(Kegiatan yang sangat bermanfaat dan sesuai terutama bagi para generasi muda agar lebih mengenali dan mencintai hutan dan lingkungan).
The soft light of the morning sun started the great activities to find the happiness, and now, the story started...
PEKANBARU – Minggu (21/11) – Matahari tidak pernah terlambat bersinar, selalu ingat waktu disaat ia akan melakukan tugasnya. Dan sekitar pukul 06.15, saya memasuki bangunan yang megah tempat berbagai sumber berita berasal, Riau Pos, beberapa teman – teman Green Student (GS) yang lain sudah lebih dahulu datang – hanya beberapa – yang lainnya mungkin akan segera menyusul. Terlambat dari jadwal yang ditentukan. Kebiasaan ngaret, sudah melekat mendarah daging. Hingga akhirnya, sekitar pukul 06.30, 29 GS dari Pekanbaru bersiap berangkat menggunakan bus menuju Rumbai. Tujuan kami Happy Hiking in Chevron (H2C), menyatu dengan hutan dan alam di kawasan Rumbai Forest Nature Park and Jogging Trails.
Sepanjang perjalanan, kami disuguhkan pemandangan yang menyegarkan dan menyejukkan mata. Masih pagi, udara masih belum terpolusi dan kendaraan bermotor yang menjadi ciri khas di kota besar masih belum banyak di jalan. Sesampainya di tempat tujuan, kami disambut hangat menuju ke Multifuntion Building dan bertemu dengan 20 GS lainnya yang berasal dari luar kota Pekanbaru. Sarapan pagi bersama-sama sambil bercerita satu dengan yang lain. Dari wajah kami terlihat rasa antusias dan tidak sabar untuk segera happy hiking. Tapi tentu saja, kami tidak bisa langsung pergi begitu saja menuju Rumbai Forest Nature Park and Jogging Trails tanpa ada “bekal” dan persiapan yang baik. Beruntung kami diberikan berbagai informasi dan penjelasan dari Departemen HES PT CPI, Kak Andi Novianti, Bapak Hanafi Kadir, dan dari Ecology club dan Park Ranger. Tidak lupa sepasang sarung tangan diberikan kepada kami semua, dan kami sangat menyadari kegunaannya begitu berada didalam hutan.
Chevron Tetap Peduli dengan Lingkungan
Pagi itu, setelah sarapan, Yulia rintawati (mbak rita) selaku humas, mengiringi kami dari rangkaian acara satu menuju acara lainnya. Presentasi dimulai oleh Bapak Budi Koesoemo memberikan penjelasan kepada kami tentang PT Chevron Pasific Indonesia (CPI ) dalam perlindungan lingkungan. Chevron yang merupakan perusahan kontraktor minyak terbesar di Indonesia, tentu saja tidak melupakan keberadaan lingkungan. Bagaimanapun juga, dalam pemanfaatan sumber daya minyak, aspek lingkungan tetap menjadi hal terpenting. Mungkin dalam masyarakat kita pernah mendengar hal yang kurang baik mengenai Chevron, bahwa Chevron adalah perusahanan yang mengekploitasi minyak tanpa ada usaha dan upaya untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, hal tersebut tidak benar, karena Chevron sendiri memiliki visi dalam lingkungan hidup yaitu menjadi perusahaan energi global yang dihormati atas kinerja perlindungan lingkungan tingkat dunia.
Tentu saja visi tersebut tidak hanya menjadi visi yang tertulis saja tanpa adanya usaha, upaya dan kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan lingkungan. Jika dijabarkan satu persatu usaha, upaya, dan kegiatan mengenai lingkungan yang telah dilakukan, dapat dipastikan laporan ini akan menjadi sangat panjang sekali. Disini saya akan mencoba untuk memaparkan kembali mengenai hal tersebut, tentu saja berdasarkan fakta, informasi dan penjelasan yang saya dapat melalui Pak Budi.
Salah satu hal yang menarik perhatian saya adalah upaya mengenai penghentian penggunaan venting dan flaring. Kedua istilah ini masih baru dan terasa asing di telinga saya. Untungnya Bapak Budi Koesoemo dari memberikan penerangan mengenai hal tersebut. Dalam pengelolahan minyak, penggunaan venting dan flaring (suar bakar) dapat merusak lingkungan. Meskipun di Indonesia saat ini masih memperbolehkan keduanya dalam batasan tertentu. Chevron sebagai perusahaan yang beroperasi dengan standar tingkat dunia, akan merancang proyek baru tanpa flaring (suar bakar) dan venting secara kontinu.
