Bank Indonesia kembali merevisi target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 dari sebelumnya di kisaran 4-5 persen menjadi 3-4 persen. Ini disebabkan semakin turunnya perkiraan ekspor dan investasi pada tahun 2009.
”Kini Bank Indonesia memakai asumsi pertumbuhan ekonomi 3-4 persen. Apakah akan mendekati ke batas atas atau ke bawah, itu banyak dipengaruhi oleh implementasi stimulus fiskal, apakah bisa cepat atau tidak,” ujar Deputi Gubernur Senior BI Miranda Swaray Goeltom di Jakarta, Jumat (27/3), seusai bertemu dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Menurut Miranda, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat karena faktor ekspor dan investasi yang menurun. Investasi semakin melorot setelah terjadi kekeringan likuiditas serius di seluruh dunia.
Dengan adanya perubahan target pertumbuhan ekonomi dari BI ini, perekonomian Indonesia diperkirakan akan menjauh dari target yang ditetapkan di APBN 2009, yakni 6 persen. Pemerintah sendiri sudah menurunkan target pertumbuhan, tetapi pada level yang tetap tinggi, yakni 4,5 persen hingga 5,5 persen.
Anggota Staf Khusus Menteri Keuangan Mohammad Chatib Basri menyebutkan, jika Indonesia mengalami kondisi terburuk, yakni tidak mengalami pertumbuhan ekspor dan investasi, pertumbuhan ekonomi masih bisa tumbuh 3,5 persen. Itu karena Indonesia masih bisa berharap pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pemerintah.
”Untuk Indonesia, 65 persen sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga, dan 43 persen dari konsumsi rumah tangga itu disumbangkan oleh sektor makanan. Jadi dengan pertumbuhan jumlah penduduk saat ini saja sudah cukup untuk mendukung produk domestik bruto,” ujarnya.
Ditjen Bea dan Cukai mencatat, penurunan ekspor dalam tiga bulan terakhir ini sudah mencapai 30 persen dibandingkan ekspor periode yang sama tahun 2008. Dirjen Bea dan Cukai Anwar Suprijadi menyebutkan, turunnya ekspor tersebut terlihat dari semakin rendahnya transaksi ekspor-impor di Tanjung Priok, Jakarta. Tanjung Priok melayani 70 persen transaksi ekspor-impor Indonesia sehingga layak menjadi gambaran awal turunnya ekspor.
Akibat turunnya ekspor dan impor, penerimaan Bea dan Cukai juga diperkirakan akan turun. Target penerimaan Ditjen Bea dan Cukai pada tahun 2009 adalah Rp 17,2 triliun dari bea masuk, Rp 54,4 triliun dari penerimaan cukai, dan Rp 2,4 triliun dari bea keluar. Salah satu penolong Ditjen Bea dan Cukai dalam mencapai target penerimaannya adalah pelemahan nilai tukar rupiah yang ditetapkan dalam APBN 2009, yakni dari Rp 9.000 per dollar AS menjadi Rp 11.000 per dollar AS.
Miranda menambahkan, turunnya ekspor dalam tiga bulan terakhir tidak secara langsung memengaruhi jumlah cadangan devisa di BI. Hal itu karena Indonesia tidak mewajibkan para eksportirnya menyediakan dan mengembalikan mata uang dollar AS yang mereka gunakan pada saat mereka mengekspor. (OIN)
Sumber: Kompas
0 komentar:
Posting Komentar