Laporan BUDDY SYAFWAN, Pekanbaru buddy_syafwan@riaupos.co
KESIBUKAN mereka tak ada hubungannya sama sekali dengan tanaman menanam. Berkemeja rapi, berdasi, dan meja bersih dan wangi. Layaknya pekerja kantoran, mereka lebih layak untuk disebut para eksekutif. Namun, sedikit unik, ketika memaparkan tentang tanaman trembesi, mereka seolah sangat memahami.
Mulai dari proses penyemaian biji kecambah, menjadi tunas, menjadi sebatang pohon kecil, sampai proses penanaman dan perawatannya. Mereka sangat hapal detailnya. Bahkan, ketika ditanyakan berapa umur tanaman yang ada di dalam sebuah polybag, dengan cepat hasil penghitungannya bisa diraih.
Pengetahuan itu tidak didapatkan dari buku. Melainkan dari pengalaman langsung bergumul bersama jutaan benih dan ratusan ribu batang trembesi/rain tree (Samanea saman). Hampir setiap hari, selalu saja, membahas tentang pohon dengan bukaan lebar itu. Banyak yang mereka tanam sendiri, namun, banyak juga yang kini proses pengerjaannya dilakukan bersama banyak pihak di masyarakat.
‘’Semakin banyak pihak yang bisa kita libatkan, akan semakin baik tentunya,’’ sebut Dr Harry Panjaitan, Branch Manager Bank Panin Cabang Utama Pekanbaru yang saat itu juga didampingi Dr H Achmad Tavip Junaidi, Business Banking Manager Bank Panin Pekanbaru yang juga menjadi Green Officer programPanin Bank, membuka pembicaraan dengan Riau Pos, awal pekan lalu.
Bila sebelumnya proses pembibitan, pemeliharaan dan penanaman dilakukan secara internal oleh karyawan, kini, prosesnya mulai berkembang. Tak hanya meminta pohon yang telah layak tanam, banyak juga masyarakat yang meminta dalam bentuk kecambah atau bibit atau harus melalui proses pemeliharaan terlebih dahulu.
‘’Kita serahkan kepada pihak yang memerlukan. Sepanjang hasil penyeleksian kita mereka layak untuk mendapatkan bibit, kita bantu. Kalaupun bentuknya dikerjasamakan, kita juga siap,’’ ungkap Harry.
Saat ini, yang pasti, sudah sebanyak 43.000 pohon tertanam di seluruh wilayah Riau dan itu sudah berlangsung secara komprehensif dalam dua tahun terakhir. ‘’Tidak kita tanam sekaligus semua bibit itu. Ada juga pohon trembesi yang usianya sudah dua tahun dan mulai menjadi pohon peneduh. Ada juga yang mungkin baru ditanam beberapa pekan ini. Terakhir kami melaksanakan penanaman bersama Wakil Wali Kota Pekanbaru, Pak Ayat Cahyadi,’’ papar Harry soal program penghijauan yang mereka kelola.
Reforest Indonesia
Apa yang melatari program penanaman trembesi oleh Bank Panin? Harry menjelaskan itu tak terlepas dari upaya perbankan, khususnya Bank Panin dalam mendukung gerakan menanam ‘’Satu Miliar Pohon’’ yang dicanangkan oleh Presiden RI terkait upaya mengantisipasi terjadinya kerusakan hutan di Indonesia serta kenaikan suhu yang disebabkan efek gas rumah kaca.
Dengan melakukan penanaman, diharapkan akan bisa menekan laju kerusakan hutan, memperbaiki kondisi lingkungan termasuk memperbanyak serapan terhadap konsentrasi CO2 di bumi yang berimplikasi pada pemanasan global.
Program yang menjadi salah satu konten Panin Peduli ini kemudian diberi nama Reforest Indonesia dengan fokus tanaman atau pohon asli Indonesia. Untuk wilayah Riau sendiri, jenis tanaman yang dipilih adalah jenis trembesi.
Reforest Indonesia (penanaman kembali Indonesia) adalah bentuk kesadaran dari pentingnya fungsi tumbuhan dan hutan dalam mendukung kehidupan makhluk hidup khususnya hutan sebagai paru-paru bumi. Hutan mengubah karbon dioksida menjadi oksigen yang kita hirup. Dengan merosotnya luas hutan, tingkat ketergantungan manusia terhadap tumbuhan demikian penting. ‘’Hal ini yang mendasari kami melaksanakan program ini,’’ imbuh Dr Achmad Tavip Junaidi.
Mengapa trembesi? Tavip menjelaskan itu tak lepas dari fakta bahwa selain mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat, dengan jumlah bukaan dan populasi daunnya yang lebat, tenaman ini bisa menjadi pohon-pohon pelindung dan peneduh selain juga menambah kapasitas tanaman menjadi lebih besar untuk penyerapan CO2.
‘’Singapura menggunakan trembesi. Begitupun dengan pohon-pohon pelindung yang banyak ditemukan di sepanjang jalan menuju Bandara Soekarno-Hatta. Pertimbangannya, trembesi ini cepat tumbuh dan kelopaknya memayungi, sehingga, bila udara panas, pohon-pohon ini juga bisa menjadi peneduh. Yang lebih pasti lagi, trembesi ini juga termasuk komunitas tanaman lokal yang banyak ditemui di hutan-hutan tropis di Indonesia, termasuk di Riau,’’jelas doktor lulusan Universitas Brawijaya- Malang itu.