“Untuk venting kontinu di rencanakan harus bisa dihentikan pada 31 Desember 2010 dan untuk suar bakar kontinu pada 31 Desember 2014,” jelas Bapak Budi sambil menunjukkan slide presentasinya kepada kami.
Bapak Budi juga menjelaskan tentang 3R. Istilah 3R ( Reduce, Reuse and Recycle) yang sekarang sering diperdengarkan dalam program pemeliharaan dan pelestarian lingkungan juga diperhatikan oleh pihak PT. CPI dalam pengelolaan limbah. Reduce yang berarti meminimalisir penggunaan bahan- bahan yang dapat merusak lingkungan, salah satunya dengan membeli bahan – bahan dalam bentuk curah. Selain itu, dengan memanfaatkan / pemakaian kembali barang atau bahan yang sebelumnya telah digunakan (Reuse), juga dapat mengurangi limbah seperti produk solidifikasi limbah dan produk bioremidasi. Sedangkan recycle dalam pengelolaan limbah dalam hal ini sebagai contohnya adalah transformer oil dan minyak pelumas bekas.
Pembekalan selanjutnya Kak Andi dan Bapak Hanafi berikan kepada kami yang tentu saja membuat kami semakin antusias. Kalimat – kalimat yang memotivasi diberikan kepada kami yang semakin tidak sabar melakukan acara utama, hiking tentunya. Seperti yang dikatakan Bapak Hanafi, yang pada intinya, kenangan yang dilakukan saat bersama-sama itu akan lebih menyenangkan dan membahagiakan dan akan membekas diingatan.
Bapak Marthinus Arbian dari Ecology Club of Rumbai (ECR) juga memberikan penjelasan kepada kami mengenai hutan Rumbai tempat kami melakukan kegiatan hiking nanti. Bapak Marthinus kemudian menjelaskan sejarah singkat tentang berdirinya Ecology Club of Rumbai (ECR). ECR berdiri pada tanggal 24 Agustus 1988 oleh Mr. J. Tahija, Chairman of CPI Board of Commissioners.
Rumbai Forest Nature Park and Jogging Trails terdiri dari dua bagian, yaitu bagian barat (West Park) yang seluas 76 Ha dan bagian timur (East Part) seluas 28 Ha. Hutan ini menyimpan keanekaragaman hayati yang menakjubkan. Banyak flora dan fauna yang beragam didalam hutan ini, termasuk spesies – spesies yang dilindungi karena jumlahnya yang semakin lama semakin berkurang. Flora dalam hutan ini meliputi 120 spesies seperti Kulim, Meranti, Tembesu, Jelutung, Gaharu, Pulai, dan lain-lainnya. 4 (empat) spesies yang dilindungi seperti Tembesu (Fagraea fagrans), Kulim (Scorodocarpus borneensis), Jelutung (Dyera costulata), Gaharu (Aquilaria malaccensis) dan 1 spesies herba yang dilindungi yaitu kantung semar (nephentes sp).
Sedangkan fauna yang ada didalam hutan ini juga sangat beragam meliputi jenis Aves (burung), seperti raja udang, enggang, serindit, jalak, beo, burung madu, dan sebagainya. Mamalia, seperti Tapir (Tapirus indicus, Kucing hutan (Felis bengalensis), Landak (Hystrix brachyura), Beruang madu (Helarctos malayanus), Tupai tanah (Lariscus insignis), Pelanduk (Tragulus spp), dan sebagainya – Primata, seperti Beruk, Kera ekor panjang, Siamang, Kekah dan Lutung. Serta spesies – spesies reptil seperti Ular, Biawak, Bunglon, Kadal, Tokek, Kura-kura, Labi-labi, Salamander, dan Cicak.
Waktu semakin berjalan dan kami memang semakin tidak sabar. Setelah pembekalan terakhir dari Park Ranger, akhirnya mengantarkan kami menuju acara utama Happy Hiking in Chevron. Sambil mempersiapkan alat – alat dan perlengkapan seperti topi, sarung tangan, dan minuman mineral, kami keluar dari Multifunction Building menuju bus. Dengan wajah yang berseri - seri kami bersiap memasuki bus. Sebelum masuk kedalam bus, salah satu hal yang harus dilakukan, tentu saja photo session. Setelah berfoto, dalam hati saya berucap, “It’s the time for the happy hiking !”
Hutan Rumbai ( Rumbai Forest Nature Park and Jogging Trails) yang Menawan
Sekitar pukul 09.30 kami memulai perjalan menuju Rumbai Forest Nature Park, tepatnya West Park. Sesampai disana, kami dibagimenjadi 5 kelompok, yang masing-masing kelompok terdiri dari sekkitar 10 orang. Saya bersama ke sembilan teman lainnya(Asrul, Aprian, Fitri, Yonatan, Martua, Natanael, Veronica, Mesya dan seorang mahasiswa yang sedang melakukan studi penelitian) bergabung di kelompok 4. Bersama Pak Awal (34), salah seorang park ranger yang menuntun kami selama hiking didalam hutan. Sekitar pukul 09.55, kami (kelompok 4) masuk kedalam hutan dan memulai penjelajahan.
