Minggu pagi (21/11) sekitar pukul 10.00 WIB, rombongan Green Student yang terdiri dari kumpulan mahasiswa dan pelajar Riau akhirnya meminjakkan kaki di atas kawasan hutan perawan seluas 400 ha milik PT. CPI (Chevron Pasifik Indonesia). Sesaat sebelum itu, Green Student mendapatkan pembekalan tentang gambaran kepedulian PT. CPI terhadap lingkungan hidup dan sumbangsih area hijau di Kota Pekanbaru. Kawasan dengan nama Hutan Alam Rumbai (Nature Park Rumbai) tersebut menjadi bentangan hutan terluas yang berada di Kota Pekanbaru. Dedaunan lembab dan ranting rapuh yang berserekan di tanah menyambut siapa saja yang menyambangi Hutan Alam Rumbai dan diiringi dengan suara hewan yang bergemuruh secara bergantian seraya memanggil para penjelajah dari Green Student. Rangkaian kegiatan yang diberi nama Happy Hiking in Chevron ini merupakan kerjasama antara PT.CPI dengan SEFO (Save The Earth Foundation) Riau Pos.
Perjalanan Green Student dimulai dari membagi seluruh peserta yang berjumlah 50 orang menjadi 5 kelompok, dengan artian setiap kelompok memiliki 10 anggota dari Green Student. Tidak sulit bagi Green Student untuk menjelajahi sebagian kecil dari kekayaan alam Riau ini, karena setiap kelompok tracker (sebutan untuk penjelajah hutan di Rumbai Camp) dipandu oleh minimal satu orang Guide. Guide atau Park Ranger adalah orang yang sudah terbiasa dengan lingkungan hutan dan menjadi pemandu perjalanan hutan bagi tiap kelompok tracker. Park Ranger sudah ada sejak tahun 2001. Beruntung, masih ada perusahaan besar seperti Chevron yang masih peduli dengan kelestarian alam di bumi lancang kuning ini. Hal ini seiring sejalan dengan Visi Lingkungan Hidup dari PT. CPI sendiri, yaitu “Menjadi perusahaan energi global yang dihormati atas kinerja perlindungan lingkungan tingkat dunia”. Mengingat tingginya tingkat deforestasi periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun. Sudah pasti, dengan menjaga keeksistensian hutan dapat pula melestarikan kelangsungan hidup hewan-hewan liar yang hidup bebas di habitat aslinya. Sudah sejak lama, Nature Park Rumbai dikunjungi tamu dan peneliti dari mancanegara, diantaranya adalah dari Finlandia yang meneliti jamur pada tahun 2008 dan peneliti Australia yang meneliti hutan tropis di tahun 2007.
Sebelum berjalan lebih jauh, para tracker dari Green Student sempat menemani Manager Comunication and Media Relations PT. CPI, Hanafi Kadir untuk menjelajahi salah satu jalur yang ada di Hutan Alam Rumbai. Pada kesempatan itu, jalur yang dipilih adalah jalur merah dengan jarak lebih kurang 1 Km. Di area hutan yang sudah sering didatangi tracker dari mancanegara ini, terdapat 10 jalur atau jogging track. Beberapa jalur tersebut diberi nama Jalur Nenas, Jalur Merah, Jalur Biru, Jalur Kuning, Jalur Orange dan Jalur Biru Sungai Ambang.
Perjalanan Green Student dilanjutkan, setelah 30 menit lamanya menemani Manager Comunication and Media Relations PT.CPI Hanafi Kadir bersama melintasi jalur merah. Hal yang cukup mengganggu perjalanan adalah untaian rotan dengan durinya yang bisa saja melukai tracker Green Student. Ini seperti peringatan dari kumpulan rotan bahwa setiap tracker yang berkunjung ke Nature Park Rumbai harus berhati-hati dengan keberadaan tanaman yang pemanfaatannya sebagai bahan baku kursi ini. Bahkan yang lebih unik adalah pemanfaatan rotan di Kalimantan Tengah, masyarakat suku dayak sudah biasa memanfaatkan batang rotan muda sebagai komponen sayur.
Hutan di kawasan Rumbai Camp tersebut, diidentifikasi sebagai area yang didiami 14 spesies mamalia (6 spesies dilindungi), 5 jenis primata (1 spesies dilindungi), 9 jenis reptil (2 spesies dilindungi), 75 spesies burung (14 spesies dilindungi), dan 120 spesies kayu (4 spesies dilindungi). Empat spesies kayu yang dilindungi tersebut adalah Tembesu (Fagraea fagrans), Jelutung (Dyera costulata), Gaharu (Aquilaria malaccensis) dan Kulim (Scorodocarpus borneensis). Pada kesempatan itu pula, seorang guide yang akrab disapa Pak Joni menunjukkan keistimewaan dari kayu kulim dengan ciri berbau bawang, sehingga kayu yang banyak digunakan untuk tiang jembatan ini mudah untuk dikenali. ”Memang berbau bawang. Setelah kulit kayu kulim dikikis sedikit, kemudian kita mendekatkan hidung ke bagian kulit kayu yang dikikis tersebut. Maka, kita akan menghirup bau menyerupai bawang”, ujar Fitriandini (21) seorang mahasiswa jurusan Teknik Informatika di UIN Suska Riau yang juga tergabung dalam Green Student Journalist.