Modal Semangat
Tentunya bukan hal utama bagi para eksekutif perbankan ini untuk melaksanakan tugas menghijaukan lingkungan ini. Namun, begitulah adanya mereka. Tak jarang, peran menanam menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pergaulan sehari-hari.
Hal tersebut juga yang diungkapkan Tavip ketika mengajak Riau Pos untuk ikut menyemangati kegiatan menanam ini. ‘’Ayo, kalau bersedia, kami akan senang hati melakukan kerja sama. Kami terus mencari mitra untuk bisa lebih memperluas wilayah dan jumlah penanaman ini,’’ sebut Tavip.
Dia juga menuturkan sejumlah pihak yang sudah pernah diajak bergabung dan bekerja sama dalam mengelola program penghijauan ini. Diantaranya, TNI, Polri,pemerintah kabupaten dan kota, pengembang perumahan, peminjam kredit, termasuk juga masyarakat umum. ‘’Yang paling banyak memang TNI dan kepolisian. Mereka benar-benar serius untuk melakukan penanaman. Bahkan ada beberapa diantara instansi itu yang meminta dari proses penyemaian, alias memelihara sendiri bibit-bibit tersebut dari kecil. Tak masalah, karena, kita punya bibit yang cukup banyak untuk disemai,’’ ujar Tavip.
Secara nasional, setidaknya program Reforest Indonesia ini sudah menyebar tak kurang dari ratusan juta bibit pohon trembesi. Khusus Riau, jumlahnya tak kurang dari 1 juta bibit. Dari total tersebut, diakui Tavip, memang tak semuanya bisa berhasil hidup. Persentasenya, bisa hanya berkisar 70 persen. ‘’Kalau 70 persen saja bisa hidup setelah dipindah ke polybag sebenarnya itu sudah cukup bagus,’’ papar dia.
Meski dengan pengalaman yang terbatas dalam melakukan pemeliharaan bibit trembesi, namun, diakui Tavip, pekerjaan memelihara dan menanam pohon-pohon trembesi yang mereka lakukan bukanlah pekerjaan yang terlalu sulit untuk dilaksanakan.
‘’Kami punya tiga area pembibitan. Ada di Pantai Raja-Kampar, Jalan Dirgantara-Marpoyan Damai serta di Rumbai. Untuk menjaga masing-masing area pembibitan tersebut, juga tidak memerlukan banyak orang. Masing-masing tempat itu hanya ada satu orang petugas. Sisanya, dikelola kerja sama oleh para karyawan Bank Panin,’’ ujar Tavip.
Pada hari-hari tertentu, terutama hari libur akhir pekan, dijelaskan Tavip, tak jarang pihaknya mengajak karyawan untuk refreshing sekaligus kerja sama melakukan gotong royong memindahkan bibit yang sudah disemai ke polibag. ‘’Ya, buat para karyawan, ini kadang jadi hiburan dan refreshing sekaligus membangun semangat bersama untuk menjaga tanaman dan lingkungan untuk tidak dirusak. Ya, kalau memindah-mindahkan bibit itu, banyak melibat karyawan. Tidak repot kalau mau. Terus terang, program ini berjalan lebih kurang dua tahun di Riau dengan modal semangat, bukan karena uang,’’ papar Tavip penuh semangat.
Dari masing-masing lokasi pembibitan yang dikelola Bank Panin, setidaknya, rata-rata sudah bisa menghasilkan 12.000-20.000 bibit siap tanam. Bibit-bibit itulah, yang kemudian didistribusikan ke seluruh kantor cabang pembantu yang ada di kabupaten dan kota, termasuk untuk memenuhi permintaan masyarakat. ‘’Kami juga pernah dimintai oleh mahasiswa pelaksana Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk mensuplai keperluan bibit untuk program penghijauan di desa tempat mereka beraktivitas. Alhamdulillah, kami senang sekali. Karena, setidaknya itu membantu percepatan penanaman dan daerah sebaran,’’ ungkap Tavip.
Ingin Pekanbaru Teduh
Ada kebanggan tersendiri bagi Harry Panjaitan dan Achmad Tavip terkait program yang mereka laksanakan. Salah satunya adalah ketika melihat pohon-pohon yang mereka tanami dengan tangan sendiri tumbuh besar di sekitar pemukiman warga.
‘’Saya kadang suka membayangkan, suatu saat, sepuluh atau 15 tahun yang akan datang, saya berjalan bersama cucu, lantas saya bisa mengatakan kepada mereka: Ini pohon yang pernah kakek tanam. Rasanya bangga sekali, bisa menyaksikan saat-saat seperti itu. Sekarang pun, saya sudah merasakan itu. Setiap melintas di salah satu ruas jalan yang pernah saya tanam, saya selalu memperhatikan pohon-pohon yang pernah kami tanam. Bukan saja meneduhkan, terharu, tapi juga menjelaskan, bahwa saya telah pernah berbuat untuk anak cucu saya dengan menanam pohon-pohon itu,’’ ujar Harry menerawang jauh.
Harry sendiri mengaku punya harapan besar bisa menghijaukan Kota Pekanbaru. Salah satunya, kawasan Jendral Sudirman. ‘’Saya membayangkan seperti di Singapura. Karena rimbun sekali, batang pohonnya membuka seperti payung. Pohon-pohon itu dari kanan dan kiri menjadi peneduh, sehingga, setiap melintas di kawasan itu, tidak terasa suhu udara yang panas dan teriknya matahari. Kalau kita bisa tanam di Pekanbaru, saya yakin, panasnya suhu udara bisa terkurangi,’’ harap dia.***
Tweet
0 komentar:
Posting Komentar