Setelah melihat proses pembuatan kertas, kami diajak ke R&D yang berarti Penelitian Pengembangan. Di sini kami didampingi Kak Evi Eriana dan Pak Mardai. Mereka menjabat sebagai Wakil Kepala Departemen Protection. Kami pun diberi tahu oleh Kak Evi bahwa Akacia mempuyai 1000 spesies lebih, sedangkan ecalyptus lebih dari 700 spesies. Kami pun pergi ke laboratorium (kultur jaringan).
Sesampainya di sana, kami bertemu dengan Kak Lucia Lema yang menjabat sebagai ilmuwan. Di sini tanaman ecalyptus diperbanyak di dalam botol dengan media agar-agar. Agar-agar ini tidak dapat dimakan karena sudah dicampur dengan bahan kimia. Para ilmuwan R&D sudah menemukan jenis tanaman yang lebih cepat tumbuh dan batangnya lebih besar untuk membuat kertas yang lebih banyak. Tumbuhan ini bernama ecalyptus pellita 05 dan sudah dipatenkan oleh HAKI agar tidak diambil perusahaan lain.
Sesudah dari laboratorium, kami diajak ke nursery (pembibitan). Di sana kami melihat media yang digunakan untuk menanam bibit-bibit ecalyptus yang masih kecil. Media ini bernama gambut, tanaman-tanaman ini dimasukkan ke dalam nursery selama lebih dari 3 bulan. Ada berbagai penyakit yang menyerang ecalyptus, seperti layu & diserang bakteri. Kalau acacia, seperti hama penggulung daun (inser leab noller). Tetapi, penyakit-penyakit ini belum pernah ada di nursery.
Setelah 3 bulan di nursery tanaman ini dipindahkan ke lapangnan HTI. Dalam 1 Ha dapat menanam 1.666 tanaman. Kayu ini dapat diambil setelah berumur 5-6 tahun. Jika kayu-kayu ini sudah ditebang, PT IKKP akan menanami lagi dengan bibit yang baru.
Tanaman ecalyptus dan acacia dapat diperbanyak dengan menggunakan media agar-agar. Ecalyptus dan acacia dapat menjadi paru-paru kota karena dapat menghasilkan oksigen dan mengurangi karbondioksida. Pohon ecalyptus jika sudah ditebang akan ditanami dengan pohon ecalyptus yang baru.(Joanna Audricia K/ SD Santa Maria Pekanbaru)
0 komentar:
Posting Komentar