Terdapat pula 6 Spesies mamalia yang dilindungi yaitu Tapir (Tapirus indicus), Kucing hutan (Felis bengalensis), Landak (Hystrix brachyura), Beruang madu (Helarctos malayanus), Tupai tanah (Lariscus insignis), Kancil, dan Pelanduk (Tragulus spp). Keberadaan hewan-hewan tersebut semakin mempertegas bahwa kekayaan hayati dari Nature Park Rumbai dapat diperhitungkan. Tidak sekedar melintasi kawasan Nature Park Rumbai, tracker dari Green Student juga memperoleh banyak pengetahuan dengan turun langsung untuk berbaur dengan kehidupan di dalam hutan. Pada kesempatan ini pula, Green Student tidak membuang kesempatan untuk dapat menyaksikan area yang pernah dilintasi seekor tapir di jalur kuning. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa jejak kaki tapir di suatu titik yang berdekatan dengan sekumpulan tanaman kantong semar (Nephentes spp). Tapir merupakan hewan penyendiri, menandai jalur-jalur besar di darat sebagai teritori atau daerah kekuasaannya, walaupun daerah ini biasanya berdampingan dengan daerah kekuasaan individu lain. Hewan yang memeiliki masa hamil sekitar 400 hari ini, menandai teritorinya dengan mengencingi tumbuhan-tumbuhan di sekitarnya dan kerap kali mengikuti jalur lain dari yang telah mereka buat yang telah ditumbuhi tumbuhan.
Kurang dari 2 Km dari lokasi keberadaan jejak tapir, Green Student akan sampai di pintu keluar dari Hutan Alam Rumbai. Disela-sela perjalanan, Pak Joni bersama Budi Koesoemo menyempatkan untuk membagi ilmu kepada Green Student. Mulai dari kekayaan alam Nature Park Rumbai, hingga alasan kenapa tracker dilarang untuk menelusuri jogging track pada saat hujan. Menurut Pak Joni, terdapat 2 alasan utama adanya larangan tersebut. Pertama, petir cenderung menyambar objek yang paling tinggi dan keberadaan tracker di bawah pohon yang menjulang tinggi menjadi kekhawatiran untuk tetap melanjutkan penjelajahan. Kedua, adanya tumbuhan serupa miang yang sangat berbahaya bagi kulit sensitive. Karena tanaman ini dapat menyebabkan kulit membengkak dan menimbulkan rasa gatal yang teramat sangat. Biasanya tanaman ini berada di dahan-dahan pohon dan metode penyebarannya bisa sangat progressive dikala hujan, karena tanaman ini bisa saja jatuh dikulit para tracker dengan bantuan air hujan yang menetes.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan kaki di dalam Hutan Alam Rumbai sepanjang 4,6 Km yang menghabiskan waktu sekitar 2 jam, rombongan Green Student sampai di pintu keluar dari Hutan Alam Rumbai dan mengakhiri kegiatan Happy Hiking in Chevron di suatu lokasi yang masih berada di kawasan Rumbai Camp yaitu sebuah danau buatan yang disebut dengan Waduk Sungai Ambang.
Strategi Chevron dalam Perlindungan Lingkungan
Di kegiatan Happy Hiking in Chevron (21/11) selain mengenalkan kawasan Hutan Alam Rumbai, Chevron juga memberikan pembekalan kepada Green Student tentang upaya dan strategi Chevron dalam Perlindungan Lingkungan Hidup kini dan masa mendatang, yang diwakili oleh Budi Koesoemo, salah seorang aktivis di Ecology Club of Rumbai. Ecology Club of Rumbai secara sederhana diartikan sebagai organisasi pecinta lingkungan yang didirikan di bawah naungan PT.CPI dan mendukung penuh segala aktivitas positif yang diupayakan oleh Ecology Club. Sekitar 200 karyawan PT.CPI menjadi anggota dari klub ini.
Dalam rangka keikutsertaannya untuk mengurangi emisi gas kaca (GHG), PT.CPI berkomitmen untuk menghentikan Flaring (Suar Bakar) pada tahun 2014 dan Venting pada akhir tahun 2010. Ini berlaku untuk setiap operasi yang sudah berjalan maupun operasi yang akan dibangun. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009 defenisi dari pembakaran suar bakar (flaring) adalah pembakaran secara kontinyu maupun yang tidak menerus dari gas-gas yang dihasilkan oleh kegiatan operasi minyak dan gas pada cerobong tetap (stationary stack) baik vertikal maupun horizontal. Sedangkan, Venting adalah pelepasan gas-gas hidrokarbon yang disengaja dan bersifat kontinyu atau tidak menerus yang dihasilkan dari kegiatan operasi minyak dan gas, yaitu dari proses separasi fluida, ke udara terbuka melalui cerobong tetap.
Selain hal diatas, PT.CPI juga melakukan program penghijauan dengan konsep memulihkan ekosistem awal. Salah satu caranya adalah membuat kriteria khusus jenis tanaman yang akan ditanam. Kriteria tanaman tersebut adalah menggunakan tanaman asli lokal, menggunakan jenis tanaman yang beragam, jenis tanaman yang cepat tumbuh, membutuhkan banyak cahaya, menghasilkan banyak serasah dan mudah terurai, dan dapat mempercepat pertumbuhan tanaman lain, serta mudah kembangbiakkan. ”Alasan dipilih jenis tanaman yang beragam adalah untuk menjaga kesuburan tanah, karena jika tanaman yang ditanam berjenis sama akan mempercepat terjadinya ketandusan”, tegas Dini Tiara Sasmi yang mendapat kesempatan untuk berpendapat dan kemudian diaminkan oleh Budi Koesoemo selaku pembicara pada pembekalan Green Student di Happy Hiking in Chevron.
Laporan Teguh Budianto-GSA dari UIN Suska Riau
0 komentar:
Posting Komentar