Jogging trails yang ada di hutan Rumbai ini ada 3 jalur, yaitu jalur kuning, jalur biru dan jalur merah. Dan kami akan menyusuri jalur yang terpanjang. Saat – saat awal, jelas kesemua anggota masih dan memiliki stamina yang msih baik untuk melangkahkan kaki menyusuri jalan – jalan dan semak belukar. Beruntung, Pak Awal cukup ramah dan bersedia menjawab pernyataan – pertanyaan kami mengenai berbagai hal yang ada di dalam hutan di dalam hutan.
“Ini jenis pohon apa Pak?” saya mengajukan pertanyaan kepada Bapak Awal ketika melihat sebuah pohon yang cukup besar dan hampir tumbang.
“Pohon meranti,” jawab Pak Awal. Pak Awal juga menjelaskan bahwa pohon- pohon didalam hutan ini tidak boleh ditebang sembangan, kalau pun ada pohon yang tumbang, pohon – pohon tersebut tumbang dengan sendirinya karena faktor alam seperti angin dan faktor usia dari pohon itu sendiri. Sepanjang perjalanan, Pak Awal juga banyak menemukan botol – botol air mineral yang dibuang sembangan. Ia mengambil botol – botol dan sampah – sampah tersebut dan menyimpannya kedalam tasnya. Ia juga mengajak dan meminta kami melakukan hal yang sama jika menemukan sampah dan botol mineral. Yang mengherankan, sebelum kelompok kami ada tiga kelompok lagi yang telah lebih dahulu masuk kedalam hutan. Apa mereka tidak mengambil sampah atau botol jika melihatnya? Padahal kami melalui rute yang sama. Mungkin saja ada yang terlewatkan atau tidak terlihat.
Dalam penjelajahan didalam hutan, terdapat pita – pita berwarna merah yang di pohon atau ranting sebagai kode atau penanda bahwa kami melewati rute yang benar. Hal ini juga dimaksudkan agar kami tidak tersesat didalam hutan. Pak Awal juga memeberikan penjelasan bahwa ada batu yang dicat berwarna kuning, yang ditemukan setiap 100 meter sebagai penunjuk jarak yang telah ditempuh.
Hampir setengah perjalanan, tenaga kami cukup terkuras, dan ada seorang anggota dari kelompok kami, veronika yang memang memerlukan waktu untuk beristirahat. Kami pun memutuskan untuk beristirahat. Di sebelah kanan kami ada mata air yang indah, dan pada bagian tanah pinggirnya terdapat jejak – jejak makhluk hidup. Beberapa anggota kami memberikan kesimpulan bahwa itu adalah jejak babi hutan dan Pak Awal membenarkan hal tersebut. Setelah merasa cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan.
Dalam hati saya ingin sekali bisa melihat dan menemukan kantung semar (Nephentes sp), karena tumbuhan ini termasuk tumbuhan herba yang dilindungi. Selain itu, saya juga ingin melihat hewan – hewan hutan yang lainnya, terutama burung enggang dan raja udang (yang juga dilindungi) dan burung serindit yang menjadi ciri khas dari propinsi Riau. Namun karena pada saat itu sudah hampir siang, kecil kemungkinan bagi saya untuk bisa melihat jenis – jenis burung tersebut. Berdasarkan keterangan dari Park Ranger, burung – burung tersebut hanya dapat dijumpai pada waktu pagi hari dan sore hari. Untuk melihat hewan – hewan yang ada di hutan juga susah, karena mengingat sebelum kelompok kami telah ada 3 kelompok lain yang lebih dahulu masuk kedalam hutan. Mungkin hewan – hewan tersebut telah bersembunyi dan tidak menampakkan wujud nya lagi.
Dalam perjalanan, salah seorang anggota kelompok kami, Martua, bersiul dan tanpa diduga oleh kami, siulan itu mendapat balasan. Kami melihat sekeliling mencari sumbernya. Benar itu adalah suara burung yang asli, namun karena keterbatasan penglihatan, kami tidak dapat menentukan apa jenis burung tersebut.
Hari semakin siang. Namun berkat keberadaan pohon – pohon yang tinggi di dalam hutan, tentu saja kami jadi tidak begitu merasa sengatan sang surya tersebut. Bekal air mineral kami sudah habis tak bersisa. Beberapa kali istirahat untuk memulihkan tenaga sambil melihat – lihat keasrian hutan rumbai ini. Tapi tetap, kami bersemangat hingga garis akhir.
