Selasa, 15 Desember 2009

Menghadang Perubahan Iklim melalui Adaptasi dan Minigasi

Pemanasan global dan perubahan iklim bukanlah hal yang tidak aneh lagi bagi warga dunia saat ini. Hal tersebut sudah menjadi perhatian dan momok tersendiri yang sangat menakutkan bagi warga dunia. Emisi gas rumah kaca yang sudah semakin banyak dan sangat membahayakan yang banyak dihasilkan oleh kegiatan dunia industri dan terutama dari industri pembangkit tenaga.

Salah satu tokoh yang vokal dan peduli terhadap perubahan iklim itu adalah Agustanzil Sjahroezah. Rabu (25/9) lalu, GSJ berkesempatan mewancarai langsung anggota The Climate Project (TCP) yang peduli terhadap perubahan iklim ini atas fasilitasi PT Kondur Petroleum dan Yayasan Save the Earth Foundation (SEFo) Riau Pos. Bertempat di ruangan kerjanya yang berlokasi di Lantai 30 Wisma Mulia Jakarta, serta difasilitasi Theodora dan Ruth, Humas PT Kondur Petroleum, anggota TCP ini bercerita banyak soal perubahan iklim.

Agustanzil Sjahroezah memulai wawancara dengan memaparkan betapa tingginya Emisi gas rumah kaca saat ini. Penyebabnya adalah tingginya kandungan CO2 yang banyak disebabkan oleh respirasi dan pembakaran perubahan tata guna lahan, energi, transportasi dan juga industri. Tidak hanya iu CH4 yang bayak terproduksi karena energi, landfills, peternakan, pengelolaan limbah dan juga pembakaran biomasa. Kandungan lainnya seperti N2O, HFCs, PFCs dan juga SF6 yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Tidak hanya sampai disitu efek rumah kaca pun terus menimbulkan pemanasan global dan berbuah perubahan iklim dan memiliki rIsiko bencana yang tinggi.

‘’Jika tidak segera dibrantas, maka akan timbul berbagai masalah Dunia yang juga akan semakin memunahkan segala macam mahluk hidup yang ada di bumi ini. Dampak selanjutnya juga akan terjadi pola cuaca yang tidak menentu seperti yang sudah mulai terjadi pada saat ini,’’ paparnya.

Vice President Safety, Health and Environment PT Energi Mega Persada ini ini memberikan beberapa cara untuk menanggulangi masalah penyelamatan bumi. Pertama, adalah adaptasi, yakni penyesuaian dan mengubah pola pembangunan. Contoh adaptasi yang bisa kita lakukan adalah memahami kondisi cuaca dan pergerakan angin, menyesuaikan pola tanam,tidak menggali tanah di kemiringan, mewaspadai pasang air laut, membudayakan hidup bersih dan membuat sumur resapan. Kedua, adalah mitigasi, yakni penanggulangan dan menurunkan emisi.

Contoh dari mitigasi ini adalah kegiatan menanam pohon, hemat energi, tidak membakar sampah, menggunakan kertas bolak balik, desain bangunan dengan pencahayaan alami, menggunakan transportasi umum dan menggunakan bahan bakar lingkungan. Jika dua cara di atas terlalu sulit maka cara yang paling mudah adalah menderita, yakni menerima kenyataan dengan pasrah.

Meski kepedulian bapak yang lahir di Jogjakarta ini terhadap perubahan iklim sangat tinggi, namun dia juga sangat prihatin karena masalah perubahan iklim ini belum terlalu populer di kalangan masyarakat bisa. Maka dari itu dia mengatakan akan terus berusaha untuk memberitahukan khlayak ramai tentang betapa bahayanya masalah perubahan iklim. Tentunya juga, bagaimana cara untuk menanggulangi masalah yang dihadapi bumi kita.
Agustanzil berpesan kepada GSJ untuk lebih memberitahukan masalah perubahan iklim ini kepada kaum muda agar kaum muda lebih peduli dan tanggap terhadap masalah ini.(enda kaswara GSJ)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province