Senin, 22 Oktober 2012

Kali Ciliwung Dibahas di Korea

JAKARTA (RP)- Kunjungan Menko Ekuin Hatta Rajasa ke Korena juga membawa misi lingkungan, Salah satunya, adalah Restorasi Kali Ciliwung yang bermuara di ibu kota Jakarta.
Kesepakatan ini Sebagai implementasi Koridor II MP3EI yang bakal menjadi salah satu projek percontohan dalam pembenahan kawasan sungai secara holistik dan menusiawi.
Bantaran sungai Ciliwung, selama ini dikenal sebagai kawasan kumuh yang jauh dari standar kebersihan dan kesehatan. Di saat musim hujan, kondisinya cukup membahayakan. Di musim kemarau, menjadi pemandangan yang menyentuh rasa kemanusiaan.
Karena itu, salah satu proyek Indonesia-Korea Selatan yang akan sedang dirancang serius adalah, pembenahan kawasan Ciliwung. Terutama di seputar Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.
Kompleks itu bakal disulap menjadi tiga fasilitas penting, yakni sewage treatment facility; educational centre dan eco-friendly facility. “Projek Ciliwung River Restoration ini sudah kami rancang dengan detail, diharapkan sudah bisa dimulai pada akhir tahun ini, bulan Desember 2012 dengan budget USD 9 juta,” ungkap Hatta Rajasa.
”Dana proyek restorasi sebesar itu, bersumber dari tiga pihak. KEITI USD 2 juta, lalu KOICA USD 5 juta, dan dari Indonesia sebesar USD 2 juta. Pilot projek ini diharapkan akan selesai dalam 30 bulan, sehingga wajah Ciliwung di pusat ibu kota itu akan berubah, menjadi lebih berfungsi, lebih estetik, bermanfaat besar bagi warga Jakarta, dan bisa dijadikan contoh bagi kota-kota besar lain di Indonesia,” paparnya.
Proyek lain adalah, CNG Package Project yang meliputi 3 phase. Yaitu phase pertama, CNG Shipbuilding Project; phase kedua up-stream and gas supply; phase ketiga: power plant. Di phase pertama, sudah selesai dilakukan feasibility study untuk CNG Pilot project. Dari hasil FS tersebut, proyek yang akan mengangkut CNG dari Gresik Jawa Timur ke Muara Tawar Jawa Barat tersebut diperkirakan akan menghemat biaya bahan bakar sebesar 50 persen. Asal bisa menggantikan diesel dengan gas dari CNG.
Menurut Hatta, Korea siap mendukung proyek ini dalam bentuk pendanaan dan teknologi. Untuk fase kedua yaitu up-stream and gas supply dari Kalimantan Timur ke pembangkit listrik Muara Tawar. Hasil feasibility study menunjukkan, bahwa masih terlalu dini untuk memverifikasi cadangan gas. Jaraknya juga terlalu jauh dari pelabuhan sehingga diperlukan pipa lebih dari 300 km, sehingga tidak terlalu efisien.
Soal pembicaraan bilateral, kata Hatta, Posko juga mengembangkan proyek senilai USD 11 M. Yakni proyek yang terkait dengan energi, pengembangan program bio-fuel, fuel-sell, diesel, energi terbarukan, geothermal. Lalu pengembangan IT dan konstruksi, misalnya rel yang diintegrasikan dengan IT, seperti fiber optic. “Sedangkan human resourches-nya bekerjasama dengan ITB, IPB, dan kerjasama dengan kalangan universitas yang lain,” ungkapnya. (dk/jpnn)


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province