Ahad, (21/11) Green Student yang tergabung dalam Green Student Journalist (GSJ) dan Green Student Ambassador (GSA) bekerja sama dengan PT. Chevron Pasific Indonesia (CPI) wilayah Rumbai mengadakan Happy Hiking in Chevron (H2C). Para peserta berasal dari dalam dan luar kota Pekanbaru, yaitu sebanyak 30 orang dari dalam kota dan 20 orang dari luar kota.
Sehari sebelumnya yaitu tepat pada hari Sabtu (20/11) telah diadakan technical meeting (TM) bagi para peserta Happy Hiking in Chevron (H2C) ini. Bertempat di ruang rapat redaksi yang ada di lantai II gedung Riau Pos, Jalan H.R. Subrantas KM. 10, 5 Panam.
Dalam technical meeting ini, Teguh Budianto selaku koordinator Green Student Ambassador (GSA) menjelaskan agenda kegiatan yang dilakukan peserta pada hari minggunya. Kemudian dilanjutkan dengan pembagian seragam Green Student Journalist (GSJ) bagi anggota GSJ yang belum memiliki seragam ini oleh koordinator Green Student Journalist (GSJ), Asrul Rahmawati. Selain itu, Ivit Sutia selaku Koordinator Green Student juga berpesan agar peserta tidak lupa membawa berbagai perlengkapan yang sudah ditentukan seperti, baju kaus lengan panjang, topi, sepatu kets dan celana panjang.
“Jangan lupa juga persiapkan perlengkapan pribadi, seperti obat-obatan, air minum dan lainnya,” ujar gadis yang biasa disapa dengan sapaan Tya ini.
Kemudian esoknya sejak matahari belum muncul, peserta Happy Hiking in Chevron (H2C) sudah ada yang mulai berkumpul di gedung Riau Pos, Panam. Semua peserta yang berkumpul di gedung Riau Pos pagi itu berasal dari wilayah dalam kota Pekanbaru, karena 20 orang peserta dari luar kota Pekanbaru sudah terlebih dahulu berangkat menuju Rumbai Camp milik Chevron di Rumbai, setelah technical meeting pada hari Sabtu (20/11) sore, sekitar pukul 16.00 WIB.
Pagi itu, para peserta sibuk mempersiapkan berbagai perlengkapannya. Andi Noviriyanti, Direktur Eksekutif Save The Earth Foundation (SEFo) juga berkali-kali mengingatkan peserta yang membawa kendaraan bermotor untuk mengunci ganda kendaraannya yang akan ditinggal sementara di Riau Pos agar lebih Safety.
Akhirnya satu-satu peserta pun memasuki bis yang ada di depan gedung Riau Pos, setelah sebelumnya foto bersama. Tapi, peserta dari dalam kota yang berangkat menuju Rumbai Camp pagi itu hanya 29 orang karena salah seorang peserta berhalangan hadir.
Peserta H2C ini juga didampingi langsung oleh Andi Noviriyanti dan Mario Kizzas, salah seorang wartawan Riau Pos. Kemudian sekitar pukul 06.45 WIB bis yang membawa peserta H2C pun berangkat menuju Rumbai Camp.
Sedikit lebih lama, karena harus memutar arah menuju Rumbai, akhirnya udara sejuk di Rumbai Camp pun bisa dirasakan oleh peserta dari dalam kota Pekanbaru yang kemudian bergabung dengan peserta dari luar kota Pekanbaru. Dan sebelum memulai acara para peserta sarapan bersama terlebih dahulu, kebersamaan sangat terasa dalam acara sarapan bersama ini.
Setelah sarapan, dilanjutkan dengan pembagian baju dan topi dari Chevron, ini bagi peserta dari dalam kota Pekanbaru yang dilakukan oleh Asrul Rahmawati dan Febria dari SEFo. Lalu, setelah semuanya berganti pakaian dengan seragam dari Chevron, acara pun dimulai yang diawali dengan penjelasan beberapa materi dari Chevron seperti yang pertama Strategi Chevron dalam Perlindungan Lingkungan oleh Budi Koesuma. Di sini dijelaskan tentang visi lingkungan Chevron menjadi perusahaan energi global yang dihormati atas kinerjanya dalam penyelamatan lingkungan. Selain itu juga dipaparkan tentang cara Chevron mengolah limbah dan air produksi sehingga lebih ramah terhadap lingkungan.
