Kementrian LH-RI Kunjungi SMAN 8 Pekanbaru
BERSEMPENA studi banding sekolah Adiwiyata, Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia melakukan kunjungan ke beberapa sekolah Adiwiyata di Provinsi Riau. Satu diantaranya yaitu SMA Negeri 8 Pekanbaru, Kamis (10/11) lalu. Kunjungan itu disambut dan didampingi oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Pekanbaru, Drs H Nurfaisal, MPd dan Waka Humas Nurhafni, MPd yang sekaligus penanggung jawab dari kegiatan ini.
Dalam kunjungan ini, pihak kementrian melihat dan memperhatikan pengolahan sampah yang ada di sekolah. Tempat sampah yang ada di SMA Negeri 8 Pekanbaru terdiri dari tiga jenis, yaitu organik, anorganik dan kertas. Semua dari sampah-sampah ini diolah dan digunakan kembali.
“Setiap hari, sekolah menghasilkan lebih kurang 30 kilogram sampah organik yang sebagian besar berupa dedaunan. Sampah-sampah ini diolah menjadi kompos. Kompos ini nantinya sebagian akan digunakan untuk pupuk bunga-bunga yang ada di sekolah dan sebagian lagi dijual kepada orang tua siswa,” ujar Nurfaisal, kepala sekolah SMAN 8 Pekanbaru.
Pengolahan sampah ini dilakukan oleh murid-murid SMA Negeri 8 Pekanbaru sendiri. Sampah-sampah yang berupa kertas akan dikumpulkan dan dijadikan kertas daur ulang.
“Daur ulang kertas ini sudah dimasukkan ke dalam pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup atau PLH di sekolah dan dilakukan oleh ekskul EYES, ekstrakurikuler lingkungan yang ada di SMAN 8. Jadi murid-murid juga bisa mempraktikkannya di rumah,” lanjut Nurfaisal.
Sementara sampah anorganik seperti gelas aqua dijadikan sebagai pot-pot untuk bibit yang diletakkan di rumah bibit sekolah. Selain itu, sampah plastik juga dikreasikan untuk membuat papan bunga dan juga dijadikan beberapa kerajinan tangan.
“Pengolahan sampah anorganik ini masih agak susah dilakukan. Untuk itu kami bekerja sama dengan Dallang Collection di daerah Kulim yang khusus mengolah sampah anorganik,” jelas Nurhafni atau yang akrab disapa Bu Afni.
Hasil kerajinan tangan siswa dari kegiatan daur ulang diletakkan di warung 8R (reduce, reuse, recycle, replant, respect, repair, rethink, and refuse ) yang ada di dekat kantin. Di warung ini , SMA Negeri 8 Pekanbaru juga menyediakan bor biopori yang digunakan untuk membuat lubang resapan biopori dengan kisaran harga 180 ribuan. Bahkan bor ini sudah cukup banyak dipesan hingga ke luar kota.
“Kami sudah melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan lembaga lainnya tentang lubang resapan biopori ini. Alhasil, sudah ada yang memesan bor ini dari sekolah-sekolah, dharma wanita, dan beberapa kelurahan. Dari luar kota, seperti SMAN 1 Lirik sudah memesan bor ini,” pungkasnya. (yayang-gsj/new)
0 komentar:
Posting Komentar