Dulu, Provinsi Riau memang dikenal sebagai daerah kaya akan kayu. Berbagai jenis kayu tumbuh di seluruh hamparan hutan di daerah berjuluk Negeri Lancang Kuning ini. Kini kenyataannya justru di Riau sendiri kayu mulai langka. Hutan kayu semakin tergerus dengan perambahan hutan dan alih fungsi lahan. Bila terlambat hutan Riau akan semakin punah. Masihkah kita bisa menghijaukan kembali hutan Riau?
Sebenarnya banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan hutan di Riau. Salah satunya adalah melalui program hutan rakyat. Hutan rakyat yang merupakan lahan milik masyarakat, ditanami tanaman-tanaman kehutanan dan jenis tanaman serbaguna.
Program ini sedang dijalankan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Indragiri Rokan di Desa Koto Ranah Kecamatan Kabun Kabupaten Rokanhulu. Daerah ini dijadikan tempat pelaksanakaan program perbaikan lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat melalui hutan rakyat. BPDAS mempelopori masyarakat dengan memanfaatkan lahan masyarakat untuk ditanami tanaman kehutanan dan jenis tanaman serba guna. Luasnya pun tak tanggung-tanggung, mencapai 125 hektare dan dikelola dalam lima kelompok kerja yang anggotanya adalah warga Desa Koto Ranah. Nama kelompok kerja hutan rakyat diberi nama sungai-sungai yang terdapat di sekitar desa ini seperti kelompok Petaling, Ambacang, Kenari, Sungai Lo dan Kelompok Sialang Sangkeh.
Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indragiri Rokan, Ir B Herudojo Tjiptono MP Herudoyo Ciptono menyebutkan pelaksanaan hutan rakyat utamanya adalah untuk perbaikan lingkungan. Dengan ketersediaan kawasan hutan yang semakin luas tentu akan memberikan sumbangan bagi perbaikan lingkungan.
Meyakinkan para ketua kelompok kerja tentang bagaimana program hutan rakyat akan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat sekitar.
Setiap kelompok memiliki lima hektar lahan dengan jumlah tanaman sekitar 550-an batang. Di areal hutan rakyat seluas lima hektare yang dikelola kelompok Petaling ditanami tanaman kehutanan dan jenis tanaman serbaguna. tanaman serbaguna ini ditandai dengan pemanfaatan tanaman dari buah batang dan getahnya seperti karet, petai melinjo, mahoni dan durian. Jumlah itu terbagi atas 70 persen tanaman jenis kayu-kayuan seperti Mahoni dan 30 persen tanaman serbaguna seperti petai, karet, durian dan melinjo.
Pelaksanaan program hutan rakyat juga memperhatikan kondisi kawasan dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat selain diberikannya sejumlah bantuan oleh pemerintah. Selain itu menurut Herudoyo agar hutan rakyat semakin dirasakan manfaatnya diharapkan kelompok kerja yang selama ini mengelola dapat ditingkatkan menjadi kelompok tani,’’ tambahnya.
Semula belum memahami tujuan pemanfaatan hutan rakyat seperti yang diungkapkan Pahrizal, Rustam dan Rasmi, tiga Ketua kelompok kerja hutan rakyat. Hal itu tak terlepas dari terbatasnya pengetahuan dan informasi yang mereka miliki tentang sejumlah tanaman kehutanan yang bermanfaat.
‘’Pada dasarnya warga Desa Koto Ranah belum seluruhnya memahami dengan baik tujuan dan manfaat hutan rakyat bagi perbaikan lingkungan. Apalagi kontribusi program ini bagi upaya peningkatan ekonomi dan pendapatan yang lebih baik. Namun sekarang ini kami mulai memahaminya,’’ ucap Parizal.
Ketua Kelompok Kerja Petaling, Syahril mengakui sejumlah warga Desa Koto Ranah yang tergabung dalam kelompok-kelompok kerja pengelola hutan rakyat merespon positif dan senang dengan pelaksanaan program hutan rakyat. Namun dirinya mengaku masih menemukan hambatan dimana masyarakat belum memiliki informasi dan pengetahuan tentang seperti apa dampak dari pelaksanaan program huta rakyat tersebut.
‘’Namun kendala yang dialami dari pelaksanaan program hutan rakyat ternyata tidak menyurutkan semangat warga desa untuk terus bekerja mengelola hutan rakyat dan kemudian menikmati hasilnya,’’ ucapnya.
Komentar tak jauh berbeda dilontarkan Ketua Kelompok Kerja Ambacang, Rustam dan Ketua Kelompok Kerja Kenari, Rasmi. ‘’Kami menyambut positif namun kami juga hendaknya diberikan pemahaman akan manfaat hutan rakyat itu sendiri,’’ ujar mereka saling menimpali.
Menangani itu, Kepala BPDAS Indragiri Rokan, Herudoyo Ciptono mengatakan pihaknya akan melayani dan memberikan bantuan bibit tanaman untuk ditanam oleh masyarakat. ‘’Tentu program ini tidak kami biarkan berjalan dengan sendirinya namun juga tetap kami awasi dan siap memberikan masukan dan bantuan termasuk bibit tanaman,’’ tambahnya.
Kepala Dinas Kehutanan Rokanhulu, Asril Astaman menyatakan dukungannya terhadap program tersebut. Apalagi akan semakin membaiknya pemahaman akan arti penting menjaga lingkungan perbaikan dan manfaat yang diperoleh dengan keikutsertaan masyarakat di dalam program seperti hutan rakyat. ‘’Juga ikut menyemangati Dinas Kehutanan Kabupaten Rokanhulu dalam mendukung masyarakat yang memiliki komitmen untuk menjaga dan melakukan upaya perbaikan lingkungan,’’ ucapnya.
Melalui program hutan rakyat yang memuat tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat ini, Asril Astaman juga optimis akan mengurangi tekanan terhadap hutan yang ada.
Dalam pada itu, Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan Ditjen RLPS, Ir Joko Winarno ditempat terpisah mengatakan pelaksanaan areal model hutan rakyat menjadi sarana dan strategi untuk memenuhi kebutuhan industri dan masyarakat yang berasal dari masyarakat sendiri. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Indragiri Rokan, setakat ini hanya mampu menyediakan ratusan ribu batang bibit tanaman. Namun tentunya program ini hendaknya menjadi perhatian bersama untuk menjadikan Riau kembali hijau dan menjadi investasi masa depan.(ndi)
0 komentar:
Posting Komentar