Pada saat hampir memasuki batu ke 20 (lebih kurang hampir 2 km perjalanan), salah satu anggota kami, Veronica mendadak jatuh karena kakinya merasa keram. Kami sempat panik dan melakukan pertolongan pertama sesuai dengan kemampuan kami. Kami kemudian akhirnya memutuskan untuk kembali beristirahat dan melanjutkan kembali jika veronica sudah merasa lebih baik. Sekitar 7 menit kami beristirahat, dan Veronica bisa melanjutkan pernjelajahan selanjutnya. Kami semakin semangat karena tanda – tanda akhir menuju garis akhir sudah mulai terlihat. Dan sekitar pukul 12.06, kami keluar dari hutan dan bisa bernafas lebih lega.
Lelah, letih, lesu, capek, dan kaki pegal – pegal, mungkin kami semua merasakan hal yang sama.tapi rasanya semua itu dapat terbalas dengan pengalaman yang telah kami dapatkan dan rasa bahagia dan puas telah melakukan semua kegiatan dengan baik dan bersama-sama. Kami beristirahat di hamparan rumput, sambil menunggu kelompok 5, kelompok yang terakhir. Sekitar pukul 12.30, kami semua menuju bus masing – masing dan menuju ke lokasi rekreasi di bagian timur, east park, yaitu waduk sungai Ambang untuk makan siang. Dari kesemua peserta, bisa dipastikan wajah – wajah mereka terlihat lelah, tapi tentu saja ada kebahagiaan dan kesenangan yang terpancar dibalik itu semua. Makan siang kali ini terasa berbeda, karena lebih menyatu dengan alam, bersama – sama dengan teman – teman, dan menikmati pemandangan indah di waduk sungai Ambang.
Setelah makan siang, tentu saja kami tidak melupakan kebiasaan kami selaku Green Student, yaitu memastikan tempat disekitar kami tidak kotor dan dipenuhi sampah. Sampah dari bungkusan makanan kami disatukan di satu tempat sehingga tidak berserakan dan mengganggu pemandangan dan keindahan alam. Berfoto bersama menjadi kegiatan terakhir hingga akhirnya kami kembali menuju bus hingga kami kembali diantar ke Riau Pos. Melelahkan memang, namun dibalik kesemua itu pasti tentu saja ada manfaat dan tidak ada suatu hal yang sia – sia. NO PAIN NO GAIN, dibalik semua rasa lelah ini, tentu saja saya merasakan bahagia. Jadi semua kelelahan ini terbayar sudah. Dan terakhir, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berperan dalam acara atau kegiatan ini. Kegiatan Happy Hiking in Chevron, dapat saya pastikan 100 % merasa saya happy.
BEBERAPA KOMENTAR PARA GREEN STUDENT TENTANG HAPPY HIKING IN CHEVRON
1.TEGUH BUDIANTO – MAHASISWA – GREEN STUDENT AMBASSADOR
“Senang bisa berbagi pengetahuan dari perusahaan sekelas chevron. Ditambah lagi adanya komitmen mereka untuk turut serta dalam pengupayaan penurunan emisi karbon. Ini menunjukkan kepedulian dan dorongan terhadap orang-orang seperti kita yang butuh support dari pihak luar. Kegiatan green student bisa saja berjalan, tapi dengan adanya dukungan lebih. maka, kegiatan yang tadinya di tingkat AWeSOME menjadi OUTSTANDING! ”
2.ASRUL RAHMAWATI – MAHASISWI – GREEN STUDENT JOURNALISTS
“Wah, luar biasa. Kalau diajak lagi kesana saya masih mau. Trus saya merasa dekat dengan hutan yang masih alami”
3.YONATAN PANGIDOAN LUBIS – MAHASISWA – GREEN STUDENT AMBASSADOR
“Senang sekali bisa melakukan kegiatan hiking bersama Chevron. Menambah ilmu dan pengalaman dan membuat kita merasa dekat dengan alam”
4.AFRANISA – MAHASISWI – GREEN STUDENT JOURNALIST
“Seru, menyenangkan, pengen lagi, tambah pengalaman, dan menambah ilmu”
5.ROBBY ANGGRIAWAN – MAHASISWA – GREEN STUDENT AMBASSADOR
“Menyenangkan sekali, mudah – mudahan ada kegiatan seperti ini lagi yang menambah ilmu dan pengalaman. HAPPY HIKING IN CHEVRON memang bikin happy.”
Laporan Robby Anggriawan-GSA dari Universitas Islam Riau
0 komentar:
Posting Komentar