu dengan memanfaatkan daunnya dan langsung digosokkan kebagian kulit yang berpanu, sedangkan daun muda atau pucuknya dilalap sebagai obat usus buntu. Gelinggang laut/Ketepeng (Cassia Obtusifolia) sebagai obat pencahar dengan cara melalap bagian pucuk daun bagi orang dewasa dan meminum air rebusan akar untuk anak-anak.
“Meskipun hanya dalam luasan areal yang kecil, namun adanya hutan Arboretum UR yang diperkirakan memiliki luas sekitar kurang lebih 10 ha, setidaknya telah memberikan kesempatan bagi generasi saat ini untuk belajar menjaga hutan dan bagaimana memanfaatkannya dengan benar,” jelasnya.(diah-gsj/dac)


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province