Senin, 04 Juni 2012

Gaharu, Potensi Bisnis dari Alam



POHON Alim merupakan tumbuhan yang menghasilkan gubalan Gaharu atau yang biasa disebut sebagai Damar Wangi, atau yang pada umunya kita menyebutnya sebagai Pohon Gaharu.Jenis tumbuhan ini cukup langka, karena hanya dapat tumbuh di hutan hujan tropis, yang akhirnya membuat harganya cukup mahal. Untuk mendapakan Gaharu ini juga cukup unik, dimana pohon alim terlebih dahulu diinfeksikan pada berbagai microba atau jamur.
Gaharu ini pada umumnya dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan berbagai produk wewanggian, sebut saja parfum, pewangi ruangan (aroma terapi), dan hio. Untuk parfum, Gaharu digunakan sebagai pengganti alkohol, dan dipercaya parfum akan tahan lebih lama bila menggunakan Gaharu. Karena itu, tidak heran bila harga kayu Gaharu ini dipasarkan Rp8 juta perkilo, dimana 1 pohon dapat menghasilkan 20 kg kayu Gaharu.
Produksi Gaharu ini di dalam negeri ini, lebih sering untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor, seperti China, Eropa dan Arab Saudi. Cina, menggunakan kayu Gaharu ini untuk perlengkapan
sembahyang (Hio) dan karya seni, sedangkan Arab menggunakan Gaharu untuk pewangi ruangan dan aroma terapi. Sedangkan Eropa lebih menggunakannya untuk bahan baku parfum.
Untuk produksi, tanaman hutan bukan kayu ini bisa dikatakan cukup murah dan mudah, walau memakan waktu sekitar 7 hingga 8 tahun. Modal awal, cukup mengeluarkan dana sekitar Rp1700 perbatang untuk bibit tanaman, yang biasanya didapat disekitar hutan seperti Gunung
Leuser dan lainnya. Saat usia bibit sudah mencapai 5 hingga 6 bulan, maka tanaman akan berkembang sendiri secara alami. “Tetapi, saat masih usai muda, usahakan agar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung, karena ini dapat membuat tumbuhan mati,” ujar Petani Penghasil Gaharu dari Desa Timbang Jaya, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumut.
Saat usia tanaman sudah memasuki usia 6 tahun, maka pohon alim atau penghasil gaharu ini, akan mulai di suntikkan dengan berbagai microba atau fusarium. Selama 2 minggu berturut-turut. Dimana minggu pertama, pohon akan diberi makan berupa mikroba, dan minggu kedua dapat memasukkan mikroba dengan suntikan fusirium. “Dan bila berhasil, maka pohon akan mengeluarkan wewangian, dan ini yang menandakan bahwa tanaman tersebut berhasil,” ungkap Sofyan. Saat melakukan suntikan, maka pohon akan dibolongi dengan diameter tergantung dari besar pohon. Lubangan yang diberikan juga sebanyak 32 atau sesuai dengan besar pohon. Dan bila mikroba yang disuntikkan tidak sesuai, maka secara alami, pohon akan menutup lubang tersebut. “Dan ini berarti pohon tidak menghasilkan gaharu,” tambah Sofyan. Setelah penyuntikkan, selang waktu 1 hingga 2 tahun, maka gaharu dapat dipanen. Dan untuk memisahkan antara kayu dan gubalan gaharu dibutuhkan 12 jenis pisau dengan keterampilan yang ahli pula. Setelah itu, kayu dijemu dengan cara dianginkan agar kayu bagus dan wanginya tidak menguap. ‘jangan kena matahari, karena itu akan menghilangkan kadar wangi dari gaharu,” tambahnya.(bud/int)


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province