Belukap, Warisan Sri Bunga Tanjung
Laporan Mashuri Kurniawan Dumai
Mashuri_Kurniawan@riaupos.co.id
Waktu menunjukkan pukul 13.15 WIB, terik matahari siang itu tidak terasa dikulit. Karena, sinarnya terpantul melalui daun hijau tanaman bakau. Akhir pekan lalu, Riau Pos menelusuri kawasan hutan bakau yang dikelola Pecinta Alam Bahari yang berlokasi, di Jalan Nelayan.
Dalam perjalanan menelusuri kawasan bakau ini Riau Pos didampingi langsung, Ketua Pecinta Alam Bahari, Darwis Mohammad Saleh. Memasuki kawasan hutan bakau, pengunjung harus berhati-hati, bila tidak ingin terjatuh. Karena, lokasi yang dikunjungi licin.
Di kawasan hutan bakau tersebut terdapat berbagai jenis bakau. Diantaranya,bakau merah (Rhizophora stylosa), mato buayo (Bruguiera hainesii), tancang (Bruguieraspp), pidada (Onneratia caseolaris), api-api (Avicennia spp), dan jenis lainnya. Termasuk tanaman bakau belukap yang hampir punah juga tampak berdiri tegap. Belukap atau Riizophora mucronata merupakan jenis bakau yang hampir punah,di Sungai Dumai.
Kepunahan yang diakibatkan ekploitasi sebagai bahan baku arang dulunya. Panglong (tempat produksi arang) terdapat di Pangkalan Bunting, Muara Sungai Dumai. Penebangan belukap tanpa ada aksi penanaman kembali, kini berakibat telah terjadi kepunahan, di Sungai Dumai. Bahkan generasi Dumai saat ini sudah tak mengenalinya lagi.
Menurut legendanya, Sungai Dumai merupakan sungai yang membelah kota Dumai menjadi bagian Barat dan Timur. Disungai ini tempat terjadi legenda atau sejarah Putri Tujuh yang mengandung unsur buah belukap dari kejadian masa lalu yang menjadi jati diri suatu peristiwa budaya di Dumai selama ini.
Dilokasi konservasi hutan bakau ini terlihat tanaman man belukap ketinggiannya mencapai 27 meter. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.
Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm.
Tanaman ini juga berbunga gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Buahnya lonjong panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna hijau kecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal.
Darwis Mohammad Saleh mengatakan, upaya keberlangsungan hidup belukap ini menjadi sasaran penting bagi dirinya dan anggota komunitas Pecinta Alam Bahari. Untuk mempertahankan keberlangsungannya Pecnta Alam Bahari melakukan penanaman kembali pada tahun 2002.
''Di area Konservasi Mangrove, Komplek Bandar Bakau dengan luas lahan 11,5 hektar, kami melakukan pembibitan sebanyak 40.000 hingga 50.000 bibit bakau. Termasuk belukap. Kita ingin anak cucu bisa mengetahui bahwa mangrove itu tanaman indah. Belukap itu merupakan ikon yang perlu diingat. Karena, legendanya sudah diketahui secara nasional,'' ungkapnya kepada Riau Pos.
Berada di lahan hutan bakau seluas lebih kurang 11,5 hektar selain tanaman bakau juga terdapat beberapa rumah panggung yang dijadikan sebagai kelas teori pengenalan mangrove. Area hutan di sulap menjadi kelas alam. Kelas ini dipergunakan sebagai praktek langsung para siswa mengenai tanaman bakau.
Adapun fasilitas lain yang tersedia seperti aula, musala, rumah tinggal, area pembibitan mangrove dan binatang laut yakni lokan, siput, sepetang, kepiting dan hebis hewan lainnya.
Dari penuturan Darwis, tanaman bakau di kawasan tersebut tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus.
Kawasan konservasi bakau lokasinya sudah ditata apik, ekosistemnya dijaga, tanaman bakau terlihat menjadi sangat menarik. Pengunjung dapat menikmati pemandangan dan kondisi hutan bakau secara lebih rileks. Udara angin sepoi-sepoi dari arah pantai dapat dinikmati dengan tenang. Kebisingan kota dan kejenuhan akan hilang bila berada ditempat ini.
Bagi Darwis keberadaan hutan bakau yang dilindungi merupakan surga bagi fauna dan flora, termasuk bagi pengunjung yang memahami pentingnya pelestarian alam pesisir. Hutan bakau dengan pemandangan pantainya yang indah dan tertutup dari keramaian membuat keaslian tempat ini terjaga.
''Kami berencana pembibitan bakau ini akan ditanam disepanjang Sungai Dumai, dan daerah disepanjang tepian bibir pantai. Diharapkan seluruh masyarakat bisa menjaga mangrove dari kepunahan,'' sambungnya.
Jarum jam menunjukkan pukul 16.15 WIB, tampak seorang ibu dan anak mendekati tanaman bakau. Ditangan ibu itu terlihat plastik berwarna hitam. Setelah dilihat didalam kantok plastik terlihat siput yang siap menjadi hidangan makanan ibu dan anak tersebut. Wanita paruh baya yang mengaku bernama Nurlela ini tampak sibuk memungut siput.
