Rabu, 07 November 2012

Kolaborasi Wisata Alam dan Budaya Melayu

SUDAH saatnya masyarakat Riau melirik potensi daerahnya sendiri untuk dijadikan sebagai tempat rekreasi atau berwisata, baik itu wisata alam maupun wisata budaya. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) H Said Sarifudin SE MP yang hadir dalam Ekspose dan Field Trip Wisata Alam dan Budaya Melayu Siak di Universitas Riau (2/11).
“Riau adalah satu dari sepuluh provinsi tujuan wisata di Indonesia,” terangnya.
Meskipun pada dasarnya wisata alam merupakan wisata pilihan, artinya hanya orang-orang dengan minat khusus yang akan mengunjunginya. Namun, kekayaan alam Riau, plus budaya Melayu yang dimilikinya menjadi kekuatan tersendiri bagi Riau dalam bidang pariwisata.
Teluk Meranti dengan gelombang bono-nya telah menjadi icon wisata nasional. Kolaborasi antara wisata alam dan budaya melayu di Riau merupakan bidang yang sangat potensial jika ditekuni secara khusus oleh lembaga tertentu atau pemerintahan Provinsi Riau.
“Masyarakat Riau bisa hidup dengan mengelola kawasan wisata jika memang diseriuskan,” ungkap Pembantu Rektor III Universitas Riau, Rahmat MT, yang hadir pada acara yang sama.
Kegiatan Ekspose dan Field Trip Wisata Alam dan Budaya Melayu tersebut difokuskan untuk mengunjungi Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (GSK-BB) serta kawasan wisata budaya dan sejarah di Kabupaten Siak Sri Indrapura.
Kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari yaitu 2-4 November 2012 diikuti oleh berbagai lembaga dan stakeholder terkait. Antara lain, LIPI Jakarta, MAB UNESCO-Indoensia, Balai Besar KSDA Riau, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Riau,  Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Siak, CTPRC Indonesia, Universitas Riau, Unilak, Universitas Negeri Padang serta para jurnalis dari berbagai media di Riau.
Hari pertama adalah kegiatan ekspos, yaitu mengenal kondisi alam dan perkembangan pariwisata di Riau melalui diskusi panel antara beberapa stakeholder dan para ahli. Kemudian hari kedua (3/11) kegiatan dilanjutkan dengan field trip dari Pekanbaru menuju Siak. Di Siak peserta kegiatan mengunjungi istana Siak, wisata kuliner air kopi yang beraroma dan antraksi-antraksi budaya lainnya, sebagai ciri khas Kabupaten tersebut.
Selanjutnya perjalanan diteruskan ke Desa Temiang di zona inti kawasan Cagar Biosfer GSK-BB. Di sini peserta akan tinggal di rumah warga (home stay). “Konsep home stay sengaja dilakukan agar terjalin keakraban dan silaturahim antara masyarakat dan  peserta,” jelas Chairul, Ketua Task Force kegiatan. (tya-gsj/dac)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province