Kamis, 14 Februari 2013

Kertas dari Kotoran Hewan



MUNGKIN terdengar kurang sedap, apabila membayangkan kertas yang digunakan terbuat dari kotoran hewan. Namun, hal ini sudah tidak asing lagi terutama di pulau jawa. Banyak inovasi-inovasi yang sudah berkembang termasuk kertas terbuat dari kotoran hewan.
Kania Marta yang merupakan salah satu aktifis lingkungan asal Bandung mengatakan bahwa pengolahan limbah kotoran menjadi kertas bukanlah hal baru. Namun aktivitas ini menjadi populer ketika Mahima Mehra,seorang wanita asal India yang memfokuskan diri untuk memproduksi kertas dari kotoran gajah.
Pedagang kertas yang berbasis di Delhi ini telah lama beralih pada kotoran gajah sebagai bahan baku. Gagasan ini sebenarnya bukan hal baru. Produsen kertas di Sri Lanka, Thailand, Malaysia, dan bahkan Amerika Serikat (AS) telah menggunakan kotoran binatang berkulit tebal sebagai bahan baku kertas.
Diperkirakan, kotoran satu ekor gajah di Lampang, Thailand, bisa diolah menjadi 115 lembar kertas tiap hari. Satu gumpal kotoran gajah bisa dibuat lima lembar kertas ukuran besar atau setara 10 lembar kertas ukuran koran. Sementara, Ellie Pooh dari Sri Lanka memproduksi kertas daur ulang di mana 75 persen bahan bakunya berasal dari kotoran gajah. Produknya dijadikan kerajinan tangan dan tidak mengandung racun.
Di Indonesia, pembuatan kertas dari kotoran hewan sudah banyak disosialisasikan. Dari beberapa sumber yang didapat, Taman Safari Indonesia di Kabupaten Bogor, Jawa Barat sudah mengembangkan inovasi ini. Hal ini berpotensi karena Taman Safari Indonesia memiliki sekitar 40 gajah yang setiap harinya menghasilkan limbah kotoran hingga empat ton. Dahulu, kotoran ini ditampung dan didaur ulang untuk kompos saja.
Namun, sejak beberapa bulan terakhir, mereka mulai memanfaatkannya untuk membuat kertas daur ulang. Sebelum dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kertas, kotoran gajah harus dicuci terlebih dulu untuk kemudian diambil seratnya. Serat kotoran gajah yang telah dipilih kemudian direbus selama kurang lebih satu jam untuk menghilangkan bau dan memastikan kebersihan serat dari kotoran gajah ini.
Kotoran gajah bukanlah bahan satu-satunya dalam pembuatan kertas daur ulang ini, dengan komposisi yang telah ditentukan, petugas mencampurkan kertas bekas sebagai bahan tambahan. Kertas yang sudah berbentuk bubuk kemudian dicetak dengan ukuran sekitar 40x50 cm. Di tahap ini sudah tidak lagi terlihat bahwa bubuk berasal dari limbah yang sangat kotor. Lembaran kertas yang sudah berbentuk ini kemudian dijemur di dalam ruangan yang diberi atap transparan dan tidak terkena sinar matahari langsung. Setiap hari setidaknya ada 210 lembar kertas yang bisa mereka hasilkan.
Dengan adanya inovasi ini, kita berharap dengan pembuatan kertas dari kotoran hewan sekiranya dapat mengurangi penggunaan kertas yang berasal dari kayu, yang selama ini kita tahu menjadi salah satu alasan utama adanya penebangan hutan.(melati-gsj/dac)






1 komentar:

pakningbertuah mengatakan...

blog sangat bagus

Posting Komentar

 
Design by Green Student Journalists | Bloggerized by Lasantha - Tebarkan virus cinta lingkungan | student_lovers_enviroment, Riau Province