"Banyak siputnya buk?," tanya Riau Pos. "Lumayan," jawab Nurlela singkat sambil beralu dari Riau Pos.
Dampak Lingkungan Penebangan Bakau
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau, Fadrizal Labay menjelaskan, kegundulan lahan hutan bakau di pesisir pantai bisa berpontensi cukup besar terhadap luasnya jangkauan abrasi di sekitarnya. Terjadinya abrasi disebabkan lahan hutan bakau yang kian gundul sehingga daratan kurang maksimal saat dihantam gelombang laut.
''Sosialisai tanaman bakau juga kita lakukan kepada masyarakat pesisir sempat kita lakukan. Dengan harapan masyarakat tidak menebang hutan mangrove dan melakukan penanamannya,'' ungkapnya.
Menurut dia, kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Seluruh elemen dalam ekosistem laut memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen ekosistem dari salah satunya (daratan dan lautan), secara langsung berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem keseluruhan.
Fadrizal menjelaskan, hutan bakau adalah tipe hutan yang khas terdapat disepanjang pantaimuara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini disebut pulasebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau.Bakau tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar.
Biasanya ditempat yang tak ada muara sungainya, hutan bakau terdapat agak tipis. Sedangkan tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran sungainya banyak mengandung lumpur dan pasir, bakau biasanya tumbuh baik dan meluas.
Ketua Pencinta Alam Bahari Darwis Moh Saleh, menyebutkan, jika dahulu ekosistem tersebut masih banyak yang dapat ditemui, namun pada saat ini sebagian besar ekosistem yang berada disepanjang sungai tersebut sudah sangat sulit .
“Saat ini Sungai Dumai sudah jadi pemandangan yang menjijikkan dan ekosistem di sungai itu sudah benar benar rusak, bahkan yang parahnya ribuan pohon bakau, terutama di bagian akarnya sudah terancam mati,” ungkapnya
Lebih lanjut Darwis mengatakan, pencemaran yang terjadi di, Sungai Dumai sebagian besar berasal dari bahan-bahan yang tidak mudah larut seperti contoh plastik, dimana akibat banyaknya plastik yang dibuang masyarakat bersamaan dengan limbah rumah tangga lainnya menyebabkan aktifitas masyarakat juga yang menjadikan sungai Dumai sebagai sarana transportasinya mengalami kendala.
''Untuk itu jangan membuang sampah kedalam sungai. Peliharalah bakau. Lakukan penanaman bakau. Dengan begitu alam akan terjaga,'' imbuhnya***
Waktu menunjukkan pukul 13.15 WIB, terik matahari siang itu tidak terasa dikulit. Karena, sinarnya terpantul melalui daun hijau tanaman bakau. Akhir pekan lalu, Riau Pos menelusuri kawasan hutan bakau yang dikelola Pecinta Alam Bahari yang berlokasi, di Jalan Nelayan.
Dalam perjalanan menelusuri kawasan bakau ini Riau Pos didampingi langsung, Ketua Pecinta Alam Bahari, Darwis Mohammad Saleh. Memasuki kawasan hutan bakau, pengunjung harus berhati-hati, bila tidak ingin terjatuh. Karena, lokasi yang dikunjungi licin.
Di kawasan hutan bakau tersebut terdapat berbagai jenis bakau. Diantaranya,bakau merah (Rhizophora stylosa), mato buayo (Bruguiera hainesii), tancang (Bruguieraspp), pidada (Onneratia caseolaris), api-api (Avicennia spp), dan jenis lainnya. Termasuk tanaman bakau belukap yang hampir punah juga tampak berdiri tegap. Belukap atau Riizophora mucronata merupakan jenis bakau yang hampir punah,di Sungai Dumai.
Kepunahan yang diakibatkan ekploitasi sebagai bahan baku arang dulunya. Panglong (tempat produksi arang) terdapat di Pangkalan Bunting, Muara Sungai Dumai. Penebangan belukap tanpa ada aksi penanaman kembali, kini berakibat telah terjadi kepunahan, di Sungai Dumai. Bahkan generasi Dumai saat ini sudah tak mengenalinya lagi.
Menurut legendanya, Sungai Dumai merupakan sungai yang membelah kota Dumai menjadi bagian Barat dan Timur. Disungai ini tempat terjadi legenda atau sejarah Putri Tujuh yang mengandung unsur buah belukap dari kejadian masa lalu yang menjadi jati diri suatu peristiwa budaya di Dumai selama ini.
Dilokasi konservasi hutan bakau ini terlihat tanaman man belukap ketinggiannya mencapai 27 meter. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah.
Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm.
Tanaman ini juga berbunga gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Buahnya lonjong panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna hijau kecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal.
Darwis Mohammad Saleh mengatakan, upaya keberlangsungan hidup belukap ini menjadi sasaran penting bagi dirinya dan anggota komunitas Pecinta Alam Bahari. Untuk mempertahankan keberlangsungannya Pecnta Alam Bahari melakukan penanaman kembali pada tahun 2002.
