Senin, 01 Oktober 2012

Kekeringan, 42 Waduk Waspada

Musim kemarau di Pulau jawa mulai mengancam kelangsungan ketersediaan air di beberapa daerah. Sejumlah waduk yang aselama ini menjadi tempat penampungan air terbesar juga mulai menunjukkan indikasi mngalami kekeringan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana  menyebutkan sekitar 42 waduk berada dalam kondisi waspada akibat berkurangnya pasokan air selama kemarau. Sementara itu, 10 waduk telah kering dan hanya 19 yang berstatus normal.
‘’Berdasarkan pemantauan Kementerian Pekerjaan Umum terhadap 71 waduk di seluruh Indonesia, hingga akhir Agustus 2012 terdapat 19 waduk normal, 42 waspada, dan 10 waduk kering,’’ kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada antara beberapa waktu lalu di Jakarta.
Di Jawa Barat terdapat tiga waduk besar dalam kondisi waspada setelah pasokan air berkurang selama musim kemarau ini, yakni Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur. ‘’Terdapat selisih 187,66 juta meter kubik dari normalnya,’’ ujarnya.
Menurut dia, kondisi muka air waduk normal jika elevasi aktual lebih besar dari normal. Kemudian status waspada jika volume aktual kurang dari normal tetapi lebih besar daripada siaga kekeringan. Sedangkan status waduk kering jika elevasi aktual lebih rendah daripada elevasi siaga kekeringan.
Selain di Jawa Barat, kondisi waduk yang waspada juga terjadi di Jawa Tengah, seperti waduk Wonogiri, Cacaban, Rawapening, Gembong, Sudirman.
Di Jawa Tengah terdapat 9 waduk normal, 20 waspada, dan 8 kering. Waduk Sermo di DIY juga dalam status waspada. Demikian pula waduk Lahor, Sutami dan Bening mengalami waspada.
Sementara di Jawa Timur, menurut dia, terdapat 7 waduk dengan kondisi normal, 13 waspada, 1 kering. 10 waduk yang kering adalah Krisak, Plumbon, kedungguling, Nawangan, Ngancar, Delingan, Gebyar, Botok, Prijelan, Gerogak. Sedangkan di Bali dari 5 waduk yang ada 4 waspada dan 1 kering.
‘’Meskipun BMKG memperkirakan kemarau pada periode ini tergolong kemarau normal, namun di berbagai daerah telah mengalami kekeringan dan puso,’’ ujarnya.
Tercatat 127.788 hektar lahan sawah yang puso dan kekeringan. Kekeringan tersebut terjadi diantaranya di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagainya.
Sutopo juga mengatakan bahwa banyak faktor yang menyebabkan kekeringan terjadi setiap tahun, selain faktor musim yaitu antara lain kerusakan DAS, pencemaran air, minimnya kawasan hutan, sedimentasi waduk, dan lainnya. ‘’BMKG memprediksikan kemarau hingga Oktober,’’ ujarnya.(int/bud) 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province