Di sela-sela penjelasan tersebut, salah seorang dari green student mengacungkan tangan untuk bertanya kepada penyaji. “Tadi pada awal slide ditampilkan burung yang katanya bermigrasi, sebenarnya dari mana asal burung tersebut? ” ujar R.A Diah Sulistia Ningrum, GSJ dari Pekanbaru.
Pertanyaan tersebut langsung di jawab pematerinya yaitu Budi Koesoma. “Burung-burung tersebut berasal dari belahan bumi utara, dimana saat belahan bumi utara itu sedang musim dingin maka burung-burung tersebut akan bermigrasi dan salah satu tempat persinggahannya tersebut adalah hutan di Rumbai Camp,” ujarnya.
Setelah pemaparan materi yang pertama tersebut diselingi dengan kata sambutan, pertama dari pihak SEFo oleh direktur SEFo sendiri. Dalam sambutannya Andi Noviriyanti yang biasa disapa dengan panggilan Novi ini juga memperkenalkan Green Student yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa yang ada di Riau. Dan yang kedua sambutan dari pihak Chevron juga ada yang diwakili oleh Humas Chevron yaitu Hanafi Kadir.
“Dalam menggali pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan itu sebaiknya juga disinergikan dengan alam dan lingkungan kita,” pesan Hanafi Kadir kepada semua peserta.
Setelah kata sambutan tersebut dilanjutkan dengan penjelasan materi berikutnya tentang Ekologi oleh Martinus. Di sini diperkenalkan Ecology Club yaitu sebuah perkumpulan pegawai Chevron yang ada di Rumbai. Club ini concern terhadap lingkungan dan berdiri sejak tahun 1988. Salah satu bentuk kegiatannya adalah membantu mengembangkan program penghijauan serta pelestarian flora dan fauna. Selain itu juga menggagas adanya Park Ranger di hutan alam di Rumbai Park. Pembentukan Park Ranger ini bekerja sama dengan WWF (World Wildlife Fund). Selain itu juga diterangkan tentang Nature Park Rumbai yang terdiri dari West Park dengan luas 76 Ha dan East Park dengan luas 28 Ha.
Ada sepuluh jalur yang bisa digunakan untuk mengitari Nature Park ini, tiga diantaranya adalah jalur merah sejauh 1 KM dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dan jalur biru sejauh 2,6 KM dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam serta jalur kuning sejauh 4,2 KM dengan waktu tempuh sekitar 3 sampai 4 jam. Dari ketiga jalur itu nantinya peserta H2C akan memakai jalur kuning.
Pemaparan materi ini juga diselingi dengan beberapa pertanyaan berhadiah topi dari Chevron. Salah satunya adalah pertanyaan tentang mengapa banyak gajah berkeliaran di kawasan penduduk bukan di habitatnya lagi. Kemudian salah seorang peserta langsung mengacungkan tangannya.
“Menurut saya itu karena habitat dari gajah itu sendiri sudah rusak, sehingga gajah-gajah kehilangan tempat tinggalnya, makanya mereka kemudian mencari tempat baru agar bisa tetap bertahan hidup,” jawab Asrul Rahmawati dengan tegas diiringi oleh tepuk tangan dari peserta lainnya.
Lalu berlanjut ke Penjelasan terakhir dari Park Ranger tentang sekilas hutan alam yang ada di Rumbai ini serta hal-hal yang harus dipersiapkan untuk masuk hutan seperti GPS, kompas, topi, sepatu dan lainnya. Park Ranger ini sudah ada sejak tahun 2001.
Hutan alam yang ada di Rumbai Park ini termasuk yang masih alami ditandai dengan masih adanya burung Enggang yang hidup di dalam hutan tersebut. Selain itu Biodiversitasnya juga tinggi dengan masih beragamnya spesies yang hidup di hutan ini. Hutan alam ini luas seluruhnya 400 Ha atau sekitar sepertiga dari luas Rumbai Park yaitu 1226,26 Ha dan merupakan paru-paru utama kota Pekanbaru. Banyak manfaat yang bisa didapat dengan adanya hutan ini salah satunya bisa menjadi daerah resapan air dan untuk suplai oksigen (O2). Di hutan alam ini juga terdapat kantong semar (Nephentes Spp.), salah satu spesies herba yang dilindungi saat ini.
Kemudian Park Ranger juga membagikan sarung tangan untuk perlindungan tangan selama di hutan nanti kepada semua peserta. Nantinya peserta akan dibagi atas 5 regu yang akan dipandu oleh masing-masing Park Ranger. Setelah semua persiapan selesai, para peserta pun dengan bersemangat berangkat menuju lokasi penjelajahan.