''Di area Konservasi Mangrove, Komplek Bandar Bakau dengan luas lahan 11,5 hektar, kami melakukan pembibitan sebanyak 40.000 hingga 50.000 bibit bakau. Termasuk belukap. Kita ingin anak cucu bisa mengetahui bahwa mangrove itu tanaman indah. Belukap itu merupakan ikon yang perlu diingat. Karena, legendanya sudah diketahui secara nasional,'' ungkapnya kepada Riau Pos.
Berada di lahan hutan bakau seluas lebih kurang 11,5 hektar selain tanaman bakau juga terdapat beberapa rumah panggung yang dijadikan sebagai kelas teori pengenalan mangrove. Area hutan di sulap menjadi kelas alam. Kelas ini dipergunakan sebagai praktek langsung para siswa mengenai tanaman bakau.
Adapun fasilitas lain yang tersedia seperti aula, musala, rumah tinggal, area pembibitan mangrove dan binatang laut yakni lokan, siput, sepetang, kepiting dan hebis hewan lainnya.
Dari penuturan Darwis, tanaman bakau di kawasan tersebut tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus.
Kawasan konservasi bakau lokasinya sudah ditata apik, ekosistemnya dijaga, tanaman bakau terlihat menjadi sangat menarik. Pengunjung dapat menikmati pemandangan dan kondisi hutan bakau secara lebih rileks. Udara angin sepoi-sepoi dari arah pantai dapat dinikmati dengan tenang. Kebisingan kota dan kejenuhan akan hilang bila berada ditempat ini.
Bagi Darwis keberadaan hutan bakau yang dilindungi merupakan surga bagi fauna dan flora, termasuk bagi pengunjung yang memahami pentingnya pelestarian alam pesisir. Hutan bakau dengan pemandangan pantainya yang indah dan tertutup dari keramaian membuat keaslian tempat ini terjaga.
''Kami berencana pembibitan bakau ini akan ditanam disepanjang Sungai Dumai, dan daerah disepanjang tepian bibir pantai. Diharapkan seluruh masyarakat bisa menjaga mangrove dari kepunahan,'' sambungnya.
Jarum jam menunjukkan pukul 16.15 WIB, tampak seorang ibu dan anak mendekati tanaman bakau. Ditangan ibu itu terlihat plastik berwarna hitam. Setelah dilihat didalam kantok plastik terlihat siput yang siap menjadi hidangan makanan ibu dan anak tersebut. Wanita paruh baya yang mengaku bernama Nurlela ini tampak sibuk memungut siput.
"Banyak siputnya buk?," tanya Riau Pos. "Lumayan," jawab Nurlela singkat sambil beralu dari Riau Pos.
Dampak Lingkungan Penebangan Bakau
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau, Fadrizal Labay menjelaskan, kegundulan lahan hutan bakau di pesisir pantai bisa berpontensi cukup besar terhadap luasnya jangkauan abrasi di sekitarnya. Terjadinya abrasi disebabkan lahan hutan bakau yang kian gundul sehingga daratan kurang maksimal saat dihantam gelombang laut.
''Sosialisai tanaman bakau juga kita lakukan kepada masyarakat pesisir sempat kita lakukan. Dengan harapan masyarakat tidak menebang hutan mangrove dan melakukan penanamannya,'' ungkapnya.
Menurut dia, kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Seluruh elemen dalam ekosistem laut memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen ekosistem dari salah satunya (daratan dan lautan), secara langsung berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem keseluruhan.
Fadrizal menjelaskan, hutan bakau adalah tipe hutan yang khas terdapat disepanjang pantaimuara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini disebut pulasebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau.Bakau tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar.
Biasanya ditempat yang tak ada muara sungainya, hutan bakau terdapat agak tipis. Sedangkan tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran sungainya banyak mengandung lumpur dan pasir, bakau biasanya tumbuh baik dan meluas.
Ketua Pencinta Alam Bahari Darwis Moh Saleh, menyebutkan, jika dahulu ekosistem tersebut masih banyak yang dapat ditemui, namun pada saat ini sebagian besar ekosistem yang berada disepanjang sungai tersebut sudah sangat sulit .
“Saat ini Sungai Dumai sudah jadi pemandangan yang menjijikkan dan ekosistem di sungai itu sudah benar benar rusak, bahkan yang parahnya ribuan pohon bakau, terutama di bagian akarnya sudah terancam mati,” ungkapnya
Lebih lanjut Darwis mengatakan, pencemaran yang terjadi di, Sungai Dumai sebagian besar berasal dari bahan-bahan yang tidak mudah larut seperti contoh plastik, dimana akibat banyaknya plastik yang dibuang masyarakat bersamaan dengan limbah rumah tangga lainnya menyebabkan aktifitas masyarakat juga yang menjadikan sungai Dumai sebagai sarana transportasinya mengalami kendala.
''Untuk itu jangan membuang sampah kedalam sungai. Peliharalah bakau. Lakukan penanaman bakau. Dengan begitu alam akan terjaga,'' imbuhnya***
0 komentar:
Posting Komentar