Minggu, 05 Juni 2011

Konservasi Air (Surya Aesri): Saatnya Air Gambut Menjadi Air Murni

Saatnya Air Gambut Menjadi Air Murni
 

AIR merupakan sumber daya yang sangat penting bagi setiap makhluk dalam melangsungkan kehidupan. Meskipun perannya sangat strategis, namun pengelolaan air masih jauh dari yang diharapkan. Sehingga air yang semestinya merupakan sahabat buat semua makhluk hidup, berubah menjadi penyebab bencana. Indikatornya, di musim kemarau, ketersediaan air sangatlah minim dan sebaliknya di musim penghujan, air ada di mana-mana dan melanda kita semua alias banjir.
 Pada saat sekarang ini, telah kita saksikan secara bersama bahwa kondisi air sangatlah memprihatinkan. Manusia bersikap seolah air sudah tidak penting lagi untuk dijaga. Dimana-mana terjadi penebangan hutan, pembakaran hutan. Kita lupa bahwa air dari sumber air yang kita nikmati sekarang adalah hasil sebuah proses yang berlangsung selama bertahun-tahun. Itu adalah hasil dari cadangan air yang disimpan di akar-akar pohon yang terdapat di hutan pada umumnya. Padahal dalam setiap hembusan nafas kita tak akan lepas akan yang namanya air. Kita bayangkan saja Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap orang membutuhkan air kurang lebih 2.600 liter/kapita/hari atau setara dengan kurang lebih 950 m3/kapita/tahun..
  Dengan kondisi air yang ada sekarang ini, para orang-orang yang peduli dengan air membuat suatu cara bagaimana merubah air yang dulunya keruh menjadi bersih. Salah satu cara yg digunakan yaitu tekhnik penyulingan. Dan air yang disuling merupakan air yang benar-benar  tidak  dapat  digunakan lagi sama sekali seperti air gambut.
 Air Gambut yang telah mengalami perubahan warna dan bau dapat diubah menjadi air bersih yang dapat kita gunakan. Teknik penyulingan air gambut menjadi air bersih sangat sederhana. Yakni seperti berikut: Pertama, menyiapkan semua yang digunakan seperti tabung penyaring yang telah dibentuk sesuai dengan kegunaannya.
Kedua, air gambut dimasukkan ke dalam tabung penyaring kira-kira sebanyak 200 liter. Usaha semua kran dalam keadaan tertutup. Ketiga, siapkan tanah lempung kira-kira sebanyak 40 sendok makan (1/2 kg), kemudian larutkan dalam ember kecil dengan air kira-kira dua liter.
Keempat, masukkan larutan dalam ember tadi ke dalam tabung penyaring melalui ayakan. Kemudian aduk dengan jalan memutar batang pengaduk selama 5-10 menit. Kelima, biarkan air dalam drum selama 45-60 menit agar kotoran mengendap. keenam,  kran satu dan tiga dibuka untuk mendapatkan air bersih.
Ketujuh, air yang keluar dapat untuk digunakan. Namun yang harus diperhatikan adalah media penyaring harus dalam keadaan terendam air, baik ketika operasi maupun tidak beroperasi.
Itulah tujuh langkah yang bisa kita lakukan untuk melakukan usaha konservasi air. Yaitu usaha yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan air dipermukaan bumi. Sehingga  hal itu bisa menjamin ketersediaan bagi generasi masa depan. Tujuan selanjutnya adalah, pengurangan air segar dari sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai penggantian alamiahnya.
Tujuan konservasi air berikutnya adalah penghematan energi. Selama ini pemompaan, pengiriman dan fasilitas pengolahan air limbah mengonsumsi energi besar. Misalnya, di beberapa daerah di dunia (contohnya, California) proses penyulingan air laut membutuhkan energi dan biaya yang sangat banyak.
Fungsi konservasi air selanjutnya juga sekaligus konservasi habitat. Penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk membantu mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan penerimaan migrasi aliran air. Hal itu termasuk usaha-usaha baru pembangunan, seperti waduk dan infrastruktur berbasis air lainnya. Misalnya pemeliharaan dalam jangka waktu yang lama.***

Kiriman:
Surya Aesri
Mahasiswa FAPERIKA
Universitas Riau

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province