Jumat, 27 Mei 2011

Green Teacher (MISDIANTO SPd): Semua Lini Bekerjasama

Semua Lini Bekerjasama


Pemberdayaan siswa merupakan suatu upaya untuk melibatkan semua siswa dalam melakukan tindakan positif demi pencapai tujuan sekolah yang dicita-citakan. Sebenarnya, pencapaian tujuan tidak hanya diandalkan pada siswa semata. Namun semua stakeholder dan elemen sekolah turun andil tanpa terkecuali. Saling bekerjasama dan memiliki sikap komitmen dalam meraih cita-cita bersama. Tanpa itu, rasanya sangat sulit mewujudkan mimpi-mimpi besar sekolah maupun siswa itu sendiri.

Siswa sebagai peserta didik adalah harapan sekolah, orangtua, daerah, dan negara. Sejak  mengenyam pendidikan di sekolah sudah mulai dibekali ilmu, dibina dan dididik  dengan karakter lingkungan. Hal ini dapat dibentuk jika adanya budaya cinta lingkungan di sekolah. Setiap siswa didokrin dengan rasa tanggung jawab dan memiliki. Namun yang terpenting adanya kesadaran semua siswa yang tumbuh dari diri mereka sendiri. Bukan lantaran takut pada pembina atau guru. Pengajaran cinta lingkungan terhadap siswa ini tidak hanya sekali dua kali saja. Namun mesti kontiniu. 
Mereka harus diingatkan terus baik langsung maupun tak langsung. Misalnya secara langsung dapat berupa teguran bahkan sanksi. Hal ini bisa dicontohkan, ketika guru masuk kelas lima menit sebelum mengajar, kemudian memperhatikan sampah di ruangan kelas.
Jika ada sampah, maka siswa diminta untuk memungut di sekitar tempat duduknya atau menyapunya. Hal ini secara langsung telah memberikan pembelajaran tidak formal kepada siswa, untuk membuang sampah pada tempatnya. Serta membiasakan hidup bersih. Ajaran langsung berikutnya bisa berupa pemberian sanksi bagi yang yang membuang sampah sembarangan.
Kemudian, pemeliharaan lingkungan secara tidak langsung (dalam artian bukan langsung diucapkan oleh guru kepada siswanya). Tulisan-tulisan berupa ajakan mencintai lingkungan di tempat-tempat strategis bisa masuk kategori ini.
Contohnya, “Ada Sampah, Pungut dan Ajak Teman, Masukkan ke Tong Sampah!”. Kemudian di dinding kantin ada tulisan “Aku Bukan untuk Lap Tanganmu.” Nah selain lebih persuasif, siswa-siswa juga akan terpancing untuk kreatif membuat pesan-pesan lingkungan.
Selanjutnya, seorang wali kelas bersama siswa asuhnya berhak mempermak (memperbaiki) atau memperindah luar dan dalam  ruangan kelas mereka. Dan, hal itu menjadi tanggungjawabnya. Biaya yang keluar untuk usaha tersebut bisa diambil dari kas kelas. Misalnya, untuk membeli bahan-bahan peralatan kelas. Sementara untuk daerah luar kelas jika diinginkan untuk memperindahnya tambahkan dengan membeli pot, tanah humus, dan bunga-bunga.
Jika boleh mencontohkan, maka saya akan menceritakan sekilas tentang pembinaan lingkungan di sekolah saya. Lingkungan sekolah kami yang berukuran sepuluh hektar memang dikelola dengan luar biasa. Tidak sedikit dana tersedot untuk itu. Manajemen sekolah selalu memikirkan bagaimana memanfaatkan lahan luas tersebut.
Pemanfaatan itu berupa penanaman pekarangan sekolah dengan pohon-pohon. Ada variasi-variasi bunga-bungaan, buah-buahan, pohon pelindung, bahkan pohon berbasis ekonomipun ditanam misalnya pohon jati. 
Oleh karenanya, sejauh mata memandang lingkungan sekolah kami sangat hijau dan asri. Penanaman pohon-pohon di atas juga melibatkan siswa-siswi kami dan para guru.
Lingkungan sekolah kami tata sedemikian rupa. Dilakukan agar tampak bersih, sedap dipandang mata, dan berusaha menghindari penyakit. Misalnya, yang bersumber dari nyamuk dan lalat. Itulah kunci kebersihan kami. salam dari kami SMAN Plus Riau***

Kiriman:
MISDIANTO SPd
Guru SMA Negeri Plus Propinsi Riau

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province