Setibanya di lokasi, sekitar pukul 10.00 WIB satu persatu regu pun memasuki hutan. Tapi ada salah satu regu yang berkesempatan untuk mencoba jalur merah sebelum memasuki jalur kuning yaitu regu keempat. Karena regu ini akan mendampingi Hanafi Kadir dan Andi Noviriyanti serta beberapa panitia lainnya untuk menjelajahi hutan terlebih dahulu dengan jalur merah tersebut.
Kondisi hutan alam Chevron ini memang masih sangat alami bisa dilihat dari komposisi tumbuhannya yang masih beragam serta kanopi hutan yang juga terdiri dari pohon kecil, sedang dan besar.
Lalu, Sekitar seperempat perjalanan di jalur kuning peserta dari regu keempat sempat menemukan liana yaitu tumbuhan yang biasanya tumbuh melilit atau memanjat pohon (woody climbers). Selain itu Park Ranger juga memberikan pengarahan jika seandainya tersangkut rotan maka jangan dilawan tapi kembalikan ke arah sebelumnya, karena kalau dilawan maka baju bisa robek dan juga kulit bisa luka. Park Ranger juga menjelaskan tentang jamur yang bisa dimakan dan tidak, salah satunya bisa dilihat dari warnanya yaitu jika mencolok maka jamur itu tidak bisa dimakan.
Di sela-sela istirahat di dalam hutan salah satu peserta, Fitri Andini bertanya kepada Dedi Koesuma yang ikut mendampingi regu keempat ini. “Pak, bagaimana PT.CPI menanggapi isu yang banyak beredar di masyarakat kalau tanah Riau ini dibawahnya sudah kosong karena pertambangan minyak?” tanyanya antusias.
“Sebenarnya minyak itu adanya di dalam pori-pori batu, jadi minyak yang tanah di bawah itu tidak akan kosong jika ada pertambangan atau penyedotan minyak tersebut, karena batunya tetap berada di bawah tanah. Selain itu juga air dan sisa pasir produksi itu akan kembali diinjeksikan ke dalam tanah,” jawab Dedi Koesuma.
Setelah istirahat beberapa menit, para peserta kembali melanjutkan perjalanan menjelajahi jalur kuning ini. Di perjalanan ini peserta juga sempat melihat jejak tapir dan kantong semar. “Kantong Semar ini jika masih belum terbuka tutupnya bisa dipotong dan air di dalamnya bisa diminum jika seandainya tersesat di hutan,” papar Joni, salah seorang Park Ranger yang memandu regu ke empat ini.
“Biasanya kami mengecek ulang hutan alam ini minimal satu minggu sekali, seperti misalnya jika ada yang berani mengusik hutan maka akan langsung kami laporkan ke security,” tambahnya lagi.
Perjalanan pun berlanjut dan semakin seru, walaupun ada yang beberapa kali terjatuh tapi tidak menyurutkan semangat peserta menjelajahi hutan alam Rumbai Park ini. Jalur-jalur di hutan alam Rumbai ini juga ditandai dengan patok-patok dan di setiap patok dituliskan jarak tempuh perjalanan seperti angka satu untuk 100 meter.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, semua regu kembali berkumpul di tempat tadi ketika awal mau masuk hutan. Tak lama kemudian para peserta pun berangkat menuju ke sungai ambang, sebuah tempat rekreasi di Rumbai Camp untuk makan siang bersama.
Ketika jarum jam terus bergerak dan menunjukkan pukul 13.35 WIB, semua peserta tiba di sungai ambang dan mulai makan siang. Berbagai macam tempat dipilih oleh peserta, seperti di jembatan yang ada di dekat danau atau di gazebo yang ada di sekeliling danau. Energi pun kembali terisi dengan beberapa menu makan siang itu. Hingga sampai pada akhir acara, semua peserta berkumpul kembali untuk berfoto bersama dengan panitia di tepi sungai ambang. Kebersamaan semakin terasa di sini.
Kemudian selesai dari sungai ambang, peserta dari dalam Pekanbaru beserta Andi Noviriyanti diantar kembali ke Riau Pos. Sementara itu peserta dari luar kota Pekanbaru kembali ke penginapan yang ada di Rumbai Camp untuk istirahat sebelum pulang esok harinya (22/11). Tapi, sebelumnya semua peserta berhenti dulu untuk sholat di mesjid yang ada di kawasan Rumbai Camp.
Laporan Afra Nisa-GSJ dari UIN Suska Riau
0 komentar:
Posting Komentar